Pembahasan vector frankl
A. Makna Hidup
1. Pengertian Makna Hidup
Makna hidup merupakan sesuatu yang
dianggap penting dan berharga, serta memberikan nilai khusus bagi seseorang.
Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini
dirasakan demikian berarti dan berharga. ( Bastaman, 1996)
Pengertian mengenai makna hidup
menunjukan bahwa didalamnya terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang
perlu dicapai dan dipenuhi. Makna hidup ini benar-benar terdapat dalam
kehidupan itu sendiri, walaupun dalam kenyataannya tidak mudah ditemukan,
karena sering tersirat dan tersembunyi di dalamnya. Bila makna hidup ini
berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan bermakana
dan berharga yang pada giliranya akan menimbulkan perasaan bahagia. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kebahagiaan adalah ganjaran atau akibat samping
dari keberhasilan seseorang memenuhi makna hidup.
Menurut pandangan Frankl ( 1970 ) makna hidup harus dilihat sebagai suatu
yang sangat objektif karena berkaitan dengan hubungan individu dengan pengalamannya
dalam dunia ini, meskipun makna hidup itu sendiri sebenarnya suatu yang
objektif, artinya benar-benar ada dan dialami dalam kehidupan.
Frankl ( 1985 ) menyebutkan bahwa makna hidup sebagai sesuatu hal yang
bersifat personal, dan bisa berubah seiring berjalanya waktu maupun perubahan
situasi dalam kehidupannya. Individu seolah-olah ditanya apa makna hidupnya
pada setiap waktu maupun situasi dan kemudian harus mempertanggungjawabkan.
Menurut Yalom ( dalam Bastaman, 1996 ) pengertian makna hidup sama
artinya dengan tujuan hidup yaitu segala sesuatu yang ingin dicapai dan
dipenuhi.
Berdasarkan uraian dia atas maka dapat disimpulkan bahwa makna hidup
adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai
khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan hidup.
2. Landasan Logoterapi
Menurut Frankl (2004) logoterapi berasal dari kata logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti makna. Logoterapi
percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna hidup dalam hidup seseorang
merupakan motivator utama orang tersebut. Logoterapi berusaha membuat pasien
menyadari secara tanggungjawab dirinya dan memberinya kesempatan untuk memilih,
untuk apa, atau kepada siapa dia merasa bertanggungjawab. Logoterapi tidak
menggurui atau berkotbah melainkan
pasien sendiri yang harus memutuskan apakah tugas hidupnya bertanggung jawab
terhadap masyarakat, atau terhadap hati nuraninya sendiri.
Menurut Frankl (dalam Trimardhany, 2003) logoterapi memiliki wawasan
mengenai manusia yang berlandaskan tiga pilar filosofis yang satu dengan lainya
erat hubunganya dan saling menunjang yaitu:
a.
Kebebasan berkehendak ( Freedom of Will )
Dalam pandangan Logoterapi manusia adalah mahluk yang istimewa karena
mempunyai kebebasan. Kebebasan disini bukanlah kebebasan yang mutlak, tetapi
kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari (freedom from) kondisi-kondisi biologis,
psikologis dan sosiokultural tetapi lebih kepada kebebasan untuk mengambil sikap
( freedom to take a stand ) atas kondisi-kondisi tersebut. Kelebihan manusia
yang lain adalah kemampuan untuk mengambil jarak ( to detach ) terhadap kondisi di luar dirinya, bahkan manusia juga
mempunyai kemampuan-kemampuan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri ( self detachment ). Kemampuan-kemampuan
inilah yang kemudian membuat manusia disebut sebagai “ the self deteming being” yang berarti manusia mempunyai kebebasan
untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.
b.
Kehendak Hidup Bermakna ( The Will to Meaning )
Menurut Frankl, motivasi hidup manusia yang utama adalah mencari makna.
Ini berbeda denga psikoanalisa yang memandang manusia adalah pencari kesenangan
atau juga pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari
kekuasaan. Menurut logoterapi ( Koeswara, 1992 ) bahwa kesenagan adalah efek dari
pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna
itu. Mengenal makna itu sendiri menurut Frankl bersifat menarik ( to pull ) dan menawari ( to
offer ) bukannya mendorong ( to push
). Karena sifatnya menarik itu maka individu termotivasi untuk memenuhinya
agar ia menjadi individu yang bermakna dengan
berbagai kegiatan yang sarat dengan makna.
c.
Makna Hidup ( The
Meaning Of Life )
Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus
bagi seseorang ( Bastaman, 1996 ). Untuk tujuan praktis makna hidup dianggap identik
dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa
berbeda antara manusia satu
dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu, yang
penting bukan makna hidup secara umum, melainkan makna khusus dari hidup
seseorang pada suatu saat tertentu. Setiap manusia memiliki pekerjaan dan misi
untuk menyelesaikan tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak
bisa digantikan dan hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki
tugas yang unik dan kesempatan unik untuk menyelesaikan tugasnya ( Frankl,
2004)
3. Karakteristik Makna Hidup
Karakteristik makna hidup menurut Bastaman (1996) antara lain :
a.
