TEORI FUNGSIONAL DAN KONFLIK TENTANG
KELAS SOSIAL, MOBILITAS SOSIAL
DI SUSUN OLEH:
kelompok.
(5)
1,
Akbar Robi Salam (10350006)
2.
Adi Hidayat (10350004)
3.
Rahmattullah (07350016)
DOSEN PEMBIMBING
Middya
Botty,M.Pd
PSIKOLOGI ISLAM (1) SATU . JAM 09.10 – 10.50. RUANG, 04
FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2012
BAB.1
PEMBAHASAN
FUNGSIONALISME
STRUKTURAL
Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam
sosiologi dan antropologi yang berupaya
menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan
bagian-bagian yang saling berhubungan. Fungsionalisme menafsirkan masyarakat
secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, adat, tradisi dan institusi. Sebuah
analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan
bagian-bagian masyarakat ini sebagai "organ" yang bekerja demi
berfungsinya seluruh "badan" secara wajar. Dalam arti paling
mendasar, istilah ini menekankan "upaya untuk menghubungkan, sebisa
mungkin, dengan setiap fitur, adat, atau praktik, dampaknya terhadap
berfungsinya suatu sistem yang stabil dan kohesif." Bagi Talcott Parsons,
"fungsionalisme struktural" mendeskripsikan suatu tahap tertentu
dalam pengembangan metodologis ilmu sosial, bukan sebuah
mazhab pemikiran.
1. Asumsi dasar
Teori
fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan teori yang paling besar
pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali
mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer.
Pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran
biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri
dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan
hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama
halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga
bertujuan untuk mencapai keteraturan sosial.
Teori
struktural fungsional ini awalnya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim,
dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert
Spencer. Comte dengan pemikirannya mengenai analogi organismik kemudian
dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari
kesamaan antara masyarakat dengan organisme, hingga akhirnya berkembang menjadi
apa yang disebut dengan requisite functionalism, dimana ini menjadi
panduan bagi analisis substantif Spencer dan penggerak analisis fungsional.
Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi
Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan
bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat bagian –
bagian yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi
masing – masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Bagian tersebut saling
interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada yang tidak
berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Pemikiran inilah yang menjadi
sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural
fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown
juga membantu membentuk berbagai perspektif fungsional modern.
Selain dari Durkheim, teori
struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara
umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah
- Visi substantif mengenai tindakan sosial dan
- Strateginya dalam menganalisis struktur sosial.
Pemikiran Weber mengenai
tindakan sosial ini berguna dalam perkembangan pemikiran Parsons dalam
menjelaskan mengenai tindakan aktor dalam menginterpretasikan keadaan.
2. Perkembangan Teori Struktural Fungsional
Parson
berhasil mempertahankan fungsionalisme hingga lebih dari dua setengah abad
sejak ia mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937. Dalam
karyanya ini Parson membangun teori sosiologinya melalui “analytical realism”,
maksudnya adalah teori sosiologi harus menggunakan konsep-konsep tertentu yang
memadai dalam melingkupi dunia luar. Konsep-consep ini tidak bertanggungjawab
pada fenomena konkrit, tapi kepada elemen-elemen di dallamnya yang secara
analitis dapat dipisahkan dari elemen-elemen lainnya. Oleh karenanya, teori
harus melibatkan perkembangan dari konsep-konsep yang diringkas dari kenyataan
empiric, tentunya dengan segala keanekaragaman dan kebingungan-kebingungan yang
menyertainya.
Dengan cara
ini, konsep akan mengisolasi fenomena yang melekat erat pada hubungan kompleks
yang membangun realita sosial. Keunikan realism analitik Parson ini terletak
pada penekanan tentang bagaimana konsep abstrak ini dipakai dalam analisis
sosiologi. Sehingga yang di dapat adalah organisasi konsep dalam bentuk sistem
analisis yang mencakup persoalan dunia tanpa terganggu oleh detail empiris.
Karya Parson
dengan alat konseptual seperti empat sistem tindakan mengarah pada tuduhan tentang
teori strukturalnya yang tidak dapat menjelaskan perubahan sosial. Pada tahun
1960, studi tentang evolusi sosial menjadi jawaban atas kebuntuan Parson akan
perubahan sosial dalam bangunan teori strukturalnya. Akhir dari analisis ini
adalah visi metafisis yang besar oleh dunia yang telah menimpa eksistensi
manusia. Analisis parson merepresentasikan suatu usaha untuk
mengkategorisasikan dunia kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan
system, generalisasi media dan pertukaran menggunakan media tersebut. Analisis
ini pada akhirnya lebih filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi
meta teori. Pembahasan mengenai fungsionalisme Merton diawali pemahaman bahwa
pada awalnya Merton mengkritik beberapa aspek ekstrem dan keteguhan dari
structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sebagai pendorong
fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini berbeda dari sang guru, Talcott Parson
mengemukakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson
mendukung terciptanya teori yang besar dan mencakup seluruhnya sedangkan parson
lebih terbatas dan menengah.
KELAS SOSIAL
A. PENGERTIAN KELAS SOSIAL
Kelas sosial
didefinisikan sebagai suatu strata ( lapisan ) orang-orang yang berkedudukan
sama dalam kontinum ( rangkaian kesatuan ) status sosial. Definisi ini
memberitahukan bahwa dalam masyarakat terdapat orang-orang yang secara
sendidi-sendidi atau bersama-sama memiliki kedudukan social yang kurang lebih
sama. Mereka yang memiliki kedudukan kurang lebih sama akan berada pada suatu
lapisan yang kurang lebih sama pula.
Kelas sosial
didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki
status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif
mempunyai status yang sama, dan para anggota kelas lainnya mempunyai status
yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kategori kelas sosial biasanya disusun
dalam hierarki, yang berkisar dari status yang rendah sampai yang tinggi.
