OPERAN KONDISIONING
DISUSUN OLEH:
1.Akbar Robi Salam (10350006)
2.Aprian Bimansyah (10350000)
3. Anis Islamawati (10350000)
4. Dina Muskar (10350000)
5.Endang Lestari (10350000)
DOSEN PEMBIMBING:
Rangga Rajasa,Drs.Psikolog
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM JURUSAN
PSIKOLOGI ISLAM
INSTUTUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2012
KATA
PENGANTAR
Assalammu’alaykum warahmatullahi
wabarakatuh
Kadang kala manusia dalam mengarungi bahtera hidupnya selalu
menemui persoalan, misalnya menemui kesulitan ekonomi, kegagalan dalam mencapai
tujuan, seringkali bermalas-malasan, kurang kewibawaan, kurang disukai orang
banyak, bahkan kadang kala jiwa terancam. Untuk semua itu hendaklah di hadapi
dengan penuh ketaqwaan
Dan tawakal kepada Allah, bukan di hadapi dengan jalan yang
menyimpang dari ajaran agama.Oleh sebab itu kami menyajikan makalah kami ini
dengan harapan dapat membantu kawan-kawan, untuk mengetahui betapa eratnya
kaitan lupa dan ingat itu dengan jiwa, fikiran, dan juga tingkah laku kita
selama ini .
Dan kami mengucapkan kepada teman-teman apabila dalam
penyajian makalah kami ini terdapat kekurangan atau kesalahan, sudilah kiranya
teman-teman untuk memberikan kritik dan saran demi lebih sempurnanya makalah
yang kami buat ini. Terimakasih.
Wassalam mualaikum warohmatullahhi
wabarohkatuh
Palembang, oktober 2012
Akbar Robi Salam
BAB
1
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang
dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku
yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan
teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan.
Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang
sesuai mendapat penguatan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas
perilaku yang tampak.
Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan
ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh, baik yang dilakukan
sendiri maupun melalui simulasi.
Proses
yang menunjukkan hubungan secara terus-menerus antara respon yang muncul serta
rangsangan yang diberikan dinamakan suatu proses belajar. Dimana dalam makalah
ini akan dibahas tentang salah satu teori belajar, yaitu Operant Conditioning
yang dikemukakan oleh Skinner.
Dalam teori yang dikemukakan oleh Skinner, dia berpendapat
bahwa operant conditioning ini merupakan suatu situasi belajar, dimana suatu
respon dibuat lebih kuat, akibat dari pemberian reinforcement secara langsung.
Dan dalam pembentukan prilaku ini, Skinner memiliki prosedur-prosedur tertentu.
Dan reinforcement yang diberikan terbagi menjadi 2 macam, yaitu reinforcement
positif dan negatif. Dan perlu diperhatikan waktu dalam memberikan
reinforcement. Dan sebaiknya dalam pemberian reinforcement, dilakukan secara
bervariasi dan berselang-seling.
b. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas sebuah teori belajar dari
aliran behaviorisme yaitu teori belajar kondisioning operan B.F Skinner yang
terdiri dari beberapa hal yaitu:
1.
Biografi dari B.F. Skinner.
- Bagaimana Latar belakang teori operant conditioning?
- Bagaimana Karakteristik operant conditioning ?
- Apa yang dimaksud dengan Shaping dan bagaimana psroses shaping?
- Bagaimana Penjadwalan reinforcement dalam operant conditioning?
- Bagaimana Pemadaman dan pemulihan kembali dalam operant conditioning?
- Apa yang dimaksud dengan Generalisasi dan diferensiasi?
BAB.11
PEMBAHASAN
A. Biografi b.f . Skinner
Burrhus Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 maret 1904 di
kota kecil susquenhanna, pennshyilvania, AS. Ayahnya adalah seorang pengacara
dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga dengan kepribadian dan kecerdasan
yang kuat. Sebagai seorang anak yang aktif, skinner lebih menyenangi kegiatan
di luar rumah dan sangat menikmati kegiatan-kegiatan disekolahnya. Skinner
bercita-cita menjadi penulis dan berusaha untuk mewujudkannya dengan mengirim
puisi dan cerita pendek keberbagai media cetak.