Makna hidup sifatnya unik, pribadi dan temporer
Artinya apa yang dianggap berarti bagi seseorang belum tentu berarti pula bagi orang lain.
Demikian pula hal-hal yang dianggap penting dapat berubah dari waktu ke waktu.
b.
Kongkrit dan spesifik
Yakni makna hidup dapat ditemukan dalam penglaman dan
kehidupan sehari-hari, serta tidak usah selalu dikaitkan dengan hal-hal yang
serba abstrak filosofis dan idealis atau kreativitas dan prestasi akademis yang
serba menakjubkan.
c.
Memberi pedoman dan arah
Artinya makna hidup yang ditemukan oleh seseorang akan memberikan pedoman
dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukannya sehingga makna hidup
seakan-akan menantang ( challenging )
dan mengundang (inviting) seseorang
untuk memenuhinya.
4. Sumber-sumber Makna Hidup
Frankl ( Dalam Trimardhany, 2003 ) menyimpulkan bahwa makan hidup bisa
ditemukan melalui tiga cara, yaitu:
a.
Nilai Kreatif
Nilai kreatif dapat diraih melalui berbagai kegiatan. Pada dasarnya
seorang bisa mengalami stress jika terlalu banyak beban pekerjaan, namun
ternyata seseorang akan merasa hampa dan stress pula jika tidak ada kegiatan
yang dilakukannya. Kegitan yang dimaksud tidaklah semata-mata kegiatan mencari
uang, namun pekerjaan yang membuat seorang dapat merealisasikan
potensi-potensinya sebagai sesuatu yang dinilainya berharga bagi dirinya
sendiri atau orang lain maupun kepada tuhan.
b.
Nilai Penghayatan
Nilai penghayatan menurut Frankl dapat dikatakan berbeda dari nilai
kreatif karena cara memperoleh nilai penghayatan adalah dengan menerima apa
yang ada dengan penuh pemaknaan dan penghayatan yang mendalam. Realisasi nilai
penghayatan dapat dicapai dengan berbagai macam bentuk penghayatan terhadap
keindahan, rasa cinta dan memahami suatu kebenaran ( Frankl dalam Koeswara,
1992 ). Makna hidup dapat diraih melalui berbagai momen maupun hanya dari
sebuah momen tunggal yang sangat mengesankan bagi seseorang misalnya memaknai
hasil karya sendiri yang dinikmati orang lain.
c.
Nilai Bersikap
Nilai terakhir adalah nilai bersikap. Nilai ini sering dianggap paling
tinggi karena di dalam menerima kehilangan kita terhadap kreativitas maupun
kehilangan kesempatan untuk menerima cinta kasih, manusia tetap bisa mencapai
makna hidupnya melalui penyikapan terhadap apa yang terjadi. Bahkan di dalam
suatu musibah yang tak terelakan, seorang masih bisa dijadikannya suatu momen
yang sangat bermakan dengan cara menyikapinya secara tepat. Dengan perkataan
lain penderitaan yang dialami seseorang masih tetap dapat memberikan makna bagi
dirinya.
5. Metode-metode Makna hidup.
Menurut Bastaman
(1996) menyederhanakan dan memodifikasi metode Logoanalysis sebagai berikut :
a.
Pemahaman Pribadi
Mengenali secara objektif kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan
lingkungan, baik yang masih merupakan potensi maupun yang telah teraktualisasi
untuk kemudian kekuatan-kekuatan itu dikembangkan dan kelemahan-kelemahan
dihambat dan dikurangi.
b.
Bertindak positif
Mencoba menerapkan dan melaksanakan dalam perilaku dan tindakan-tindakan
nyata sehari-hari yang dianggap baik dan bermanfaat. Bertindak positif
merupakan kelanjutan dari berfikir positif.
c.
Pengakraban Hubungan
Secara sengaja meningkatkan hubungan yang baik dengan pribadi-pribadi
tertentu ( misalnya anggota keluarga, teman, rekan kerja, tetangga ), sehingga
masing-masing merasa saling menyayangi, saling membutuhkan dan bersedia
bantu-membantu.
d.
Pengalaman Tri-Nilai
Berupaya untuk memahami dan memenuhi tiga ragam nilai yang dianggap
sebagai sumber makna hidup yaitu nilai-nilai kreatif ( kerja, karya ),
nilai-nilai penghayatan ( kebebaran, keindahan, kasih, iman ), dan nilai-nilai
bersikap ( menerima dan mengambil sikap yang tepat atas derita yang tidak dapat
dihindari lagi ).
e.