Dengan demikian, para anggota kelas sosial tertentu merasa para anggota kelas
sosial lainnya mempunyai status yang lebih tinggi maupun lebih rendah dari pada
mereka. Aspek hierarkis kelas sosial penting bagi para pemasar. Para konsumen
membeli berbagai produk tertentu karena produk-produk ini disukai oleh anggota
kelas sosial mereka sendiri maupun kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen
mungkin menghindari berbagai produk lain karena mereka merasa produk-produk
tersebut adalah produk-produk “kelas yang lebih rendah”.
Pendekatan
yang sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai kategori yang
luas berikut ini: ukuran subjektif, ukuran reputasi, dan ukuran objektif dari
kelas sosial. Peneliti konsumen telah menemukan bukti bahwa di setiap kelas
sosial, ada faktor-faktor gaya hidup tertentu ( kepercayaan, sikap, kegiatan,
dan perilaku bersama ) yang cenderung membedakan anggota setiap kelas dari
anggota kelas sosial lainnya.
Para individu
dapat berpindah ke atas maupun ke bawah dalam kedudukan kelas sosial dari
kedudukan kelas yang disandang oleh orang tua mereka. Yang paling umum
dipikirkan oleh orang-orang adalah gerakan naik karena tersedianya pendidikan
bebas dan berbagai peluang untuk mengembangkan dan memajukan diri.
Dengan
mengenal bahwa para individu sering menginginkan gaya hidup dan barang-barang
yang dinikmati para anggota kelas sosial yang lebih tinggi maka para pemasar
sering memasukkan simbol-simbol keanggotaan kelas yang lebih tinggi, baik
sebagai produk maupun sebagai hiasan dalam iklan yang ditargetkan pada audiens
kelas sosial yang lebih rendah.
A. PENGERTIAN
DIFERENSIASI SOSIAL
Diferensiasi
sosial adalah pengkelasan / penggolongan / pembagian masyarakat secara
horisontal atau sejajar. Contohnya seperti pembedaan agama di mana orang yang
beragama islam tingkatannya sama dengan pemeluk agama lain seperti agama
konghucu, budha, hindu, katolik dan kristen protestan.
Kelas sosial
dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Kelas Sosial Atas
2. Kelas Sosial Menengah
3. Kelas Sosial Bawah
Kelas sosial
atas biasanya mendapat penghormatan atau di hormati oleh kelas sosial
dibawahnya karena beberapa keunggulan yang dimiliki kelas sosial atas misalnya
kedudukan sosialnya maupun kekayaanya. Setiap kelas sosial yang ada, mereka
yang ada di dalamnya biasanya memiliki kebiasaan dan perilaku dan gaya hidup
yang sama. Misalnya kelas sosial atas kebiasaan belanjanya ke Mall atau ke
super Market yang ada.
Kelas bawah
tentunya akan belanja di warung-warung terdekat dengan pola makan seadanya
bahkan sering kita jumpai mereka makan jauh dari kebutuhan gizi yang
diperlukan. Pola-pola sosial dan gaya hidup telah memberikan kesadaran mereka
akan kelas sosial yang mereka miliki, walaupun mereka tidak menghendaki untuk
menduduki kelas sosial bawah, namun mereka menyadari kelas sosial yang mereka
miliki atau digolongkan; oleh karena itu kesadaran kelas sosial ini akan membawa
konsekuensi pola-pola perilaku yang berbeda antara kelas sosial satu dengan
kelas sosial yang lain.
Pola-pola
sosial dan gaya hidup masing-masing kelas sosial menjadikan kelas social
yangmereka miliki sebagai sebuah sub-culture dalam suatu struktur social.
Seolah-olah setiap anggota dari kelas sosial tertentu dilihat berbeda dengan
anggota kelas sosial yang lain dan mereka seakan akan mempunyai hak dan
kewajiban berbeda dalam kehidupan masyarakatnya.
Kelas sosial dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu :
1. Kelas Sosial Terbuka
Kelas sosial dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu :
1. Kelas Sosial Terbuka
Walaupun
besar kecilnya kelas sosial tidak dapat diukur, namun secara umum dapat
diketahui bahwa bentuk stratifikasi sosial di mana kelas sosial ada di dalamnya
adalah berbentuk pyramid runcing keatas dengan pembagian kelas sosial atas
paling sedikit, disusul kemudian kelas sosial menengah dan kelas social bawah
paling banyak jumlahnya.
Kelas sosial terubuka memungkinkan anggota kelas sosial yang ada berpindah atau bergeser ke kelas sosial yang lain baik vertilkal ke atas maupun vertical ke bawah. Kelas sosial terbuka biasanya terdapat pada masyarakat modern dimana keterkaitan dengan adat semakin kecil, sehingga symbol-simbol adat yang ada sebagai symbol dari kelas sosial tertentu sudah tidak ada lagi.
Kelas sosial terubuka memungkinkan anggota kelas sosial yang ada berpindah atau bergeser ke kelas sosial yang lain baik vertilkal ke atas maupun vertical ke bawah. Kelas sosial terbuka biasanya terdapat pada masyarakat modern dimana keterkaitan dengan adat semakin kecil, sehingga symbol-simbol adat yang ada sebagai symbol dari kelas sosial tertentu sudah tidak ada lagi.
Masyarakat
modern biasanya menggunakan berbagai simbol-simbol kelas sosialnya dengan
panghasilan dan kekayaan yang dapat di wujudkan dengan gedung mewah maupun
mobil serta pola dan gaya hidup kelas atas.
Batas-batas
kelas sosial sebenarnya tidak jelas sekali sehingga sangat mungkin terjadi
interaksi atar kelas atas bawah dengan kelas menengah atas , maupun kelas
menengah bawah dengan kelas bawah atas. Kenyataan semacam ini untuk menunjukan
bahwa kelas sosial adalah konsep sosiologis dan ilmiah yang dalam kenyataan
dalam kehidupan masyarakat tidak ada. Gambaran di atas juga menjelaskan bahwa
yang mempengaruhi kelas sosial juga sangat relative satu dengan yang lain dan
kedudukan seseorang dalam masyarakat adalah hasil totalitas dari kriteria
penentuan kelas sosial yang ada. Misalnya dalam hal pendidikan memiliki gelar
S3, namun secara ekonomi masuk kelas menengah, tetapi pengaruh di dalam
kehidupan masyarakat sangat besar; maka mereka masih tetap digolongkan pada
kelas sosial tinggi.