Setelah beberapa lama berkelana tidak tentu arah, dia
memutuskan untuk kembali sekolah, kali ini di Harvard. Dia meraih gelar master
dalam bidang psikologi pada tahun 1930 dan doctoral nya tahun 1931 dan menetap
di Harvard sampai tahun 1936 untuk melakukan berbagai penelitian. Di tahun 1936
dia pindah di Minneapolis untuk mengajar di university Of Minnesota. Disini dia
berkenalan dengan Yvone blue dan tidak lama kemudian menikahinya. Mereka
dikarunia dua orang putri. Putrinya yang kedua menjadi sangat terkenal karena
dialah anak pertama yang memberi inspirasi berbagai penemuan Skinner, salah
satunya adalah kurungan kaca.
Tahun 1945, dia menjadi pimpinan departemen Psikologi di
Indiana university. Tahun 1948, dia diminta mengajar di Harvard tempat dia
menghabiskan seluruh hidupnya[1].
Skinner adalah orang yang sangat aktif mengadakan penelitian dan membimbing
ratusan kandidat doctor serta menulis begitu banyak buku. Walaupun tidak
berhasil menjadi penulis fiksi dan penyair, namun dia berhasil menjadi salah
satu penulis psikologi terbaik, termasuk buku Wolden II, sebuah buku fiksi yang
menjelaskan prilaku sebuah komunitas berdasarkan perspektif behavioris. Karya
tulisnya yang dianggap baru atau yang terakhir berjudul About Behaviorism yang
diterbitkan pada tahun 1974. Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya adalah
bahwa tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah
laku itu sendiri Tanggal 18 agustus 1990 skinner meninggal dunia akibat
leukemia. Dia akan tetap dikenang sebagai psikolog paling terkenal setelah
Sigmund Freud.[2]
B.
Latar Belakang Teori Operant Conditioning
B.F Skinner
Dasar dari pengkondisian operan (operant conditioning)
dikemukakan oleh E.L. Thorndike pada tahun 1911, yakni beberapa waktu sesudah
munculnya teori classical conditioning yang dikemukakan oleh Pavlov. Pada saat
itu thorndike mempelajari pemecahan masalah pada binatang yang diletakkan di
dalam sebuah “kotak teka-teki”. Dimana setelah beberapa kali percobaan,
binatang itu mampu meloloskan diri semakin cepat dari perobaan percobakan
sebelumnya. Thorndike kemudian mengemukakan hipotesis“ apabila suatu respon
berakibat menyenangkan, ada kemungkinan respon yang lain dalam keadaan yang
sama” yang dikenal dengan hukum akibat“ low of effect”.[3]
Dari teori yang dikemukakan thorndike, skinner telah
mengemukakan pendapatnya sendiri dengan memasukkan unsur penguatan kedalam
hukum akibat tersebut, yakni perilaku yang dapat menguatkan cenderung di ulangi
kemunculannya, sedangkan perilaku yang tidak dapat menguatkan cenderung untuk
menghilang atau terhapus. Oleh karena itu Skinner dianggap sebagai bapak
operant conditioning
Jadi, Inti dari teori Skinner tentang Pengkondisian operan
(operant conditioning) dalam kaitannya dengan psikologi belajar adalah proses
belajar dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul sesuai
konsekuensi (resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk mengulang
respon-respon yang di ikuti oleh penguatan.
1.
Karakteristik Operant Conditioning
Teori pembiasaan prilaku respon (operant conditioning) ini
merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan termasuk sangat
berpengaruh dikalangan para ahli psikologi belajar masa kini, dimana
penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner. Menurut Skinner, prilaku adalah
perbuatan yang dilakukan seseorang pada situasi tertentu. prilaku ini dapat
terjadi karena dua pengaruh yaitu pengaruh yang mendahuluinya dan pengaruh yang
mengikutinya.[4]
Sistem pembentukan prilaku yang
ditawarkan oleh Skinner didasarkan pada ”cara kerja yang menentukan (operant conditioning)”.