Ibadah.
Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri pada sang pencipta yang pada
akhirnya memberikan perasan damai, tentaram, dan tabah. Ibadah yang dilakukan
secar terus-menerus dan khusuk memberikan perasan seolah-olah dibimbing dan
mendapat arahan ketika melakukan suatu perbuatan.
6. Dimensi-dimensi Makna hidup
Bastaman (1996), terdapat komponen-komponen yang potensia dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan mengembangkan kehidupan
bermakna sejauh diaktualisasikan. Komponen ini ternyata cukup banyak ragamnya,
tetapi semuanya dapat dikategorikan dalam menjadi tiga Dimensi yaitu :
a.
Dimensi Personal
Unsur-unsur yang merupakan Dimensi personal adalah :
1).
Pemahaman diri (self
insight), yakni meninggkatnya kesadaran atas buruknya kondisi diri pada
saat ini dan keinginan kuat untuk melakukan perubahan ke arah kondisi yang
lebih baik.
2).
Pengubahan sikap (changing
attitude), dari semula tidak tepat menjadi lebih tepat dalam menghadapi
masalah, kondisi hidup dan musibah yang terelakkan.
b.
Dimensi Sosial
Unsur yang merupakan Dimensi sosial adalah dukungan sosial (social supprot), yakni hdirnya seseorang atau sejumlah orang yang akrab,
dpat dipercaya dan selalu bersedia memberikan bantuan pada saat-saat
diperlukan.
c.
Dimensi Nilai-nilai
Adapun unsur-unsur dari Dimensi nilai-nilai meliputi :
1)
Makna hidup (the
meaning of live), yakni nilai-nilai penting dan sangat berarti bagi
kehidupan pribadi seseorang yang berfungsi sebagai tujuan hidup yang harus
dipenuhi dan mengarah kegiatan-kegiatanya.
2)
Keikatan diri (self
commitment), terhadap makna hidup yang ditemukan dan tujuan hidup yang
ditetapkan.
3)
Kegiatan terarah (directed
activities), yakni upaya-upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja
berupa pengembangan potensi-poteni pribadi (bakat, kemampuan, keterampilan)
yang positif serta pemanfaatan relasi antar pribadi untuk menunjang tercapainya
makna dan tujuan hidup.
Unsur-unsur tersebut bila disimak dan direnungkan secara mendalam
ternyata merupakan kehendak, kemampuan, sikap, sifat dan tindakan khas insani,
yakni kualitas-kualitas yang terpateri pada eksistensi manusia. Karena
pengembangan pribadi pada dasarnya adalah mengoptimalisasi
keunggulan-keunggulan dan meminimalisasikan kelemahan-kelemahan pribadi. Dengan
demikian dilihat dari segi Dimensi-Dimensinya dapat diungkap sebuah prinsip,
yaitu keberhasilan mengembangkan penghayatan hidup bermakana dilakukan dengan
jalan menyadari dan mengaktualisasikan potensi kualitas-kualitas insani.
7. Jenis Makna dalam Hidup
Menurut Fankl (dalam Bastaman 1996) ada tiga makna hidup ini yang dapat
membawa manusia kepada makna hidupnya, yaitu :
a.
Makna Kerja
Makna hidup bukanlah untuk dipertanyakan tetapi untuk dijawab, karena
kita bertanggung jawab atas hidup ini. Jawaban ini hanya diberikan dalam
kata-kata tetapi yang utama adalah dengan berbuat dan dengan melakukanya.
Aktualisasi nila-nilai kreatif yang bisa memberikan makna kepada kehidupan
seseorang biasanya terkandung dalam pekerjaan seseorang.
Pekerjaan menurut Frankl (dalam Bastaman 1996) merepresentasikan keunikan
keberadaann individu dalam hubunganya dengan masyarakat dan karenanya
memperolah makna dan nilai. Makna dan nilai ini berhubungan dengan pekerjaan
seseorang sebagai kontribusinya terhadap masyarakat dan bukan pekerjaanya yang
sesungguhnya yang dinilai.
Rasa kekosongan dan tampa
makna yang dialami para penganggur juga dialami oleh narapidana dalam kamp
kosentarasi. Dalam kedaanseperti itu, mungkin terlihat sekilas bahwa kondisi tampa pekerjaan
menyebabkan seseorang menjadi neurotis. Kesan demilkian itu sebenarnya tidak
terlalu tepat, karena ternyata tidak semua penganggur kemudian mengalami
unemployment neurosis. Pada mereka yang telah menyadari bahwa makna hidup tidak
semata-semata tergantung pada pekerjaan yang mendapatkan upah, unemployment
neurosis tidak terjadi. Misalnya para penganggur yang memanfaatkan waktu
luangnya dengan melakukan berbagai kegiatan
sosial yang dapat meningkatkan amal ibadah mereka.
b.