Demikian juga
halnya orang yang memiliki gelar sarjana dan belum memilki pekerjaan maupun
penghasilan serta rumah dapat dimasukan ke kelas menengah dan tidak pada kelas
bawah. Relativitas yang ada dalam penentuan kelas sosial bagi seseorang adalah
kompleksitas dan totalitas dari kedudukan sosial yang dimilki dan itu bersumber
dari penilaian masyarakatnya dan bukan penilain dari dirinya sendiri.
2. Kelas Sosial Tertutup
Kelas sosial
dikategorikan tertutup manakala sedikit kemungkinan orang bergeser dari kelas
sosial tertentu ke kelas sosial yang lain, baik vertikal ke atas maupun
vertikal ke bawah. Kasta di masyarakat India misalnya merupakan salah satu
contoh kelas sosial yang bersifat tertutup, system kelas sosial kasta tidak
memungkinkan orang untuk berpindah kasta apalagi dari kasta ke kasta atas.
Kedudukan sosial seseorang diperoleh melalui jalur keturunan atau hubungan
darah.
Masyarakat
tradisional status keluarga sangat menentukan kelas sosial bagi keturunannya.
Kwelas bangsawan biasanya anaknya akan dengan sendirinya anak mereka termasuk
kelas bangsawan dengan symbol-simbol kebangsawanan yang dimiliki dengan gelar
ataupun perilaku yang menunjukan kelasnya.
Simbol-simbol
kelas sosial yang ada pada masyarakat tradisional seperti pakaian dengan
perhiasan mas intan permata, pakaian berbulu , maupun urnamen gading gajah dan
lain sebagainya sekarang mulai hilang digantikan dengan symbol-simbol yang
lebih bersifat kekayaan dan ekonomis.
2. Klasifikasi Kelas Sosial
Pembagian Kelas Sosial terdiri atas 3 bagian yaitu:
Aristoteles menggambarkan ketiga
kelas tersebut seperti piramida:
1. Golongan Sangat Kaya
2. Golongan Kaya
3. Golongan Miskin
Ket :
Golongan pertama : merupakan
kelompok terkecil dalam masyarakat. Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah
dan bangsawan.
Golongan kedua : merupakan
golongan yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat. Mereka terdiri dari
para pedagang, dsbnya.
Golongan ketiga : merupakan
golongan terbanyak dalam masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa.
2) Karl Marx juga membagi
masyarakat menjadi tiga golongan, yakni:
a. Golongan kapitalis atau
borjuis : adalah mereka yang menguasai tanah dan alat produksi.
b. Golongan menengah : terdiri dari para pegawai pemerintah.
b. Golongan menengah : terdiri dari para pegawai pemerintah.
c. Golongan proletar : adalah
mereka yang tidak memiliki tanah dan alat produksi. Termasuk didalamnya adalah
kaum buruh atau pekerja pabrik.
Menurut Karl
Marx golongan menengah cenderung dimasukkan ke golongan kapatalis karena dalam
kenyataannya golongan ini adalah pembela setia kaum kapitalis. Dengan demikian,
dalam kenyataannya hanya terdapat dua golongan masyarakat, yakni golongan
kapitalis atau borjuis dan golongan proletar.
3). Pada masyarakat Amerika
Serikat, pelapisan masyarakat dibagi menjadi enam kelas yakni:
a. Kelas sosial atas lapisan atas ( Upper-upper class)
a. Kelas sosial atas lapisan atas ( Upper-upper class)
b. Kelas sosial atas lapisan
bawah ( Lower-upper class)
c. Kelas sosial menengah lapisan
atas ( Upper-middle class)
d. Kelas sosial menengah lapisan
bawah ( Lower-middle class)
e. Kelas sosial bawah lapisan
atas ( Upper lower class)
f. Kelas sosial lapisan sosial
bawah-lapisan bawah ( Lower-lower class)
1. Upper-upper class
2. Lower-upper class
3. Upper-middle class
4. Lower-middle class
5. Upper-lower class
6. Lower-lower class
Kelas sosial pertama :
keluarga-keluarga yang telah lama kaya.
Kelas sosial kedua : belum lama
menjadi kaya
Kelas sosial ketiga : pengusaha,
kaum professional
Kelas sosial keempat : pegawai
pemerintah, kaum semi profesional, supervisor, pengrajin terkemuka.
Kelas sosial kelima : pekerja
tetap (golongan pekerja)
Kelas sosial keenam : para
pekerja tidak tetap, pengangguran, buruh musiman, orang bergantung pada
tunjangan.
4) Dalam masyarakat Eropa
dikenal 4 kelas, yakni:
1. Kelas puncak (top class)
2. Kelas menengah berpendidikan
(academic middle class)
Kelas menengah ekonomi (economic
middle class)
3. Kelas pekerja (workmen dan
Formensclass)
4. Kelas bawah (underdog class)
b. Berdasarkan Status Sosial
Kelas sosial
timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya.
Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status
sosial yang tinggi, dan seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena
memiliki status sosial yang rendah.
Contoh : Pada masyarakat Bali,
masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni Brahmana, Satria, Waisya dan
Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba.
Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida
Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh
kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh kasta Waisya,
sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai oleh kasta Sudra.
1. Definisi Kelas Sosial
Berdasarkan
karakteristik Stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas
atau golongan dalam masyarakat. Istilah kelas memang tidak selalu memiliki arti
yang sama, walaupun pada hakekatnya mewujudkan sistem kedudukan yang pokok
dalam masyarakat. Pengertian kelas sejalan dengan pengertian lapisan tanpa
harus membedakan dasar pelapisan masyarakat tersebut
Kelas Sosial
atau Golongan sosial mempunyai arti yang relatif lebih banyak dipakai untuk
menunjukkan lapisan sosial yang didasarkan atas kriteria ekonomi.Jadi, definisi Kelas Sosial atau Golongan Sosial
ialah:Sekelompok manusia yang menempati lapisan sosial berdasarkan kriteria
ekonomi.