Dimana Skinner mengemukakan bahwa :
a. Prilaku yang diikuti oleh
stimulan-stimulan penggugah memperbesar kemungkinan dilakukannya lagi prilaku
tersebut dimasa-masa selanjutnya.
b. Prilaku yang tidak
lagi diikuti oleh stimulant-stimulan penggugah memperkecil kemungkinan
dilakukannya prilaku tersebut dimasa-masa selanjutnya.[5]
Seperti halnya Pavlov dan Watson, Skinner juga memikirkan
tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respon, tetapi berbeda
dengan kedua tokoh tersebut, dimana Skinner membuat perincian lebih lanjut.
Skinner membedakan adanya dua macam prilaku, yaitu:
1. Respondent behavior (perilaku responden) yakni
perilaku yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, contohnya adalah
semua gerak reflek.
2. Operant behavior (perilaku operan) yakni perilaku
yang tidak di akibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri
oleh organisme. Kebanyakan dari aktivitas kita adalah perilaku operan.
Dengan dibaginya dua macam
perilaku tersebut, maka ada dua jenis pengkondisian, yaitu:
1. Respondent conditioning (pengkondisian responden)
atau biasa disebut dengan pengkondisian tipe S. pengkondisian ini menekankan
arti penting stimulus dalam menimbulkan respon yang diiginkan. Dalam
pengkondisian tipe S ini, identik dengan pengkondisian klasik Pavlov,
2. Operant conditioning ( pengkondisian operan) atau
biasa disebut dengan pengkondisian tipe R. dalam pengkondisian ini, penguatan
pengkondisinya ditunjukkan dengan tingkat respon. Dan pengkondisian tipe R itu
identik dengan pengkondisian instrumental thorndike. Sedangkan riset skinner
hampir semuanya berkaitan dengan penngkondisian tipe R.
2. Prinsip Pengkondisian Operan Kondisioning
a. Setiap respon yang diikuti oleh
reinforcement akan cendrung diulangi.
b. Reinforcement akan meningkatkan
kecepatan terjadinya respon. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa reward
merupakan sesuatu yang meningkatkan probabilitas timbulnya respon. [6]
C. Konsep utama operant conditioning
Dalam sebuah buku dituliskan bahwa menurut skinner, pengkondisian
operan terdiri dari dua konsep utama, yaitu:[7]
a. Penguatan (reinforcement)
Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa
suatu perilaku akan terjadi. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:
1. Penguatan positif, adalah
penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti
dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan
positif adalah berupa hadiah , perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk
menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A,
Juara 1 dsb).
2. Penguatan negatif, adalah
penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti
dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk
penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan
tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening
berkerut, muka kecewa dll.
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan
positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada
sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu
yang dikurangi atau di hilangkan. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang
dikurangi atau di hilangkan. Mudah untuk mengacaukan penguatan negatif dengan
hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif
meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman
menurunkan probabilitas terjadinya perilaku.
Skinner menganggap bahwa reward atau reinforcement merupakan
factor terpenting dalam proses belajar. Skinner berpendapat, bahwa tujuan
psikologi adalah meramal dan mengontrol tingah laku.[8]
Perbedaan antara classical conditioning Pavlov dengan operant conditioning
skinner yaitu dalam classical conditioning merupakan akibat dari suatu tingkah
laku itu, dan reinforcement tidak diperlukan karena stimulinya menimbulkan
respon yang diinginkan. Operant conditioning adalah suatu situasi belajar
dimana suatu respon dibuat lebih kuat akibat adanya reinforcement langsung.[9]
b. Hukuman (punishment)
Hukuman (punishment) adalah
konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku atau apa
saja yang menyebabkan sesuatu respon atau tingkahlaku menjadi berkurang atau
bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan. Dalam bahasa sehari-hari kita
dapat mengatakan bahwa hukuman adalah mencegah pemberian sesuatu yang
diharapkan organisme, atau memberi sesuatu yang tidak diinginnya.
Namun menurut skinner hukuman tidak menurunkan probabilitas
respon, walaupun hukuman bisa menekan suatu respon selama hukuman itu
diterapkan, manun hukuman tidak akan melemahkan kebiasaan. Skinner juga
berpendapat bahwa hukuman dalam jangka panjang tidak akan efektif, tampak bahwa
hukuman hanya menekan perilaku, dan ketika ancaman dihilangkan, tingkat
perilaku akan ke level semula Contohnya :[10]
Penguatan positif
|
||
Perilaku
Muridmengajukan
pertanyaan yang bagus
|
Konsekuensi
Guru
memuji murid
|
Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak
pertanyaan
|
Penguatan negatif
|
||
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
|
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
|
Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR
tepat waktu
|
Hukuman
|
||
Perilaku
Murid menyela guru
|
Konsekuensi
Guru menegur murid langsung
|
Prilaku
kedepan
Murid berhenti menyela guru
|
Ingat
bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu,
konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.
|
Reinforcement negative itu sering dikacaukan dengan hukuman.
Proses reinforcement baik positif ataupun negative selalu berupa memperkuat
tingkah laku. Sebaliknya, hukuman mengandung pengurangan atau penekanan tingkah
laku. Dalam kaitannya dengan hukuman, Skinner tidak mendukung digunakannya
hukuman dalam rangka pembentukan prilaku, karena hukuman dalam jangka waktu
yang panjang tidak mempunyai pengaruh, justru banyak segi negatifnya daripada
segi positifnya.
5.
Shaping (pembentukan respon)
Berdasarkan pengkondisian operan, pada tahun 1951 skinner
mengembangkan teknik “ pembentukan respon” atau disebut dengan shaping
untuk melatih hewan menguasai tingkah laku yang kompleks yang juga relevan
dengan tingkah laku manusia. Teknik pembentukan respon ini dilakukan dengan
cara menguatkan organisme pada setiap kali ia bertindak ke arah yang diinginkan
sehingga ia menguasai atau belajar merespon sampai pada suatu saat tidak perlu
lagi menguatkan respon tersebut.
Dalam metode Shaping ini diperlukan langkah-langkah yaitu:
1. Membuat analisis atau penjabaran
prilaku yang akan dibentuk kedalam prilaku-prilaku yang lebih kecil yang menuju
kepada prilaku yang akan dibentuk.
2. Menentukan reinforcement yang akan
digunakan.
3. Reinforcement hanya akan diberikan
pada prilaku yang makin dekat dengan prilaku yang akan dibentuk.
D. Penjadwalan Reinforcement
Dalam operant conditioning, jadwal penguat adalah komponen
penting dari proses belajar. Kapan dan seberapa sering kita memperkuat perilaku
yang dapat memiliki dampak yang dramatis pada kekuatan dan kecepatan respon.
jadwal penguatan tertentu mungkin lebih efektif dalam situasi tertentu. Ada dua
jenis jadwal penguatan yaitu :[11]
1.
Continuous Reinforcement Continuous Reinforcement ( penguatan terus-menerus)
Dalam
penguatan terus menerus, penguatan diberikan pada saat setiap kali organisme
menghasilkan suatu respon. Pada umumnya, jadwal ini paling baik digunakan
selama tahap awal belajar untuk menciptakan hubungan yang kuat antara perilaku
dan respon. Setelah respon terpasang kuat, penguat biasanya beralih ke jadwal
penguatan parsial.
2.
Partial Reinforcement Partial Reinrorcement ( penguatan parsial)
Dalam
penguatan parsial, respon diperkuat hanya bagian dari waktu. Belajar perilaku
diperoleh lebih lambat dengan penguatan parsial, tetapi tidak mendapatkan
respon yang lebih tahan terhadap kepunahan . Ada empat jadwal penguatan
parsial:
1. Rasio jadwal tetap adalah yang mana tanggapan hanya
diperkuat setelah sejumlah tertentu tanggapan. jadwal ini menghasilkan tingkat,
tinggi stabil hanya merespons dengan jeda singkat setelah pengiriman penguat
tersebut.
2. Rasio jadwal Variabel terjadi ketika respon diperkuat setelah sejumlah tanggapan
tak terduga. Jadwal ini menciptakan tingkat stabil tinggi merespons. Perjudian
dan permainan lotere adalah contoh yang baik dari hadiah berdasarkan jadwal
rasio variabel.
3. Interval jadwal tetap adalah mereka dimana respon pertama
dihargai hanya setelah sejumlah waktu tertentu telah berlalu. Jadwal ini
menyebabkan jumlah tinggi menanggapi dekat akhir interval, namun jauh lebih
lambat merespon segera setelah pengiriman penguat tersebut.
4. interval jadwal variabel terjadi ketika respon dihargai
setelah jumlah yang tak terduga waktu telah berlalu. jadwal ini menghasilkan
lambat, stabil tingkat respons.
Menurut Skinner, pemberian reinforcement yang terbaik yaitu
tidak menentu kapan reinforcement itu diberikan. Sebaliknya jika reinforcement
yang diberikan pada waktu yang tetap, akan menimbulkan kebiasaan dalam menerima
reinforcement, dimana hal ini kurang baik.[12]
E. Pemadaman Dan Pemulihan Kembali
Seperti halnya dalam pengkondisian klasik, ketika kita
mencabut penguatan dari situasi pengkondisian operant, berarti kita melakukan
extinction ( pemadaman/ pelenyapan). Misalnya dalam percobaan skinner. Pada
saat hewan sudah biasa menekan tuas untuk mendapatkan makanan, mekanisme
pemberian makanan mendadak dihentikan, maka penekanan tuas tidak akan
mmenghasilkan makanan bagi tikus terseabut. Dari ini kita akan melihat catatan
komulatif pelan-pelan akan mendatar dan akhirnya akan kembali seperti semula, yang
menunjukkan tidak ada lagi respon penekanan tuas (seperti pada saat penguatan
belum diperkenalkan) Pada hal ini kita akan mengatakan telah terjadi pemadaman.
Setelah pemadaman, apabila hewan dikembalikan ke sarangnya
selama periode waktu tertentu dan kemudian dikembalikan ke dalam situasi
percobaan, ia akan sekali lagi mulai menekan tuas dengan segera tanpa perlu
dilatih lagi. Ini disebut sebagai pemulihan kembali.
F.
Generalisasi Dan Diferensiasi (diskriminasi)
Yang dimaksud dengan generalisasi adalah penguatan yang
hampir sama dengan penguatan sebelumnya akan dapat respon yang sama. Organisme
cenderung menggeneralisasilkan apa yang di pelajarinya, contoh dalam kehidupan
sehari-hari, seorang siswa akan mengerjakan PR dengan tepat waktu karena pada
minggu lalu ia mendapat pujian didepan kelas oleh gurunya ketika menyelesaikan
PR tepat waktu. Contoh lainnya, anak kecil yang mendapatkan penguatan oleh
orang tuanya karena menimang dan menyayangi anjing keluarga, ia akan segera
menggeneralisasikan respon menimang anjing itu dengan anjing yang lain.
Generalisasi dapat juga dapat dikekang oleh latihan
diskriminasi. Diskriminasi adalah respon organisme terhadap suatu penguatan,
tetapi tidak terhadap jenis penguatan yang lain. Latihan diskriminasi akan
efektif jika terdapat stimulus diskriminatif yang jelas dalam membedakan kasus
dimana respon harus dilakukan dengan khusus dengan kasus dimana respon harus
ditekan.
Jika dikaitkan dengan contoh diatas dimana anak akan
menggeneralisasikan menyayangi anjing keluarga dengan anjing yang lainnya,
sedangkan dapat berbahaya ( katakanlah, anjing tetangga sangat galak dan suka
menggigit) maka orang tua harus memberikan latihan diskriminasi, sehingga anak
mendapatkan penguatan jika ia menyayangi anjing keluarga dan bukan anjing
tetangga, dengan cara orang tua menunjukkan aspek-aspek anjing yang melihatkan
keramahannya( misalnya ekornya biasa dikibas-kibas) sehingga anak akan bisa
mengenali mana anjing yang ramah dan bisa disayang dan mana anjing yang galak.
[13]
G.
Kelebihan Dan Kekurangan Teori Operant Conditioning
Dalam sebuah teori tentunya tentunya
ada kelebihan dan kelemahannya, begitu juga di dalam teori operant
conditioning. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan dari teori operant
conditioning.
· Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap
anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal
itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga
dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. Dan dengan adanya
penguatan, menjadikan motivasi bagi organisme untuk berperilaku yang benar
sesuai dengan keinginan.
· Kekurangan
a) Proses
belajar dapat diamati secara langsung, padahal pelajar adalah proses kegiatan
mental yang tidak dapt disaksikan dari luar, kecuali sebagai gejalanya.
b) Proses
belajar bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti gerakan mesin dan
robot, padahal setiap individu memiliki self-direction (kemampuan mengarahkan
diri)dan sellf-control (pengendalian diri) yang bersifat kognitif, sehinggga ia
bisa menolak jika ia tidak menghendaki
c) Proses
belajar manusiia dianalogikan dengan perilaku hewan itu sulit diterima,
mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik maupun psikis antara mannusia
dan hewan. [14]
H. Eksperiment Skinner
Dalam salah satu eksperimennya,
Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti sangkar
yang kemudian terkenal dengan nama “Skinner Box”, yaitu suatu box yang
didalamnya ada pengungkit, tempat makanan (penampung makanan ), lampu ( yang dapat
dinyalakan dan dimatikan sesuai dengan kehendak eksperimenter), dan lantai
dengan gril yang dapat dialiri listrik.
Dalam eksperimen tadi, tikus yang
akan diuji coba, dilaparkan terlebih dahulu, kemudian dimasukkan kedalam box.
Karena tikus dalam keadaan lapar, diasumsikan adanya dorongan untuk mencari
makanan. Tikus yang dimasukkan tadi ternyata mengadakan gerakan-gerakan atau
respon, dan tikus itu mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari
kesana-kemari, mencium benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding dan
sebagainya. Aksi-aksi seperti ini disebut “emmited behavior”( tingkah laku yang
terpancar) yakni tingkah laku yang terpancar dari organisme tanpa mempedulikan
stimulus tertentu. Kemudian pada gilirannya, secara kebetulan salah satu emmited
behavior tersebut dapat menekan pengungkit.
Banyaknya sentuhan atau penekanan
pada suatu waktu tertentu dihitung sebelum terbentuk kondisioning operan, dan
ini yang sering disebut base line atau opernat level. Setelah ini diketahui,
maka eksperimenter lalu mengaktifkan alat pemberi makanan, sehingga apabila
tikus menyentuh pengungkit, maka makanan akan jatuh pada tempat makanan. Tikus
akan segera makan, dan tikus akan menekan kembali pengungkit untuk mendapatkan
makanan lagi.[15]
Butir-butir makanan yang muncul itu merupakan
reinforcer bagi penekanan pengungkit. Penekanan pengungkit inilah disebut
tingkah laku operant yang akan terus meningkat apabila di iringi dengan
reinforcement yakni penguatan berupa butir-butir makanan yang muncul pada wadah
makanan. [16]
Disamping
itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan
selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar,
diantaranya :
- Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
- Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
I. Aplikasi Belajar dari Teori Operant
Conditioning
Setelah membahas mengenai teori
operant conditioning yang dikemukakan oleh Skinner, dimana inti dari teorinya
adalah membentuk perilaku suatu organisme dengan menggunakan reinforcement atau
reward yang diberikan kepada organisme tersebut, sehingga terbentuklah perilaku
yang dinginkan. Seperti yang telah dikemukakan diatas, tentang prosedur
pembentukan prilaku oleh skinner, yiatu :
1. Membuat analisis atau penjabaran
prilaku yang akan dibentuk, ke dalam prilaku-prilaku yang lebih kecil yang
menuju kepada prilaku yang akan dibentuk
2. Menentukan reinforcement yang akan
digunakan
3. Reinforcement hanya akan diberikan
pada prilaku yang makin dekat dengan prilaku yang akan dibentuk
Dengan mengacu kepada prosedur yang dibuat skinner diatas,
maka salah satu contoh pengaplikasiannya, yaitu Misalnya untuk membentuk
prilaku anak agar tidak datang terlambat ke sekolah. Prilaku ini perlu
dijabarkan atau dianalisis menjadi tahapan-tahapan prilaku yang nantinya akan
berakhir kepada prilaku yang ingin dibentuk itu. Untuk tidak dating terlambat
ke sekolah, maka tahapan-tahapan prilaku yang harus dilakukan, yaitu :
1. anak harus bangun lebih pagi,
2. mandi
3. mengenakan pakaian sekolah
4. makan pagi dan seterusnya.
Dalam pembentukan perilaku ini,
sudah tentu reward tidak dilupakan, sebab ini merupakan prinsip dasar dari
operant conditioning. Reward diberikan pada prilaku atau respon yang makin lama
mendekati kepada tujuan yang akhir, yaitu tidak dating terlambat ke sekolah.
Jadi, kalau anak sudah bangun lebih
pagi, lalu kemudian kita beri reward. Kemudian reward tidak lagi diberikan pada
saat anak bangun pagi, tetapi dipindahkan apabila anak sudah mandi. Kemudian
reward dipindahkan lagi, tidak sehabis mandi diberikan reward, tetapi bila anak
telah sarapan pagi, dan begitu seterusnya, hingga pada akhirnya akan terbentuk
perilaku tidak datang terlambat ke sekolah. Dalam pemberian reward ini, tidak
harus dalam bentuk barang, bias juga dalam bentuk perkataan. [17]
Apa yang dikemukakan diatas adalah
suatu penyederhanaan mengenai prosedur pembentukan tingkah laku melalui operant
conditioning. Di dalam kenyataannya, prosedur itu banyak sekali variasinya dan
lebih kompleks dari pada apa yang dikemukakan di atas.
Teori Skinner tersebut dewasa ini
sangat besar pengaruhnya, terutama di AS dan Negara-negara lainnya.
Konsep-konsep behavior control dan behavior modification yang sangat popular
dikalangan-kalangan tertentu, bersumber pada teori ini. Di dalam dunia
pendidikan, khususnya dalam lapangan metodologi dan tekhnologi pengajaran,
pengaruh ini sangat besar. Program-program inovatif dalam bidang pengajaran
sebagian besar disusun berdasarkan atas teori Skinner. Program-program yang
demikian itu, misalnya :
1. Programmed Instruction, dan
sarananya programmed book
2. Computer Assisted Instruction ( CAI
)
J. Aplikasi Skinner Terhadap
Pembelajaran
Beberapa aplikasi teori belajar Skinner dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut:
a. Bahan
yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit yang terkecil.
b. Hasil
belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika
benar diperkuat.
c. Dalam
proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
d. Dalam
pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
e. Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
f. Hadiah
diberikan kadang-kadang (jika perlu)
g. Tingkah
laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
h. Dalam
pembelajaran sebaiknya digunakan pembentukan (shaping).
i.
Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas mengenai teori belajar Operant
Conditioning, dapat ditarik kesimpulan bahwa teori operant conditioning ini
lebih menekankan kepada pembentukan tingkah laku individu melalui suatu
pembiasaan respon yang dibantu dengan adanya reinforcement atau
penguatan-penguatan. Operant conditioning adalah suatu situasi belajar, dimana
suatu respon dibuat lebih kuat akibat adanya reinforcement secara langsung.
Dimana dalam pembentukan prilaku yang dikemukakan oleh Skinner ini, memiliki
beberapa prosedur, yaitu :
1. Membuat analisis atau penjabaran
prilaku yang akan dibentuk, ke dalam prilaku-prilaku yang lebih kecil yang
menuju kepada prilaku yang akan dibentuk
2. Menentukan reinforcement yang akan
digunakan
3. Reinforcement hanya akan diberikan
pada prilaku yang makin dekat dengan prilaku yang akan dibentuk.
Dalam pembentukan perilaku melalui
reinforcement ini, Skinner membagi reinforcement menjadi dua macam, yaitu
reinforcement positif dan negative, yang mana keduanya sama-sama memberikan
penguatan terhadap tingkah laku. Berbeda hal nya dengan hukuman, dimana Skinner
tidak mendukung digunakannya hukuman dalam rangka pembentukan prilaku, karena
hukuman dalam jangka waktu yang panjang tidak mempunyai pengaruh, justru banyak
segi negatifnya daripada segi positifnya.
Dan juga perlu diperhatikan, bahwa
dalam hal waktu pemberian reinforcement, sebaiknya dilakukan secara bervariasi
dan berselang-seling, tidak ditetapkan dalam satu waktu yang selalu sama. Dan
di dalam operant conditioning ini ada yang dinamakan pemadaman dan pemulihan
kembali, serta ada yang disebut dengan generalisasi dan diskriminasi dalam
tingkah laku.
DAFTAR PUSTAKA
Asrori,
Muhammad. 2007. Psikologi Pembelajaran. CV. Wacana prima : Bandung
Atkinson,
Rita l. 1987. Pengantar Psikologi Edisi Ke Sebelas. Interaksara : Batam
Bell,
Margareth E. 1991. Belajar dan Membelajarkan. CV Rajawali : Jakarta
Boerre,
George. 2009. Personaliti Theoris. Prisma Sophie : Yogyakarta
Dalyono,
M. 1997. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta
Damayanti,
Nefi, Psikologi Belajar.
Hardy,
Malcolm.dkk. 1988. Pengantar Psikologi Edisi Ke Dua. PT. Gelora Aksara :
Semarang
Hergenhahn.
2008. Theories Of Learning. Prenada Media Group.
Http//www.
Feureau.com
Mahmud,
Dimyati. 1990. Psikologi Pendidikan BPFE : Yogyakarta
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umun
Dalam Lintasan Sejarah. Pustaka Setia : Bandung
Soemanto,
Wasty. 1990. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta
Suryabrata,
Sumadi. 1989. Psikologi Pendidikan. Rajawali : Jakarta
Syah,
Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta
[1] Muhibbin
syah, Psikologi Belajar (Jakarta: logos, 1999) h. 88
[2] George
boerre,Personaliti Theoris (Yogyakarta:,Prisma Sophie, 2009) h. 227-228
[3] Malcolm
hardy & steve heyes. Pengantar psikologi. ( Semarang : Erlangga,1985 ) h.
42
[4] Dimyati
Mahmud, Psikologi Pendidikan (Yogyakarta: BPFE,1990) h. 123
[5] George
boerre,Personaliti Theori (Yogyakarta: Prisma Sophie, 2009) h 228-229
[6] Nefi
Damayanti, Psikologi Belajar. h. 39 - 40
[7] Mohammad
Asrori, Psikologi pembelajaran. ( Bandung : wacana prima, 2007 ) h. 9
[8] Wasty
Soemanto, Psikologi Pendidikan ( Jakarta : PT Rineka Cipta, 1998 ) h. 125
[9] Ibid.,
126
[10] B.R.
hergenhahn, Theories of learning. ( Prenada Media Group, 2008 ) h. 99
[11] http
// www. Feureau.com
[12] Nefi
Darmayanti, Psikologi Belajar, h. 38-48
[13] Rita
L. Atkinson. Pengantar psikologi. h. 448
[14] Muhibbin
syah. Psikologi belajar. (Jakarta: logos, 1999) h. 100-101
[15] Nefi
darmayanti, Psikologi Belajar h. 42
[16] yah,
Opcit.,. h. 89
[17] Darmayanti,
Opcit., h. 43
[18] Sumadi
Suryabrata, Psikologi Pendidikan ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995 )
h. 294
Tidak ada komentar:
Posting Komentar