Makna Penderitaan
Penderitaan memberikan suatu makna manakala individu menghadapi situasi
kehidupan yang tidak dapat dihindari. Bilamana
suatu keadaan sungguh-sungguh tidak bisa diubah dan individu tidak lagi
memiliki peluang untuk merealisasikan nilai-nilai kreatif, maka saatnya untuk
merealisasikan nilai-nilai bersikap. Dalam penderitaan individu berada dalam
ketegangan atas apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang sebenarnya terjadi
dalam kenyataan.
Nilai-nilai bersikap teraktualisasi ketika individu diharapkan pada
sesuatu yang sudah menjadi takdirnya. Dalam menghadapi masalah ini, individu
bersikap menerima kesulitan-kesulitan hidupnya dan di sanalah teraktualisasi
potensi-potensi nilai yang tidak terkira banyaknya.
Hidup adalah sebuah kesempatan untuk sesuatu, baik membentuk nasib
(melalui nilai-nilai kreatif), dengan menentukan sikap terhadap nasib (melalui
nilai-nilai bersikap) berarti individu menunjukan keberaniaan dan kemuliaan
menghadapi penderitaanya. Penderiataan dapat membuat manusia merasakan hidup
yang sesungguhnya. Dalam penderitaan dikatakan bahwa manusia dapat menjadi
matang, karena melalui penderiataan itulah manusia belajar dan semakin
memperkaya hidupnya.
c.
Makna Cinta
Eksistensi manusia didasari oleh keunikan dan keistimewaan individu
tersebut. Cinta berarti mengalami hidup bersama orang lain dengan segala
keunikan dan keistimewaannya. Dalam cinta terjadi penerimaan penuh akan
nilai-nilai, tampa
kontribusi maupun usaha dari yang dicintai, cinta membuat si pecinta menerima
segala keunukan dan keistimewaan orang yang dicintainya.
Cinta mungkinkan individu untuk melihat inti spiritual orang lain,
nilai-nilai potensial dan hakekat yang dimilikinya. Cinta memungkinkan kita
untuk mengalmi kepribadiaan orang lain dalam dunianya sendiri dan dengan
demikian memperluas dunia kita sendiri. Bahkan pengalam kita dalam cinta
berubah menjadi kisah yang menyedihkan, kita tetap diperkaya dengan diberikan
makna yang lebih mendalam akan hidup. Manusia rela menanggung resiko mengalami
sekian banyak kisah cinta yang menyedihkan asalkan ia dapat mengalami satu saja
kisah cinta yang membahagiakan.
Ketiga cara tersebut menggambarkan bahwa seseorang dalam mencari makna
hidupnya harus dengan menyakini bahwa makna tersebut adalah seseatu yang
obyektif, yang bersifat menuntut atau menantang tetapi juga merupakan suatu hal
yang mutlak bagi manusia untuk dapat mencapai pemenuhan makan itu.
Dari uraian diatas peneliti mengambil kesimpulan pengertian kebermaknaan
hidup adalah merupakan sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan
serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makana hidup menunjukan bahwa di
dalamnya terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan
dipenuhi bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini
dirasakan demikian berarti dan berharga.
8. Proses-proses Perubahan Dari Penghayatan Hidup Tak Bermakna Menjadi Lebih Bermakna.
Meneurut Bastaman (1996) dalam proses perubahan dari penghayatan hidup
tak bermakna menjadi lebih bermakna dapat digambarkan tahapan-tahapan pengalaman
tertentu. Hal ini hanya merupakan konstruksi teoritis yang dalam realitas
sebenarnya tidak selalu mengikuti urutan tersebut (untuk mepermudah pemahaman
secara menyeluruh). Tahapan-tahapan ini dapat digolongkan menjadi lima sebagai berikut :
a.
Tahap Derita (peristiwa tragis, penghayatan tampa makna)
b.
Tahap Penerimaan Diri (pemahaman diri, pengubahan
sikap)
c.
Tahap Penemuan Makna Hidup (penemuan makna dan penemuan
tujuan- tujuan hidup)
d.
Tahap Realisasi Makna (keikatan diri, kegiatan terarah
untuk pemenuhan makna hidup)
e.
Tahap Kehidupan Bermakna (penghayatan bermaknaan,
kebahagiaan)
Peristiwa tragis yang membawa kepada kondisi hidup tak bermakna dapat
menimbulakan kesadaran diri (self
insight) dalam diri individu akan keadaan dirinya dan membantunya untuk
mengubah kondisi diri menjadi lebih baik lagi. Gejala-gejala utama penghayatan
hidup tak bermakna, individu dapat merasa hampa, gersang, merasa tak memiliki
tujuan hidup, merasa hidup tak berarti, serba bosan dan apatis. Kebosanan (boredom) adalah ketidakmampuan seseorang
umtuk membangkitkan minat, sedangkan apatis (apality) merupakan ketidakmampuan untuk mengambil prakarsa.