3. Pengertian Status Sosial
Setiap individu dalam masyarakat memiliki status sosialnya masing-masing.
Status merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak dan kewajiban individu
dalam tingkah lakunya. Status sosial sering pula disebut sebagai kedudukan atau
posisi, peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya.
Pada semua
sistem sosial, tentu terdapat berbagai macam kedudukan atau status, seperti
anak, isteri, suami, ketua RW, ketua RT, Camat, Lurah, Kepala Sekolah, Guru
dsbnya.
Dalam teori sosiologi, unsur-unsur dalam sistem pelapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan ( role). Kedua unsur ini merupakan unsur baku dalam pelapisan masyarakat. Kedudukan dan peranan seseorang atau kelompok memiliki arti penting dalam suatu sistem sosial.Apa itu sistem sosial ?Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik dan tingkah laku individu-individu dalam masyarakat dan hubungan antara individu dan masyarakatnya. Status atau kedudukan adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial atau kelompok masyarakat.
Dalam teori sosiologi, unsur-unsur dalam sistem pelapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan ( role). Kedua unsur ini merupakan unsur baku dalam pelapisan masyarakat. Kedudukan dan peranan seseorang atau kelompok memiliki arti penting dalam suatu sistem sosial.Apa itu sistem sosial ?Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik dan tingkah laku individu-individu dalam masyarakat dan hubungan antara individu dan masyarakatnya. Status atau kedudukan adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial atau kelompok masyarakat.
TEORI KONFLIK
Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula.
Teori ini didasarkan pada pemilikan sarana- sarana produksi sebagai unsur
pokok pemisahan kelas dalam masyarakat.
a. Asumsi dasar
Teori konflik
muncul sebagai reaksi dari munculnya teori struktural fungsional,
Pemikiran yang paling berpengaruh atau menjadi dasar dari teori konflik ini
adalah pemikiran Karl Marx. Pada tahun 1950-an dan 1960-an, teori konflik mulai
merebak. Teori konflik menyediakan alternatif terhadap teori struktural
fungsional.
Pada saat itu
Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya.
Marx tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan
bahwa dalam masyarakat, pada abad ke- 19 di Eropa di mana dia
hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar. Kedua kelas ini berada
dalam suatu struktur sosial hirarkis, kaum borjuis melakukan
eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi.
Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis (false consiousness)
dalam diri proletar, yaitu berupa rasa
menyerah diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga. Ketegangan hubungan
antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan
sosial besar, yaitu revolusi. Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar
telah sadar akan eksploitasi kaum borjuis terhadap mereka.
Ada beberapa
asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan antitesis dari teori struktural fungsional, dimana
teori struktural fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat.
Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik
melihat bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan.
Buktinya dalam masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau
ketegangan-ketegangan. Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan
kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan mengenai otoritas
yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan
subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan
konflik karena adanya perbedaan kepentingan.
Teori konflik
juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan
sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial
dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik
melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan.
Namun pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan
bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi
yang dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.
Menurut teori
konflik, masyarakat disatukan dengan “paksaan”. Maksudnya, keteraturan yang
terjadi di masyarakat sebenarnya karena adanya paksaan (koersi). Oleh karena
itu, teori konflik lekat hubungannya dengan dominasi, koersi, dan power.
Terdapat dua tokoh sosiologi modern yang berorientasi serta menjadi dasar
pemikiran pada teori konflik, yaitu Lewis A. Coser dan Ralf Dahrendorf.
b. Teori Konflik Menurut Lewis A. Coser
Sejarah Awal
Selama lebih
dari dua puluh tahun Lewis A. Coser tetap terikat pada model sosiologi dengan
tertumpu kepada struktur sosial. Pada saat
yang sama dia menunjukkan bahwa model tersebut selalu mengabaikan studi tentang
konflik
sosial. Berbeda dengan beberapa ahli sosiologi
yang menegaskan eksistensi dua perspektif yang berbeda (teori fungsionalis dan
teori konflik), coser mengungkapkan komitmennya pada kemungkinan menyatukan
kedua pendekatan tersebut.Akan tetapi para ahli sosiologi
kontemporer sering mengacuhkan analisis konflik sosial, mereka melihatnya
konflik sebagai penyakit bagi kelompok
sosial. Coser memilih untuk menunjukkan berbagai sumbangan konflik yang
secara potensial positif yaitu membentuk serta mempertahankan struktur suatu kelompok
tertentu. Coser mengembangkan perspektif konflik karya ahli sosiologi Jerman George Simmel.
Seperti
halnya Simmel, Coser tidak mencoba menghasilkan teori menyeluruh yang mencakup
seluruh fenomena sosial. Karena ia
yakin bahwa setiap usaha untuk menghasilkan suatu teori sosial menyeluruh yang
mencakup seluruh fenomena sosial adalah premature (sesuatu yang sia- sia. Memang
Simmel tidak pernah menghasilkan risalat sebesar Emile
Durkheim, Max
Weber atau Karl Marx. Namun, Simmel mempertahankan pendapatnya bahwa
sosiologi bekerja untuk menyempurnakan dan mengembangkan bentuk- bentuk atau
konsep- konsep sosiologi di mana isi dunia empiris dapat ditempatkan.
Penjelasan tentang teori knflik Simmel sebagai berikut:
- Simmel memandang pertikaian sebagai gejala yang tidak mungkin dihindari dalam masyarakat. Struktur sosial dilihatnya sebagai gejala yang mencakup pelbagai proses asosiatif dan disosiatif yang tidak mungkin terpisah- pisahkan, namun dapat dibedakan dalam analisis.
- Menurut Simmel konflik tunduk pada perubahan. Coser mengembangkan proposisi dan memperluas konsep Simmel tersebut dalam menggambarkan kondisi- kondisi di mana konflik secara positif membantu struktur sosial dan bila terjadi secara negatif akan memperlemah kerangka masyarakat.
Maksudnya Konflik
dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan
dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis
batas antara dua atau lebih kelompok.. Konflik dengan kelompok lain dapat
memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke
dalam dunia sosial sekelilingnya.
Coser melihat
katup penyelamat
berfungsi sebagai jalan ke luar yang meredakan permusuhan, yang tanpa itu
hubungan- hubungan di antara pihak-pihak yang bertentangan akan semakin
menajam. [5]Katup
Penyelamat (savety-value) ialah salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai
untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial. Katup penyelamat
merupakan sebuah institusi pengungkapan rasa tidak puas atas sebuah sistem atau
struktur.
Contoh: Badan Perwakilan Mahasiswa atau
panitia kesejahteraan Dosen. Lembaga tersebut membuat kegerahan yang berasal
dari situasi konflik tersalur tanpa menghancurkan sistem tersebut
Menurut Coser konflik dibagi
menjadi dua, yaitu:
- Konflik Realistis, berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.
- Konflik Non- Realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Coser menjelaskan dalam masyarakat yang buta huruf pembasan dendam biasanya melalui ilmu gaib seperti teluh, santet dan lain- lain. Sebagaimana halnya masyarakat maju melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan melawan kelompok yang seharusnya menjadi lawan mereka.
Menurut Coser
terdapat suatu kemungkinan seseorang terlibat dalam konflik realistis tanpa
sikap permusuhan atau agresi.
Contoh: Dua pengacara yang selama masih
menjadi mahasiswa berteman erat. Kemudian setelah lulus dan menjadi pengacara
dihadapkan pada suatu masalah yang menuntut mereka untuk saling berhadapan di
meja hijau. Masing- masing secara agresif dan teliti melindungi kepentingan
kliennya, tetapi setelah meniggalkan persidangan mereka melupakan perbedaan dan
pergi ke restoran untuk membicarakan masa lalu.
Akan tetapi
apabila konflik berkembang dalam hubungan- hubungan yang intim, maka pemisahan
(antara konflik realistis dan non-realistis) akan lebih sulit untuk
dipertahankan. Coser mennyatakan bahwa, semakin dekat suatu hubungan semakin
besar rasa kasih saying yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga
kecenderungan untuk menekan ketimbang mengungkapkan rasa permusuhan. Sedang
pada hubungan- hubungan sekunder, seperti misalnya dengan rekan bisnis, rasa permusuhan
dapat relatif bebas diungkapkan. Hal ini tidak selalu bisa terjadi dalam
hubungan- hubungan primer dimana keterlibatan total para partisipan membuat
pengungkapan perasaan yang demikian merupakan bahaya bagi hubungan tersebut. [6]
Apabila konflik tersebut benar- benar melampaui batas sehingga menyebabkan
ledakan yang membahayakan hubungan tersebut.
Contoh:
Seperti konflik antara suami dan istri, serta konflik sepasang kekasih
Coser
Mengutip hasil pengamatan Simmel yang meredakan ketegangan yang terjadi dalam
suatu kelompok. Dia menjelaskan bukti yang berasal dari hasil pengamatan
terhadap masyarakat Yahudi
bahwa peningkatan konflik kelompok dapat dihubungkan dengan peningkatan
interaksi dengan masyarakat secara keseluruhan. Bila konflik dalam kelompok
tidak ada, berarti menunjukkan lemahnya integrasi kelompok
tersebut dengan masyarakat. Dalam struktur besar atau kecil konflik in-group
merupakan indikator adanya suatu hubungan yang sehat. Coser sangat menentang
para ahli sosiologi
yang selalu melihat konflik hanya dalam pandangan negatif saja. Perbedaan
merupakan peristiwa normal yang sebenarnya dapat memperkuat struktur sosial.
Dengan demikian Coser menolak pandangan bahwa ketiadaan konflik sebagai
indikator dari kekuatan dan kestabilan suatu hubungan.
BAB.2
MOBILITAS SOSIAL
a.
pengertian
Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti
mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang
lain.Kata sosial yang ada pada istilah mobilitas sosial untuk menekankan bahwa
istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau
sekelompok warga dalam kelompok sosial jadi. Mobilitas Sosial adalah
perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke
lapisan yang lain.
Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak
perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah
dari strata yang satu ke strata yang lainnya. Sementara menurut Kimball Young
dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial
yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan
hubungan antara individu dengan kelompoknya.
Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan
mobilitas sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi
lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan yang peling
cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar
belakang sosial berbeda. Mereka tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama
dalam mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas
sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkukung dalam status nenek
moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial tertutup.
Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka
karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat
yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit
Contohnya, masyarakat feodal atau pada
masyarakat yang menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem
kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia
tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta
yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang
menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi
gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
b.
Konsep
Dan Ruang Lingkup Gerak Sosial
Mobilitas mempunyai arti yang bermacam-macam, pertama, mobilitas fisik (mobilitas geografis) yaitu
perpindahan tempat tinggal (menetap/sementara) dari suatu tempat ke tempat yang
lain. Kedua, mobilitas sosial
yaitu suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.
Mobilitas sosial ini terdiri dari dua tipe, yaitu mobilitas sosial horisontal
dan vertikal. Mobilitas sosial horisontal diartikan sebagai gerak perpindahan
dari suatu status lain tanpa perubahan kedudukan. Jadi dalam mobilitas sosial horisontal
ini, tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang. Sedangkan
mobilitas sosial vertikat yaitu suatu gerak perpindahan dari suatu status
sosial ke status sosial lainnya, yang tidak sederajat. Mobilitas sosial
vertikai ini jika dilihat dari arahnya, maka dapat dirinci atas dua jenis,
yaitu gerak perpindahan status sosial yang naik (social dimbing) dan gerak
perpindahan status yang menurun (social sinking).