Penghayaran-penghayatan tersebut menurut Frankl (1973), mungkin saja tidak terungkap
secara nyata, tetapi terselubung (Masked)
dibalik bebrbagai upaya kopensasi dan kehendak yang berlebihan untuk berkuasa (the will to power), bersenang-senang
mencari kenikmatan seksual (the will to
sex), bekerja (the
will to work), dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya (the will
to money). Dengan kata lain perilaku dan kehendak yang berlebihan itu
biasanya menutupi penghayatan hidup tanpa makna.
Munculnya kesadaran diri ini dapat didorong
karena berbagai macam sebab seperti perenungan diri, konsultasi dengan para
ahli, mendapat pandangan dari seseorang, hasil doa dan ibadah, belajar dari
pengalaman orang lain atau memahami peristiwa tertentu yang secara dramatis
mengubah sikap selama ini. Bersamaan dengan ini individu dapat menyadari adanya
nilai-nilai kreatif, pengalaman maupun
sikap yang kemudian ditetapkan sebagai tujuan hidup. Atas dasar pemahaman diri
dan penemuan makan hidup ini timbul perubahan sikap (changing attitude) dalam menghadapi masalah. Setelah individu
berhasil menghadapi masalahnya, semangat hidup dan gairah kerja meningkat,
kemudian secara sadar melakukan keikatan diri (self commitment) untuk melakukan berbagai kegiatan terarah untuk
memenuhi makan hidup yang ditemukan. Kegiatan ini biasanya berupa pengalaman
bakat, kemampuan, keterampilan dan berbagai potensi positif lainya yang
sebelumnya terabaikan. Bila tahap ini pada akhirnya berasil dilalui, dapat
dipastikan akan menimbulkan perubahan kondisi hidup yang lebih baik dan
mengembangkan penghayatan hidup bermakna dengan kebahagiaan. (Bastaman,1996).
Dari gambaran diatas jelas bahwa penghayatan hidup bermakna merupakan gerbang
ke arah kepuasan dan kebahagiaan hidup. Hanya dengan memenuhi makna-makna
potensial yang ditawarkan oleh kehidupanlah, penghayatan hidup bermakan
tercapai dengan kebahagiaan sebagai ganjarannya.
- Wanita hamil Pranikah
1. Pengertian Kehamilan pra nikah
Kehamilan merupakan perubahan keadaan yang relatif baru, khususnya bagi
wanita yang baru pertama kali mengalaminya. Pada masa ini terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi gerakan maupun
aktivitas wanita tersebut sehari-hari. Disamping itu sebagai calon ibu, dalam
hal ini ibu dari anak-anak yang akan dilahirkanya, membawa perubahan peran yang
harus di jalankanya. (Brice Pitt ,1963)
Pada waktu hamil, menurut,
Dianawati (2002 ) wanita dihadapkan pada beberapa keadaan yang mungkin dapat
terjadi sehubungan dengan kehamilan itu, seperti perkembangan dan keselamatan
janin dalam kandunganya sampai tiba waktunya untuk dilahirkan juga
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi ketika melahirkan, baik bagi dirinya
maupun bagi bayinya. wanita dihadapkan pada kemungkinan bayinya dilahirkan
dengan membawa kelainan-kelainan (cacat bawaan). Pada kehamilan juga terjadi
perubahan hormonal yang menimbulkan rasa cemas, iritasi, mual, pusing, letih,
dan sebagainya yang mempengaruhi suasana emosi serta penyesuaian diri pada
wanita itu, terutama dalam bulan-bulan pertama dari kehamilan, keadaan ini merupakan
hal yang normal dan dialami oleh banyak orang. Keadaan menjadi lebih serius
jika disertai perasaan atau sikap negatif terhadap kehamilan, sehingga
kecemasan berkepanjangan. Konflik laten yang dalam keadaan biasa (tidak hamil)
dapat diatasi, pada masa ini dapat menjadi akut.
Tidak semua wanita menghendaki
kehamilan, setidak-tidaknya untuk saat itu, dengan berbagai alasan tertentu.
Terjadinya aborsi, pemakaian alat kontrasepsi yang makin meluas, merupakan
bukti yang nyata. Kegagalan kontrasepsi, kehamilan di luar rencana, pada
sebagian wanita menimbulkan penolakan terhadap kehamilanya tersebut, pun setelah
anak itu lahir. (Brice Pitt, 1963).
Namun demikian, tidak berarti
semua wanita yang ingin hamil akan menerima dengan senang hati kehamilanya. Hal
ini dapat dipahami mengingat seringkali adanya tujuan-tujuan tertentu dibalik
keinginanya untuk menjadi hamil, seperti untuk menyambung keturunan, mempererat
hubungan dengan pasangan hidup, memenuhi harapan orang tua, membuktikan
kesuburanya serta keperkasaan suaminya, protes remaja terhadap orang tua yang
mengatur perjodohanya, dan sebagainya. Jadi mungkin saja sebab utama dari
keinginan untuk hamil bukan semata-mata untuk mempunyai anak, tetapi kehamilan
dan mempunyai anak merupakan suatu sarana untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu.
Proses
kehamilan yang awalnya menjadi hal yang bahagia bagi pasangan yang
terikat oleh jalinan perkawinan namun sebaliknya proses kehamilan itu
akan menjadi malapetaka bagi pasangan yang belum terikat oleh jalinan
perkawinan yang sah atau bisa di sebut hubungan seksual pranikah. Istilah “hubungan seksual pranikah”
sudah merupakan hal yang asing lagi, baik di kalangan masyarakat ilmuan maupun
di kalangan masyarakat awam. Bila diperhatikan istilah ini satu persatu, yang
dimaksud dengan hubungan seksual pranikah adalah hubungan seksual yang
dilakukan oleh sepasang insan sebelum mereka diikat oleh tali perkawina. Kartono
(1996) yaitu kehamilan pranikah pada umumnya tidak direncanakan dan menimbulkan
perasaan bersalah, berdosa dan malu pada remaja yang mengalaminya, ditambah
lagi dengan adanya sangsi sosial dari masyarakat terhadap kehamilan dan
kelahiran anak tampa
ikatan pernikahan.
Duval
dan Miller (1985) menjelaskan, bahwa bentuk-bentuk keintiman heteroseksual yang
dilakukan oleh sepasang manusia mengikuti suatu proses peningkatan, yaitu mulai
dari :
a. Sentuhan
(hanya berupa pegangan tangan, pelukan)
b. Cium
(mulai dari kecupan sampai deep kissing)
c. Petting, yaitu meraba-raba daerah erotik
pasanagan (biasanya mulai dari yang ringan/light pettng sampai meraba alat
kelamin)
d. Hubungan
seksual (sexsual intercourse)
Zastrow ( 1987 ) Mengungkapkan beberapa
penyebab kehamilan yang dialami oleh
para remaja :
a. Penyebab utama terjadinya kehamilan adalah
misinformasi atau kurangnya informasi yang relevan.
b. Mengabaikan bahwa tingkah laku seksual akan
menyebabkan kehamilan dan berasumsi bahwa pasanganyalah yang menggunakan
kontrasepsi walaupun kenyataan tidak tidak demikian. Banyak remaja yang enggan
menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan bahwa mereka tidak mungkin hamil
atau kemungkinan hamil sangat kecil (Papalia & Old, 1995). Selain itu
banyak yang berfikir bahwa menggunakan kontrasepsi adalah tindakan yang tidak
bermoral, seolah-olah mereka merencanakan akan melakukan hubungan seksual.
Alasan lain tidak digunakanya kontrasepsi adalah kekhawatiran bahwa kenikmatan
dan spontanitas dalam hubungan seks akan berkurang atau timbul masalah yang
berhubungan dengan kesehatan.
c. Bagi beberapa gadis, mereka tidak
memperdulikan apakah mereka akan hamil atau tidak. Bagi mereka kehamilan
membuktikan feminitas, mkengutkan status kedewasaan dan merupakan alat untuk
mendapat perhatiaan orang tua dan teman. Bahkan ada yang menggunakan kehamilan
sebagai cara untuk mengatasi masalah, untuk menghukum, atau justru merupakan
rewad bagi orang lain.
d. Menyalahartikan atau kebingungan dalam
mengartikan konsep cinta, keintiman dan tingkah laku seksual. Remaja awal
cenderung berfikir bahwa seks adalah cara untuk mendapatkan pasangan, sedangkan
remaja akhir cenderung melakukan tingkah laku seksual jika telah ada ikatan dan
saling pengertian dengan pasangan. Seks sering dijadikan saran untuk
berkomunikasi dengan pasangan.
2. Gejala awal kehamilan
Menurut Dianawati ( 2002
) gejala-gejala awal yang terjadi pada proses kehamilan diantaranya ditandai dengan :
a. Tidak datangnya menstruasi
Seseorang yang telah melakukan
hubngan seksual wajib memeriksakan diri ke dokter jika dalam waktu satu minggu
atau lebih tidak mendapatkan menstruasi dari jadwal yang seharusnya.