Pengertian mobilitas sosial ini mencakup baik mobilitas
kelompok maupun individu. Misalnya keberhasiian keluarga Pak A merupakan bukti
dari mobilitas individu; sedang arus perpindahan penduduk secara bersama-sama
(bedo desa) dari daerah kantong-kantong kemiskinan di P. Jawa ke daerah yang
lebih subur sehingga tingkat kesejahteraan mereka relatif lebih baik dibanding
di daerah asal, merupakan contoh mobilitas kelompok. Ketiga, Mobilitas psikis,
yaitu merupakan aspek-aspek sosial-psikologis sebagai akibat dari perubahan
sosial. Datam hal ini adalah mereka yang bersangkutan mengalami perubahan sikap
yang disertai tentunya dengan goncangan jiwa.
Konsep mobilitas tersebut dalam prakteknya akan saling
berkaitan satu sama lain, dan sulit untuk menentukan mana sebagai akibat dan
penyebabnya. Sebagai contoh untuk terjadinya perubahan status sosial, seseorang
terpaksa meninggalkan tempat tinggalnya karena ketiadaan lapangan kerja, atau
sebaliknya mobilitas sosial seringkali mengakibatkan adanya mobilitas geografi
yang disertai dengan segala kerugian yang menyakitkan, yakni lenyapnya ikatan sosial
yang sudah demikian lama terjalin. Demikian halnya mobilitas geografis akan
mempengaruhi terhadap mobilitas sosial yang dimbing maupun sinking, bahkan
sekaligus mempengaruhi mobilitas mental atau psikis dari individu maupun
masyarakat
.
c.
Sifat
Dasar Gerak Sosial
Dalam dunia modern, banyak negara berupaya untuk meningkatkan
mobilitas sosial, dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat mobilitas sosial
akan menjadikan setiap individu dalam masyarakat semakin bahagia dan bergairah.
Tentunya asumsi ini didasarkan atas adanya kebebasan yang ada pada setiap
individu dari latar belakang sosial manapun dalam menentukan kehidupannya.
Tidak adanya diskriminasi pekerjaan baik atas dasar sex, ras, etnis dan
jabatan, akan mendorong setiap individu memilih pekerjaan yang paling sesuai
bagi sendirinya.
Bila tingkat mobilitas sosial tinggi, meskipun latar belakang
sosial setiap individu berbeda, dan tidak ada diskriminasi pekerjaan, maka
mereka akan tetap merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan
sosial yang lebih tinggi. Apabila tingkat mobilitas sosial rendah, maka hal ini
akan menyebabkan banyak orang terkungkung dalam status sosial para nenek moyang
mereka.
Tinggi rendahnya mobilitas sosial individu
dalam suatu masyarakat sangat ditentukan oleh terbuka tidaknya kelas sosial
yang ada pada masyarakat. Pada masyarakat yang berkelas sosial terbuka maka
masyarakatnya memiliki tingkat mobilitas tinggi, sedang pada masyarakat dengan
kelas sosial tertutup, maka masyarakat tersebut memiliki tingkat mobilitas sosial
d. Bentuk Gerak Sosial
Mobilitas
Vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau
objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang
tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi
menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (social climbing) dan mobilitas sosial
vertikal ke bawah (social sinking). Mobilitas vertikal ke atas (Social
climbing) Mobilitas vertikal ke atas atau social climbing mempunyai dua bentuk
yang utama yaitu:
•
Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Masuknya individu-individu yang
mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana
kedudukan tersebut telah ada sebelumnya.
Contoh:
A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan,
ia diangkat menjadi kepala sekolah.
•
Membentuk kelompok baru. Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu
untuk meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri menjadi
ketua organisasi.
Contoh: Pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya naik.Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama.
Contoh: Pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya naik.Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama.
•
Turunnya kedudukan. Kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih
rendah.
Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
•
Turunnya derajat kelompok. Derajat sekelompok individu menjadi turun yang
berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
Contoh:
Juventus terdegradasi ke seri B. akibatnya, status sosial tim pun turun
Mobilitas
Horizontal
Mobilitas Horizontal adalah perpindahan status sosial
seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan. Ciri utama mobilitas horizontal
adalah lapisan sosial yang ditempati tidak mengalami perubahan
.Contohnya,tindakan mengevakuasi penduduk yang tertimpa bencana alam ke daerah
lain.
Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau
obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial
lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan
seseorang dalam mobilitas sosialnya. Contoh: Pak Amir seorang warga negara
Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan,Indonesia
dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial
horizontal karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah
status sosial.([1])
3
.Mobilitas Antargenerasi
Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua
generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu,
dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik
naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan
keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi
ke generasi lainnyaContoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya
menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik
anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi
mobilitas vertikal antargenerasi
Contoh: Pak Darjo
adalah seorang buruh. Ia memiliki anak yang bernama Endra yang menjadi tukang
becak. Kemudian istrinya melahirkan anak ke-2 yang diberi nama Ricky yang
awalnya menjadi tukang becak juga. tetapi Ricky lebih beruntung sehingga ia
bisa mengubah statusnya menjadi seorang pengusaha sementara Endra tetap menjadi
tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya di sebut Mobilitas
Antargenerasi.
C
. Faktor Pendorong Gerak Sosial
1.
Faktor Struktural
Faktor
Struktural adalah jumlah relative dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus
diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan
faktor structural adalah sebagai berikut.
a)
Struktur Pekerjaan
b)
Perbedaan Fertilitas
c)
Ekonomi Ganda
d)
Penunjang dan Penghambat Mobilitas
2
.Faktor Individu
Faktor
individu adalah kualitas orang perorang baik ditinjau dari segi tingkat pendidikan
,penampilan ,maupun keterampilan pribadi.Adapun yang termasuk dalam cakupan
faktor individu adalah sebagai berikut.
a)
Perbedaan Kemampuan
b)
Orientasi Sikap terhadap Mobilitas
c)
Faktor Kemujuran
3
.Setiap Status Sosial
Setiap
manusia dilahirkan dalam status sosial yang dimilik oleh orang tuanya.
4
.Faktor Keadaan Ekonomi
Keadaan
ekonomi dapat menjadi pendorong terjadiny mobilitas manusia.
5
.Faktor Situasi Politik
6
.Faktor Kependudukan {demografi}
7
.Faktor Keinginan Melihat Daerah Lain
D.Faktor
Penghambat Gerak
Sosial
1.
Faktor Kemiskinan
2.
Faktor Diskriminasi Kelas
3.
Faktor Perbedaan Ras dan Agama
4.
Faktor Perbedaan Jenis Kelamin {Gender}
5.
Faktor Pengaruh Sosialisasi yang Sangat Kuat
Ada
pula sumber lain yang mengatakan bahwa ada beberapa faktor penting yang justru
menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai
berikut :
- Perbedaan kelas rasial, seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan
- Agama, seperti yang terjadi di India yang menggunakan sistem kasta.
- Diskriminasi Kelas dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal ini terbukti dengan adanya pembatasan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu mendapatkannya.
Contoh: jumlah anggota DPR
yag dibatasi hanya 500 orang, sehingga hanya 500 orang yang mendapat kesempatan
untuk menaikan status sosialnya menjadi anggota DPR.
- Kemiskinan dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai suatu sosial tertentu.
Contoh: "A" memutuskan untuk
tidak melanjutkan sekolahnya karena kedua orangtuanya tidak bisa membiayai,
sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya.
- Perbedaan jenis kelamin dalam masyarakat juga berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesenmpatan untuk meningkatkan status sosialya.
Faktor Penentu Gerak Sosial
Dalam tulisan ini
faktor penentu mobilitas sosial dibedakan dalam dua hal, pertama faktor
struktur, yaitu faktor yang menentukan jumlah refatif dari kedudukan tinggi
yang harus diisi dan kemudahan untuk memperolehnya. Faktor struktur ini
meliputi; struktur pekerjaan, ekonomi ganda (dualistic economics), dan faktor
penunjang dan penghambat mobilitas itu sendiri. Kedua,faktor
individu, dalam hal ini termasuk didalamnya adalah perbedaan kemampuan,
orientasi sikap terhadap mobilitas, dan faktor kemujuran.
Struktur Pekerjaan
Secara kasar aktivitas ekonomi dibedakan dalam dua sektor,
yaitu sektor formal dan sektor informal. Kedua sektor tersebut tentunya
memiliki karekteristik yang berbeda, dimana sektor formal memiliki sejumlah
kedudukan mulai dari rendah sampai kedudukan yang tinggi; sedang sektor
informal lebih banyak memiliki kedudukkan yang rendah dan sedikit berstatus
tinggi. Perbedaan aktivitas ekonomi ini jelas akan mempengaruhi tingkat
mobilitas masyarakat yang terlibat di dalamnya. Demikian halnya pada masyarakat
yang aktivitas ekonominya didominasi oleh sektor pertanian dan penghasilan
bahanbahan baku (pertambangan, kehutanan) lebih banyak memiliki status
kedudukan rendah, dan sedikit kedudukan yang berstatus tinggi, sehingga tingkat
mobilitasnya rendah. Tingkat mobilitas pada negara-negara maju, mengalami
peningkatan seiring dengan semakin berkembangnya industrialisasi.
Ekonomi Ganda
Dilihat dari sudut ekonomi, suatu masyarakat dapat ditandai
atas dasar jiwa sosial (social spirit), bentuk-bentuk organisasi dan
teknik-teknik yang mendukungnya. Ketiga unsur itu saling berkaitan dan
menentukan ciri khas dari masyarakat yang bersangkutan, maksudnya adalah bahwa
jiwa sosial, bentuk organisasi dan teknik yang unggul akan menentukan gaya dan
wajah masyarakat bersangkutan. Oleh karena itu ketiga unsur ini, dalam kaitan
suatu dengan yang lainya dapat disebut sebagai sistem sosial, gaya sosial, atau
iklim sosial masyarakat yang bersangkutan.
Di negara-negara berkembang ternyata perkembangan ekonomi
menimbulkan beberapa jenis dualisme, yaitu kegiatan-kegiatan ekonomi dari
keadaan-keadaan ekonomi serta keadaan lainnya daiam suatu sektor tidak
mempunyai sifat-sifat seragam, dan sebaliknya dapat dengan tegas dibedakan dalam
dua golongan. Pertama adalah kegiatan-kegiatan atau keadaan ekonomi yang
masihdikuasai oleh unsur-unsur yang bersifat tradisional, dan yang kedua adalah berbagai kegiatan-kegiatan atau
keadaan-keadaan ekonomi yang masih dikuasai oleh unsur-unsur modern. Dualisme
ekonomi itu dapat kita lihat antara sektor pertanian tradisional, yang
dicirikan oleh tingkat produktifitas yang rendah dan menyebabkan tingkat
pendapatan masyarakat berada pada tingkat yang lazim disebut dengan istilah
tingkat pendapatan subsiten.
Sedangkan pada sektor ekonomi modern, dicirikan dengan tipe
ekonomi pasar, dimana kegiatan masyarakat dalam meproduksi sebagian besar
ditujukan untuk pasar. Adanya dualisme ekonomi ini, tentunya akan mempengaruhi
terhadap cepat tidaknya mobilitas itu berlangsung dan besar-kecilnya kesempatan
untuk melakukan mobilitas.
E. Saluran-Saluran Gerak Sosial
Menurut
Pitirim A.Sorokin,mobilitas sosial dapat dilakukan melalui
beberapa saluran berikut.
1. Angkatan Senjata
2.
Lembaga Pendidikan
3. Organisasi
Politik
4.
Lembaga Keagamaan
5.
Organisasi Ekonomi
6.
Organisasi Profesi
7.
Perkawinan
8. Organisasi Keolahragaan
Secara
umum ,cara yang digunakan untuk memperoleh status sosial dapat melalui
dua
cara berikut.
Adalah cara untuk memperoleh kedudukan melalui keturunan
2) Prestasi
Adalah
cara untuk memperoleh kedudukan pada lapisan tertentu dengan usaha sendiri.
Secara
khusus,cara-cara yang digunakan untuk menaikan status sosial adalah sebagai
berikut.
1) Perubahan Standar Hidup
2) Perubahan Nama
3)
Perubahan Tempat Tinggal
4) Perkawinan
5)
Perubahan Tingkah Laku
6) Bergabung dengan Organisasi
Tertentu
F
. Proses Terjadinya Gerak Sosial Dan Saluran Gerak Sosial
Mobilitas sosial,baik itu yang bentuknya vertical,maupun
horizontal dapat terjadi di setiap masyarakat. Adapun Saluran-saluran mobilitas
social diantaranya :
• Angkatan bersenjata
Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat
digunakan untuk saluran mobilitas vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut
kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit yang berjasa pada negara karena
menyelamatkan negara daripemberontakan, ia akan mendapatkan penghargaan dari
masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan pangkat/kedudukan yang lebih tinggi,
walaupun berasal dari golongan masyarakat rendah.
• Lembaga-lembaga keagamaan
Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial
seseorang, misalnya yang berjasa dalam perkembangan Agama seperti ustad,
pendeta, biksu dan lain lain.
• Lembaga pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran
yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social
elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang
lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk
mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.
Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.
• Organisasi politik
Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan
anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih
tinggi, sehingga status sosialnya meningkat.
• Organisasi ekonomi
Organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN dan
lain-lain) dapat meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar
prestasinya, maka semakin besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya
pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya
bertambah. Dan karena kekayaannya bertambah akibatnya status sosialnya di
masyarakat meningkat.
• Organisasi keahlian
Seperti di wikipedia ini, orang yang rajin menulis dan
menyumbangkan pengetahuan/keahliannya kepada kelompok pasti statusnya akan
dianggap lebih tinggi daripada pengguna biasa.
• Perkawinan
Sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seorang
yang menikah dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena
pengaruh pasangannya.
g.
Dampak Mobilitas Sosial
Menurut Horton dan Hunt (1987),ada beberapa konsekuensi
negative dari adanya mobilitas sosial vertical , antara lain sbg berikut.
1) Kecemasan
akan terjadi penurunan status bila terjadi mobilitas menurun.
2) Ketegangan
dalam mempelajari peran baru dari status jabatan yang meningkat
3) Keretakan
hubungan antaranggota kelompok primer.
Adapun dampak mobilitas sosial bagi masyarakat,baik yang
bersifat positif maupun negatif antara lain sbg berikut.
1.Dampak Positif
a) Mendorong
seseorang untuk lebih maju
b) Mempercepat
tingkat perubahan sosial masyarakat kea rah yang lebih baik.
2 .Dampak Negatif
a) Timbulnya
konflik
Konflik yang ditimbulkan oleh mobilitas sosial dapat
dibedakan
menjadi
3 bagian,yaitu sebagai berikut.
1) Konflik
antarkelas
2) Konflik
antarkelompok sosial
Konflik ini dapat berupa:
a)
Konflik antara kelompok sosial yang masih tradisional dengan kelompok sosial
yang modern.
b) Proses
suatu kelompok sosial tertentu terhadap kelompok sosial lain yangmemiliki
wewenang.
3) Konflik
antargenerasi
b) Berkurangnya Solidaritas Kelompok
Dampak
lain mobilitas sosial dari faktor psikologis antara lain sebagai berikut.
1. Menimbulkan
ketakutan
2. Adanya
gangguan psikologis bila seseorang turun dari jabatannya(post power syndrome)
3. Mengalami
frustasi.
Dampak mobilitas social
naik turunnya status sosial tentu memberikan
konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap struktur sosial masyarakat. Konsekuensi-konsekuensi
itu kemudian mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi ini dapat berbentuk konflik.
Ada berbagai macam konflik yang bisa muncul dalam masyarakat sebagai akibat
terjadinya mobilitas.
Dampak negative
•
Konflik antarkelas
Dalam
masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti
kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi
disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas
sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik
antarkelas.
Contoh:
demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik antara
kelas buruh dengan pengusaha.
•
Konflik antarkelompok social
Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang
beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi,
agama, suku, dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai
kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul konflik.
Contoh: tawuran pelajar, perang antarkampung.
•
Konflik antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang
mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan
perubahan.
Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum
muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi
tua.
•
Penyesuaian kembali
Setiap konflik pada dasarnya ingin menguasai atau
mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak yang berkonflik bila menyadari bahwa
konflik itu lebih banyak merugikan kelompoknya, maka akan timbul penyesuaian
kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa penyesuaian kembali
yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa saling menghargai.
Penyesuaian semacam ini disebut Akomodasi.
Dampak positif
Orang-orang akan
berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan
untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan
bekerja keras agar dapat naik ke strata atas.
Contoh: Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat
agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.
Mobilitas sosial akan
lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik.
Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari
masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat
terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini
perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Bernard
Raho,Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher, 2007. hlm. 54
Margaret.
M. Poloma, 1994. Sosiologi Kontemporer.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hlm.
113-120
Susanto, 2000. Ilmu
Sosiolog, Yogyakarta: Liska Friska Putra.
uwito, 2005. Sejarah
Social. Jakarta: Putra Grafika.
Polama. M Margaret. Sosiologi Kntemporer. PT. Raja Grafondo
Persada. Yogyakarta. 2010
Soekanto, Soerjono. Suatu Pengantar Sosiologi. PT. Raja
Grafondo Persada. Jakarta. 1982
Bagus nian gan infonya!
BalasHapusFollow blog ane gan! Sesama wong plembang http://natsuga11.blogspot.com
salam.. tulisan nya bagus dab. akan tetpi lebih bagus lagi ada footnote. saya rasa mas dab sudah tau bagaimana peraturan penulisan karya ilmiah dalam dunia akandemisi. segala bentuk apapun ketiak kita mempunyai pandang tidak lepasnya kita mempunyai sumbar. nah dari sumber-sumber itulah yang pada nantinya oleh para akademisi menjadi tolak ukuran keobjetifan sebuah karya. tidak mungkin tau-tau ide itu turun dari langsung .. langsung berbentuk tulisan. walau saya juga dulu seperti itu . setidaknya saya sekarang sudah bisa menghargai kerya orang lain. apapun itu dan bagaimana pun bentuk nya..salam
BalasHapus