Kemungkinan besar dia telah hamil.
b. Perubahan pada payudara
Biasanya, menjelang
menstruasi, payudara perempuan akan terasa kencang dan padat. Penyebabnya, jumlah
hormon estrogen dalam tubuh meningkat. Kondisi seperti itu akan hilang dengan
sendirinya bersamaan dengan berakhirnya masa menstruasi. Lain lagi jika
terjadinya kehamilan, memadat dan mengencangnya payudara akan berlangsung lama
dan akan semakin membesar disertai dengan rasa kesemutan. Semua perubahan ini
terjadi karena pengaruh hormon estrogen dan progeteron, yang sudah berfungsi
untuk memproduksi air susu. Selain itu, saluran-saluran jaringan payudara telah
dialiri darah.
c. Sering buang air kecil
Hal ini biasanya terjadinya
pada awal kehamilan. Penyebabnya adalah ginjal bekerja terlalu berlebihan
sehingga kantung kencing pun akan cepat terisi.
d. Mual-mual dan muntah
Gejala ini
biasanya terjadi pada pagi hari. Dari gejala ini dapat diketahui bahwa ia hamil,
setelah lebih dari 1 minggu menstruasinya tidak datang. Gejalaini akan hilang
setelah memasuki 12 minggu sejak masa hamilan. Tidak setiap perempuan mengalami
gejala ini. Faktor yang menjadi penyebab timbulnya gejala ini masih tidak
jelas. Namun, kemungkinan faktor emosi dan kecemasan.
4. Dampak Kehamilan bagi remaja
Menurut Bolton (1980) ada berbagai dampak yang dialami akibat kehamilan
diantaranya adalah :
a.
Terhambatnya tugas perkembangan
Banyak tugas perkembangan yang tidak dapat diselesaikan oleh remaja akibat
kehamilan. Bahkan ada tugas-tugas yang akan dilewati begitu saja akibat
tuntutan untuk menjalankan peran barunya sebagai orang dewasa, padahal dalam
perkembanganya yang normal remaja harus menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu,
bisa memasuki tahap perkembangan selanjutnya.
b.
Disfungsi keluarga
Sebagai anggota keluarga, remaja yang hamil seringkali dianggap sebagai
pembawa krisis atau permasalahan dalam keluarga. Permasalahan ini tidak bisa
dielakan dan menuntut adanya penyesuaian dari seluruh anggota keluarga, dan
sangat potensial untuk menimbulkan konflik dan stress.
c.
Resiko kesehatan
Dalam menjalani masa kehamilan, remaja mempunyai
beberapa tugas berkaitan dengan perawatan dirinya. Hal ini seringkali
melelahkan dan menjadi beban sehingga remaja tidak mengindahkan beberapa hal
yang penting berkaitan dengan perawatan kehamilanya. Hal ini cukup beresiko bagi kelangsungan hidup
remaja tersebut dan bayi dikandungnya.
d.
Konflik emosional
Konflik yang dialami akan meningkatkan pada saat terjadinya interaksi antara
tuntutan dari lingkungan sosial remaja dengan kewajibanya untuk mengasuh anak.
Sebagai remaja kebutuhan bersosialisasi masih tinggi, karena itu pekerjaan
merawat anak seringkali dirasakan membebani dan mengganggu dunia remajanya.
e. Defisiensi dalam bidang pendidikan dan
pekerjaan
Santrock (1996) menyatakan
bahwa remaja yang kehamilan umumnya terhambat dalam hal pendidikan. Walaupun
mereka akhirnya meneruskan pendidikan tetapi mereka tetap tidak bisa menyamai
remaja pada umumnya.
C. Single Mother
1. Pengertian single mother
Umumnya suatu keluarga terdiri dari
ayah,atau suami ibu atau isteri dan anak-anak. Di dalam kehidupan keluarga,
ayah dan ibu memiliki peran sebagai orangtua dari anak-anak. Pada kenyataannya,
di masyarakat terdapat keluarga yang salah satu orangtua tidak ada, baik karena
perceraian, perpisahan atau meninggal dunia. Di dalam suatu keluarga dimana hanya
seorang ibu berperan tanpa dukungan atau bantuan figur seorang suami, sering dinamakan
sebagai single mother.
Menurut Perlmutter & Hall (1992)
ada beberapa sebab mengapa seseorang sampai menjadi single mother, yaitu karena kematiaan suami atau, perceraian atau
perpisahan, mempunyai anak tampa
nikah. Menurut Papalia dkk. (2002) single
mother adalah wanita yang ditinggalkan oleh suami atau pasangan hidupnya
baik karena terpisah, bercerai atau meninggal dunia untuk kemudian memutuskan
untuk tidak menikah melainkan membesarkan anak-anaknya seorang diri.
Sedangkan Anderson dkk (1998)
mengartikan single mother sebagai
wanita dewasa yang memilih untuk hidup sendiri tanpa pendamping dikarenakan
perpisahan atau perceraian. Exter (dalam Anderson
dkk. 1998) mengatakan bahwa menjadi single mother merupakan pilihan hidup
yang dijalani oleh individu yang berkomitmen untuk tidak menikah atau menjalin
hubungan intim dengan orang lain.
Single
mother dapat pula diartikan sebagai sosok yang menjadi tulang punggung
keluarga, baik karena bercerai, kematian atau karena pernikahan yang tidak harmonis (Anderson dkk. 1998). Saund (dalam Papalia
dkk. 2002) menjelaskan bahwa individu yang telah terikat erta dengan figur
suaminya namun karena suatu hal kehilangan partner untuk bertukar pikiran,
mengurus rumah tangga dan membesarkan anak-anak dapat disebut sebagai single mother.
Berdasarkan definisi diatas maka
pengertian single mother adalah
wanita yang ditinggal mati suami , bercerai atau ditinggalkan pasangan hidupnya
yang tanpa ada ikatan pernikahan dan
berperan sebagai tulang punggung keluarga dimana tanggung jawab atas finansial,
emosinal maupun masa depan keluarga dipegang sepenuhnya oleh individu tersebut.
Pada penelitiaan ini, single mother
yang dijadikan subjek penelitian adalah single
mother yang membesarkan anaknya tanpa disertai kehadiran dan tanggung jawab
pasanganya.
2. Tahapan
yang dilalui single mother
Ketika individu kehilangan
seseorang yang dicintainya maka individu tersebut biasanya merasakan sakit yang
begitu dalam, rasa frustasi dan kehilangan yang mungkin baru akan hilang
setelah melalui waktu yang cukup lama (Papalia dkk. 2002). Menurut Kubler-Ross
(dalam papalia dkk. 2002) individu yang mengalami hal yang demikian memrlukan
waktu untuk dapat menyesuaikan duri dengan kehidupan baru tampa seorang pendamping. Biasanya wanita
yang ditinggal mati oleh suaminya dan menjadi single mother pada awalnya akan mengalami
bebrapa tahapan, yaitu :
a.
Shock and disbelief
Tahap pertama ini terjadi sampai beberapa minggu setelah kematiaan
pasangan hidup. Umunya individu yang ditinggalkan merasa kehilangan, bingung
serta tidak percaya pada apa yang terjadi. Perasaan hampa seringkali dirasakan
ketika individu merasa ada yang hilang dari kehidupanya dan sering terlihat
menangis.
b. Preoccupation with the memory of the death
person
Tahap kedua ini terjadi kurang lebih enam bulan setelah kematiaan.
Individu yang ditinggalkan umumnya telah berusaha menjalani hiodup dengan
normal namun belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan. Sesekali individu masih
terlihat menangis dan tetap merasa bahwa sang suami masih mendampinginya,
mendengar suaranya, merasakan kehadiranya atau sering memimpikanya.
c. Resolution
Tahap terakhir ini terjadi ketika individu menemukan kembali semangat
untuk menjalani hidup seperti sebelum peristiwa tragis terjadi. Kenagan akan
suami tercinta biasanya akan membawa rasa sedih namun tidak begitu menyebabkan
luka yang mendalam. Hal ini karena individu menyadari bahwa meski dirinya tidak
lagi memiliki pendamping namun hidup harus tetapa berjalan.
3. Problematika single mother
Parkes (dalam
Kirana, 2002 ) menyatakan problematika
yang dihadapi oleh single mother :
Menjadi single mother disebut
oleh Ellison (2003) sebagai situasi yang khusus sekaligus ekstim dan menantang
bagi seorang wanita. Hal ini karena umumnya individu menjadi single mother terlebih dahulu melewati
masa-masa yang penuh stres, ketakutan dan rasa bersalah dari kejadiaan-kejadian
traumatis yang dilaminya, baru kemudian menyesuaikan diri dengan kehidupan yang
baru serta tanggung jawab yang lebih besar terhadap keluarganya.
Terkadang konflik internal muncul saat single mother harus memainkan peran sebagai ibu sekaligus ayah bagi
anak-anaknya. Hal ini karena di satu sisi individu harus mengurus keperluan
rumah tangga namun di sisi lain, individu juga harus bekerja untuk menafkahi keluarganya. Bila
individu cenderung memainkan satu peranan saja maka akan mengorbankan hal-hal
yang sesungguhnya penting.
Selain konflik batin antara
bekerja dan mengurus rumah, Moss dan Moss (dalam Kirana, 2002) menambahkan
bahwa kepergiaan salah satu orangtua baik ayah atau ibu akan membawa masalah
baru bagi keluarga tersebut, yaitu :
a.
Berubahnya cara pandang anak terhadap orangtua.
b.
Hilangnya ikatan yang telah terjalin anatara anak dan
orangtua sehingga menyebabkan perlakuan yang berbeda terhadap pola asuh anak.
c.
Meninggalkan rasa bersalah orangtua terhadap
kelangsungan keluarga terutama masa depan anak-anak.
d.
Ketidakseimbangan dan ketegangan antara orangtua-anak
e.
Hilangnya dukungan sosial maupun instrumental untuk
temapat sharing atau meminta bantuan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar