Minggu, 14 Oktober 2012

pengaruh sholat dhuha terhadap motivasi belajar



LAPORAN OBSERVASI, PENGARUH SHOLAT DHUHA TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR
DISUSUN OLEH:
Kelompok (6)
1. Akbar Robi Salam (10350006)


                          
          
DOSEN PEMBIMBING:
Listya Istyaningsih,M.Si.Psikolog
FAKULTAS USHULLUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
 2012

KATA PENGANTAR
Assalammu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kadang kala manusia dalam mengarungi bahtera hidupnya selalu menemui persoalan, misalnya menemui kesulitan ekonomi, kegagalan dalam mencapai tujuan, seringkali bermalas-malasan, kurang kewibawaan, kurang disukai orang banyak, bahkan kadang kala jiwa terancam. Untuk semua itu hendaklah di hadapi dengan penuh ketaqwaan
Dan tawakal kepada Allah, bukan di hadapi dengan jalan yang menyimpang dari ajaran agama.
Oleh sebab itu kami menyajikan makalah kami ini dengan harapan dapat membantu kawan-kawan, untuk mengetahui hubungan antara sholat dhuha  kaitan dengan motivasi belajar, fikiran, dan juga tingkah laku kita selama ini . 
Dan kami mengucapkan kepada teman-teman apabila dalam penyajian hasil observasi ini terdapat kekurangan atau kesalahan, kiranya teman-teman untuk memberikan kritik dan saran demi lebih sempurnanya laporan yang kami buat ini.  Terimakasih.
Wassalam Mualaikum Warohmatullahhi Wabarohkatuh
Palembang,      oktober 2012 

Akbar Robi Salam




BAB.1
PENDAHULUAN 
1.      Latar Belakang
Didalam Surah Adh-Dhuha Allah swt bersumpah dengan waktu dhuha dan waktu malam:
“Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi.” (QS. 93:1-2).
Pernahkah terlintas dalam benak kita mengapa Allah swt sampai bersumpah pada kedua waktu itu?. Beberapa ahli tafsir berpendapat bahwa kedua waktu itu adalah waktu yang utama paling dalam setiap harinya.
Pada waktu itulah Allah swt sangat memperhatikan hambaNya yang paling getol mendekatkan diri kepadaNya. Ditengah malam yang sunyi, dimana orang-orang sedang tidur nyenyak tetapi hamba Allah yang pintar mengambil kesempatan disa’at itu dengan bermujahadah melawan kantuk dan dinginnya malam dan air wudhu’, bangun untuk menghadap Khaliqnya, tidak lain hanya untuk mendekatkan diri kepadanya.
Demikian juga dengan waktu dhuha, dimana orang-orang sibuk dengan kehidupan duniawinya dan mereka yang tahu pasti akan meninggalkannya sebentar untuk kembali mengingat Allah swt, sebagaimana yang dikatakan oleh sahabat Zaid bin Arqam ra ketika beliau melihat orang-orang yang sedang melaksanakan shalat dhuha: “Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat itu dilain sa’at ini lebih utama. Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: “Shalat dhuha itu (shalatul awwabin) shalat orang yang kembali kepada Allah, setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak unta bangun karena mulai panas tempat berbaringnya.” (HR Muslim).
Lantas bagaimana tidak senang Allah dengan seorang hamba yang seperti ini, sebagaimana janjiNya: “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah Kepada Allah
dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. 5:35). Diakhir ayat ini terlihat Allah menyatakan kata “beruntung” bagi hambanya yang suka mendekatkan diri kepadanya. kalau bicara tentang beruntung tentu ini adalah rejeki bagi kita. Dan satu hal yang perlu kita ingat bahwa rejeki itu bukan hanya bentuknya materi atau uang belaka. Tetapi lebih dalam dari itu, segala sesuatu yang diberikan kepada kita yang berdampak kebaikan kepada kehidupan kita didunia dan diakhirat adalah rejeki. Dan puncak dari segala rejeki itu adalah kedekatan kepada Allah swt dan tentu kalau berbicara ganjaran yaitu kenikmatan puncak yang paling akhir adalah syurga. Oleh karena itu para ulama mengajarkan kita untuk berdo’a tentang rejeki ketika selesai shalat dhuha. Jadi salah satu fadilah (keutamaan) dari shalat dhuha itu adalah sarana jalan untuk memohon limpahan rejeki dari Allah swt.
Tetapi yang lebih dalam dari itu lagi adalah shalat dhuha ini adalah salah amalan yang disukai Rasulullah saw beserta para sahabatnya (sunnah), sebagaimana anjuran beliau yang disampaikan oleh Abu Hurairah ra: “Kekasihku Rasulullah saw telah berwasiat kepadaku dengan puasa tiga hari setiap bulan, dua raka’at dhuha dan witir sebelum tidur” (Bukhari, Muslim, Abu Dawud).
Kalaulah tidak khawatir jika ummatnya menganggap shalat dhuha ini wajib hukumnya maka Rasulullah saw akan tidak akan pernah meninggalkannya. Para orang alim, ahliya dan ulama sangatlah menjaga shalat dhuhanya sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Syafei’: Tidak ada alasan bagi seorang mukmin untuk tidak melakukan shalat dhuha”. Hal ini sudah jelas dikarenakan oleh seorang mukmin sangat apik dan getol untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya”.
Jadi tidak ada alasan lagi bagi kita sebagai seorang muslim yang mempunyai tujuan hidup untuk mendapatkan ridhoNya meninggalkan shalat dhuha karena kesibukan duniawi kita kecuali karena kelalaian dan kebodohan kita sendiri.
Setiap individu mempunyai keunikan masing-masing, kemampuan dan karakteristiknya masing-masing. Mulai dari kemampuan yang cepat memahami pelajaran, hingga yang lamban. Mulai dari yang berprestasi, hingga yang mengalami kesulitan dalam belajar  tidak jarang dijumpai banyak di realita kehidupan pendidikan yang bermasalah baik dalam hal interaksi dengan sesama temannya, maupun dalam hal belajar. Mereka dapat dikategorikan sebagai kelompok yang menuntut layanan bimbingan yang khusus. Temuan lapangan Sunaryo dkk dalam Sunaryo menunjukkan bahwa masalah-masalah mahasiswa menyangkut aspek perkembangan fisik, kognitif, pribadi, dan sosial.
Adanya rentang keragaman individual yang amat lebar memunculkan populasi khusus target layanan bimbingan, antara lain mencakup:
a. kecerdasan dan kemampuan tinggi
b. mengalami kesulitan belajar
c. perilaku bermasalah.
Untuk itu kita mestinya memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang jenis-jenis data yang perlu dikumpulkan, sumber untuk memperoleh data tersebut, cara dan prosedur mendapatkan data, dan keterampilan dalam menyusun alat pengumpul data serta penggunannya. Pengetahuan dan keterampilan tersebut sangat berguna dalam pengidentifikasian belajar.
2. Rumusan Masalah
Pada penelitian kali ini, penulis memfokuskan pada mahasiswa yang sering melaskukan sholat dhuha dan bagaimana, keinginan atau minat belajarnya/ learned motivation, institut agama islam negeri raden fatah palembang. adapun perumusan masalahnya ialah sebagai berikut:
  1. Mengetahui landasan teori dan pengertian sholot dhuha serta motivasi belajar
  2. Mengetahui pelaksanaan sholat dhuha?
  3. melihat adanya pengaruh sholat dhuha terhadap motivasi belajar?
  4. melihat tingkah laku orang yang sering melaksanakan serta melihat keinginan/ motivasi belajar?
  5. Mengetahui hunbungan sholat dhuha dan motivasi belajar?

3.Tujuan Penelitian
untuk melihat adanya pengaruh sholat dhuha terhadap keinginan/motivasi belajar seseorang, dan mengamati bagaimana prilaku orang yang sering melaksanakn sholat dhuha dengan yang jarang melaksankan sholat dhuha, serta mengetahaui bagaimana pelaksanaan dan tatacara sholat dhuha.
4. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan observasi pengaruh sholat dhuha terhadap motivasi belajar ini adalah :
1. Studi Pustaka, (memperoleh informasi dari buku dan internet)
2. Observasi
5. Sistematika Penulisan
Agar data tersusun secara sistematis maka laporan ini disusun dengan susunan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
2 Rumusan Masalah
3 Tujuan Penulisan
4 Metode Penelitian
5 Sistematika Penulisan



BAB. II
TEORI DAN PEMBAHASAN
A.    Landasan Teori Sholat Dhuha Dan Motivasi Belajar
Diriwayatkan oleh Al-Aswad bin Qais, dia berkata saya pernah mendengar jundab bin sufyan ra. Mengatakan, “ suatu ketika Rasulllah saw. Sakit sehingga beliau tidak bangun untuk sholat tahajut selama dua atau tiga malam, lalu beliau di datangi oleh seorang perempuan kafir seraya mengatakan,” ya rasullulah, saya benar-banar berharap agar setanmu meninggalkanmu (tidak memperdulikanmu) dan sejak dua atau tiga malam saya tidak melihatnya didekatmu. “kata Al- Aswad: Maka allah swt. menurunkan ayat: adh-dhuha 1-3.
WADL DLUHAA WALLAILI IDZA SAJAA MAA WADDA’AKA ROBBUKA WAMAKOLA. Demi waktu dhuha (matahari sepenggalan naik ) dan demi malam
apabila telah sunyi. Tuhanmu tidak meninggalkan kamu dan tidak pula benci kepadamu.
MAA WADDAKA ROBBUKA WAMAA QOLAA” tuhanmu tidak meninggalkan kamu dan tidak  (pula) benci kepadamu.
WADDA’AKA” di baca tasyid dalnya dan di baca ringan dalnya dengan pengertian (arti) yang satu yakni tuhanmu tidak meninggalkanmu. Ibn Abbas berpendapat: “tuhanmu tidaklah meninggalkanmu dan tidak membencimu.”kemudian dari Al-Aswhad bin Qois katanya saya mendengar junddub Al- Bajali berkata seorang wanita berkata wahai rasullullah. Saya tidaklah melihat temanmu kecuali memperlambatmu.[1]dari Sahl Bin Muat Bin Annas Al-Jumni dari ayahnya ra.bahwa rasullah saw bersabda barang siapa duduk ditempat sholatnya ketika selesai sholat subuh sampai mengerjakan dua rekaat sholat dhuha, sedang orang hanyalah mengucap kebaikan, maka diampuni dosa-dosanya walaupun lebih banyak dari buih lautan.[2]
Dalam hal ini peneliti mengacuh kepada beberapa hadis yang disebutkan diuatas sebagai landasan teori untuk melakukan sebuah penelitian observasi untuk landasan teori sholat dhuha, namum masih banyak hadis yang menganjurkan sholat dhuha agar seseorang itu taqwa kepada allah dan mengikuti sunnah dari rasullnya supaya seseorang itu mempunyai suatu aturan atau kesadaran yang ada pada dirinya untuk menjadi yang lebih baik. lebih baik yang bagaimana? Tentu suatu perubahan yang diinginkan oleh seseorang terhadap dirinya sehingga ia mempunyai dorongan-dorongan untuk mengetahui suatu hal. Sehingga proses kemauan untuk mencapai kepada sebuah tindakan biasanya harus melalui beberapa tingkat motif pertama motif dari alasan seseorang  untuk berubah yang kedua yakni perjuangan atau usaha untuk mencapai sebuah keinginan.[3]
Pada hakekatnya motivasi merupakan keinginan, hasrat motor penggerak dalam diri manusia, motivasi berhubungan dengan faktor psikologi manusia yang mencerminkan antara sikap, kebutuhan, dan kepuasan yang terjadi pada diri manusia sedangkan daya dorong yang diluar diri seseorang ditimbulkan oleh pimpinan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerjasama secara produktif sehingga dapat mencapai dan mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditentukan.
               Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung prilaku manusia supaya mau bekerja sama secara giat sehingga mencapai hasil yang optimal. Suatu perusahaan dapat berkembang dengan baik dan mampu mencapai tujuannya, karena didasari oleh motivasi. Kesuksesan adalah impian setiap orang. Untuk mencapai kesuksesan tersebut, pasti diperlukan suatu motivasi untuk sukses yang kuat. Motivasi sukses yang kuat bisa kita ambil dari kisah kesuksesan orang lain. Dengan kisah – kisah sukses seseorang, maka kita bisa mengambil pelajaran dan motivasi penting yang dapat kita aplikasikan dalam kehidupan kita.Beberapa orang sukses mengatakan bahwa motivasi yang kuat adalah sumber utama kesuksesan mereka. Namun tidak mudah untuk bisa memupuk motivasi itu dalam – dalam di dalam diri kita. Diperlukan suatu “makanan” tambahan yang terus menerus dan berkesinambungan. “Makanan” tambahan itu yaitu kisah sukses dan inspiratif orang lain yang akan semakin memperkuat motivasi dan kepercayaan diri kita.Dengan membaca dan mengambil hikmah dari kisah sukses dan inspiratif orang lain, maka kita tidak akan kesulitan dalam membangun dan menanamkan motivasi untuk sukses yang kuat dalam diri kita.
               Dalam hal ini peneliti menorah kepada teori yang dikemukakan oleh Mc.Clelland (dalam Feldman, 1992) menyebutkan bahwa di dalam diri manusia selain ada dorongan yang bersifat biologis, terdapat juga dorongan lain yang sangat kuat dan tidak memiliki dasar biologis yaitu kebutuhan untuk mendapatkan prestasi. Kebutuhan untuk mendapatkan prestasi merupakan salah satu motif yang bersifat sosial karena motif ini dipelajari  dalam lingkungan dan melibatkan orang lain serta motif ini merupakan suatu komponen penting dalam kepribadian yang membuat manusia berbeda satu sama lain (Morgan,dkk, 1986).

B.       Pengertian Sholat Dhuha Dan Motivasi Belajar
1. Pengertian Shalat Dhuha
Pengertian shalat dhuha dalam laporan ini peneliti mengambil dari berbagai literatur, seperti dari buku-buku ilmiah, dan beberapa sumber internet pelaksanaan sholat dhuha.
Shalat Dhuha adalah shalat sunat yang dikerjakan pada waktu pagi hari, diwaktu matahari sedang naik. Sekurang-kurangnya shalat ini dua rakaat, boleh empat rakaat, delapan rakaat dan dua belas rakaat. ( Imran, 2006)
Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dilakukan setelah terbit matahari sampai menjelang masuk waktu zhuhur. Afdhalnya dilakukan pada pagi hari disaat matahari sedang naik/ kira-kira jam 9.00 . (www.wikipedia.org)
Shalat Dhuha adalah shalat sunnat yang dilakukan seorang muslim ketika waktu dhuha. Waktu dhuha adalah waktu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur. Jumlah raka’at shalat dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka’at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka’at sekali salam.(Rifa’i, 1993).
Shalat Dhuha adalah shalat sunat yang dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00 hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah roka’at shalat dhuha minimal dua rokaat dan maksimal dua belas roka’at dengan satu salam setiap du roka’at (islam.com)
Dari beberapa pengertian diatas penulis melihat pendapat yang berbeda dalam hal waktu, namun yang pasti pelaksanaannya ketika matahari mulai naik sepenggalah (agak miring) sampai menjelang masuk waktu dzuhur, Dan waktu yang paling afdhal adalah ketika mulai panas. Hal ini dijelaskan di dalam sebuah hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim; “Shalatu al-’awwabin hina tarmudhu al-fishal” (Waktu mengerjakan shalat ‘awwan (dhuha) adalah ketika hari panas).
Imam Muslim meriwayatkan dari Zaid bin Arqam bahwa ia berkata: “Rasulullah saw keluar menuju penduduk Quba’ ketika mereka akan mengerjakan shalat. Lalu beliau berkata: “Shalat ‘awwabin ketika hari mulai panas”.
Imam al-Nawawi di dalam kitab al-Majmu berkata: “Waktunya ketika matahari meninggi (condong). Sebagian ulama lagi mengatakan bahwa waktu yang paling afdhal adalah ketika matahari meninggi dan panasnya mulai terik.
Jumlah rakaatnya minimal dua rakaat, dan paling afdhal adalah delapan rakaat. Abu Hurairah ra. berkata;” Kekasihku Rasulullah saw berwasiat kepadaku dengan tiga perkara, puasa selama tiga hari setiap bulannya, dua rakaat shalat Dhuha dan mengerjakan shalat witir sebelum aku tidur” (Muttafaq `Alaihi).
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa jumlahnya delapan rakaat. Jumlah ini disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummu Hani’ ra bahwa Rasulullah saw shalat di dalam rumahnya (Ummu Hani’) pada tahun pembebasan Makkah sebanyak delapan rakaat. Namun dalam hadits lain disebutkan bahwa jumlah rakaatnya tidak terbatas, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari `Aisyah ra. Ia berkata: “Rasulullah saw shalat Dhuha sebanyak empat rakaat lalu menambahnya seberapa yang dikehendakinya“.
Imam al-Nawawi menjelaskan bahwa hadits-hadits tersebut seluruhnya disepakati kesahihannya dan tidak ada perselisihan di dalamnya menurut para muhaqqiq (ahl al-tahqiq) . Dan kesimpulannya, menurut beliau, shalat Dhuha minimal adalah dua rakaat, dan paling sempurna adalah delapan rakaat. Dan diantaranya empat atau enam, keduanya (empat atau enam rakaat) adalah lebih sempurna dari dua rakaat dan kesempurnaannya berada di bawah delapan rakaat (Muslim Syarh al-Nawawi: 5: 322).
Jadi peneliti menyimpulkan dari beberapa pendapat di atas bahwa sholat dhuha itu ialah Pengertian Dhuha adalah salah satu waktu di mana matahari sedang terbit atau waktu pagi hari pada saat matahari sedang naik ke atas. Dari sini kita bisa memahami bahwa sholat dhuha adalah sholat sunnah yang ketika matahari sedang terbit sampai menjelang masuk waktu zuhur. Sholat dhuha lebih bagus jika dilakukan antara jam delapan atau sembilan pagi saat udara masih segar dan matahari sedang berada pada posisi yang indah. Hal ini mungkin, agar kondisi kita seindah sinar mentari pagi.
2.      Pengertian Motivasi Belajar
Kata motivasi berasal dari kata ”motif” atau dalam bahasa inggris ”motive” berasal dari kata movereatau motion yang berartui gerakan atau sesuatu yang bergerak. Dalam psikologi istilah motif pun erat hububngannya denagn ”gerak” yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia yang sering di sebut dengan prilaku atau perbuatan. Motif dalam psikologi berarti juga rangsangan,dorongan,tenaga agar terjadinya suatu perbuatan (action) atau prilaku (behavior).[4]
Motivasi ialah suatu keadaan atau ketenangan didalam individu,yang membangkitkan,memelihara dan mengarahkan tingkah laku menuju pada satu tujuan atau sasaran.[5]
               Mc.Clelland (dalam Feldman, 1992) menyebutkan bahwa di dalam diri manusia selain ada dorongan yang bersifat biologis, terdapat juga dorongan lain yang sangat kuat dan tidak memiliki dasar biologis yaitu kebutuhan untuk mendapatkan prestasi. Kebutuhan untuk mendapatkan prestasi merupakan salah satu motif yang bersifat sosial karena motif ini dipelajari  dalam lingkungan dan melibatkan orang lain serta motif ini merupakan suatu komponen penting dalam kepribadian yang membuat manusia berbeda satu sama lain (Morgan,dkk, 1986).
               Berdasarkan definisi motivasi berprestasi di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi belajar adalah dorongan yang ada pada individu untuk menganggali, mendapatkan prestasi yang dihubungkan dengan seperangkat standar dan berusaha untuk mendapatkan kesuksesan atas kegiatan yang dilakukannya.



Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
               Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar seseorang. McClelland (dalam Bernstein, dkk,1988) mengatakan bahwa cara-cara orang tua dalam mendidik anak sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar yang dimiliki oleh anak. Selanjutnya Fernald dan Fernald (1999) mengungkapkan terdapat 3 faktor yang berpengaruh terhadap motivasi berprestasi bagi seseorang yaitu :
1. Pengakuan dan Prestasi (Recognition and Achievement) Individu akan termotivasi untuk bekerja keras jika dirinya merasa dipedulikan oleh orang lain.
2.  Pengaruh dari peran jenis kelamin (Influence of Sex Roles)
3. . Pengaruh keluarga dan kebudayaan (family and cultural influences).

C.  Tata Cara Pelaksanaan Sholat Dhuha.
Berikut ini tata cara melakukan sholat dhuha:
1.  Berniat untuk melaksanakan shalat sunat Dhuha setiap 2 rakaat 1 salam. Seperti biasa bahwa niat itu tidak harus dilafazkan, karena niat sudah dianggap cukup meski hanya di dalam hati.
2.  Membaca surah Al-Fatihah
3.  Membaca surah Asy-Syamsu (QS:91) pada rakaat pertama, atau cukup dengan membaca Qulya (QS:109) jika tidak hafal surah Asy-Syamsu itu.
4.  Membaca surah Adh-Dhuha (QS:93) pada rakaat kedua, atau cukup dengan   membaca Qulhu (QS:112) jika tidak hafal surah Adh-Dhuha.
5.  Rukuk, iktidal, sujud, duduk dua sujud, tasyahud dan salam adalah sama sebagaimana tata cara pelaksanaan shalat fardhu.
6.  Menutup shalat Dhuha dengan berdoa. Inipun bukan sesuatu yang wajib, hanya saja berdoa adalah kebiasaan yang sangat baik dan dianjurkan sebagai tanda penghambaan kita kepada ALLAH.
Sebagaimana shalat sunat lainnya, Dhuha dikerjakan dengan 2 rakaat 2 rakaat, artinya pada setiap 2 rakaat harus diakhiri dengan 1 kali salam.
a.      Do,a sesudah sholat dhuha:
ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBADIKASH SHALIHIN.
Artinya: “Ya Alloh, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Alloh, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.
b.      Keutamaan shalat Dhuha
Hadits Rasulullah Muhammad saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:
1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muahammad saw bersabda:
“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).
2. Ghanimah (keuntungan) yang besar
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.
Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.
Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).
Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?”
Mereka menjawab;  “Ya!
Rasul saw berkata lagi: “Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)
3. Sebuah rumah di surga
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:
“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami`: 634)
4. Memeroleh ganjaran di sore hari
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:
Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).
Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika”
(Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).
5. Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib: 673).
Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:
“Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna..” (Shahih al-Jami`: 6346).
6. Ampunan Dosa
“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi).[6]
D.      Proses Observasi Masjid Iain Raden Fatah Palembang Beserta Dukomen Hasil Dari Observasi.
Proses observasi ini di laksanakan di masjid iain raden fatah palembang selama lima hari berturut-turut, peneliti hanya bisa melihat dari jarak yang cukup jauh, yang bisa peneliti lakukaan ialah melihat dan memoto sebagai buktu atau dokumentasi penelitian dari pengaruh sholat dhuha terhadap motivasi belajar,
·      Persiapan untuk melakukan obsevasi  ialah:
1.      penliti membuat rumusan masalah terlebih dahulu agar peneliti bisa melihat pengaruhnya dan ada arah yang diteliti.
2.      Peneliti mencari teori dari berbagai literatur baik dari buku maupun dari internet yang bekaitan dengan sholat dhuha dan motivasi belajar itu sendiri.
3.      Peneliti men setting lokasi dimana lokasi yang akan di laksanakannya tempat observasi tersebut
4.      Peneliti mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan disini peneliti hanya menggunakan alat berupa kamera untuk pengambilan dokumentasi,pensil dan buku saat observasi berlangsung.

·      Proses Observasi
1.      peneliti datang sekitar jam 8.00 WIB.
2.      lalu peneliti mengambil air wud,hu sebelum masuk masjid.
3.      Peneliti duduk didekat orang yang sedang melaksanakan sholat dhuha berjarak sekitar 4 meter dari objek.
4.      Peneliti mengambil foto objek saat ia sholat
5.      Peneliti mencatat prilaku, yang tampak dan melihat apa yang ia lakukan ssesudah sholat dhuha.

DOKUMENTASI PENELITIAN
Peneliti sengaja tidak banyak mengambil foto karana peneliti lebih memfokuskan ketingkah laku bagaimana pengaruh sholat dhuha itu terhadap keinginannya untuk belajar.
                              
Frofil Masjid                                                   sesudah sholat dhuha (do’a)




                           
Sedang melaksanakan sholat dhuha                           belajar sesudah sholat dhuha



                                                Ada Yang Sholat, Dan Yang Belajar


Bebagai macam kegiatan yang dilakukan setelah sholat dhuha ada yang berdiskusi ada yang menghapal pelajaran apabila dilihat daridokumen diatas.


E.       Hubungan Antara Sholat Dhuha Dan Motivasi Belajar
Di dalam ayat dhuha disebutkan bahwa :
t$öq|¡s9ur yÏÜ÷èムy7/u #ÓyÌ÷ŽtIsù ÇÎÈ  
Artinya:dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.
Sedangkan motivasi yakni sebuah dorongan agar seseorang bisa melakukan sesuatu perbuatan untuk mencapai sebuah keinginan yang ia inginkan.
Disini hubungan sholat dhuha dan motivasi belajar ialah apabila seseorang setelah melaksanakan sholat dhuha dengan menuruti aturan dan tuntunan serta penghayatan, maka kemungkinan besar hatinya akan menjadi tenang dan ketenangan serta ketentraman hati inilah yang akan menimbulkan sebuah kesadaran serta dorongan untuk melaksakan hal yang positif.
E. Pengaruh Sholat Dhuha Terhadap Motivasi Belajar
Sholat dhuha yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan artinya sesuai aturan yang ditetapkan dalam islam akan menciftakan sebuah ketenagan serta pola pikirnya  positif terhadap sesuatu.apabila seseorang melaksanakan sholat dhuha dengan niat yang benar artinya tidak ingin semata-mata agar dipuji oleh orang lain, ini akan menciftakan sebuah penghayatan, kesadaran atau dorongan untuk melakukan sesuatu hal yang lebih bermanfaat karena pengaruh sholat dhuha terhadap kesedaran, dorongan dari diri seseorang akan menciftakan sebuah kesadaran untuk melaksanakan hal yang bermanfaat dan memanfaatkan waktu yang terbuang hanya untuk melakukan hal yang sia-sia disinalah peran sholat dhuha terhadap keingin untuk membangkitkan keasadaran akan statusnya sebagai maha siswa. Artinya pengaruh sholat dhuha terhadap motivasi belajar ialah sebuah ketenangan, dorongan serta kesadaran untuk melakukan hal yang positif seperti: belajar, baca al-qur’an serta berdiskusi kepada teman yang ada.

F. Prilaku Orang Yang Sering Sholat Dhuha
orang yang sering melaksanakan sholat terutama sholat wajib itu lebih berkecenderungan untuk melaksanakan hal-hal yang bermanfaat apalagi ditambah dengan melaksanakan sholat-sholat sunnah contohnya yang sering dilakukan ialah sholat dhuha dan tahajut tapi disini orang yang sering melaksanakan sholat dhuha sesuai dengan hasil penelitian Selama lima hari bahwa prilaku orang yang sering menjalankan shoat sunah duha itu lebih cendrung menyendiri atau denagan kata lain agak pendiam sering membaca, lebih senang di masjid dari pada ngomong hal-hal yang tidak bermanfaat.















BAB. III
PENUTUP
1.    Kesimpulan
Dhuha adalah salah satu waktu di mana matahari sedang terbit atau waktu pagi hari pada saat matahari sedang naik ke atas dimana seseorang yang melaksanakan sholat dhuha hanya karena allah dan allah memberikan mahpironya kepada orang tersebut agar hati,fikiran dan jiwanya menjadi tentram serta selalu berfikir yang positif.
Motivasi belajar ialah suatu keadaan ketegangan dalam diri individu yang membangkitkan dorongan serta mengarak ke tingkah laku yang lebi baik.
Hubungan sholat dhuha dan motivasi belajar ialah apabila seseorang setelah melaksanakan sholat dhuha dengan menuruti aturan dan tuntunan serta penghayatan, maka kemungkinan besar hatinya akan menjadi tenang dan ketenangan serta ketentraman hati inilah yang akan menimbulkan sebuah kesadaran serta dorongan untuk melaksakan hal yang positif sehingga berpengaruh pada sebuah kesadaran untuk melaksanakan hal yang bermanfaat dan memanfaatkan waktu yang terbuang hanya untuk melakukan hal yang sia-sia disinalah peran sholat dhuha terhadap keingin untuk membangkitkan keasadaran akan statusnya sebagai maha siswa. Artinya pengaruh sholat dhuha terhadap motivasi belajar ialah sebuah ketenangan, dorongan serta kesadaran untuk melakukan hal yang positif seperti: belajar, baca al-qur’an serta berdiskusi kepada teman yang ada. Orang yang sering sholat dhuha cendrung menyendiri atau denagan kata lain agak pendiam sering membaca, lebih senang di masjid dari pada ngomong hal-hal yang tidak bermanfaat.




DAFTAR PUSTAKA
Imam al-mundziri. Ringkasan hadis shahih muslim.pustaka al-mani. Jakarta: 1994
 Sunarto,ahmad.shahih bukhri.cv.as/syipa . Semarang:1993
Ustad bey arifin dkk. Sunan abi daut. Cv asy syifa.semarang:1992
Feldman, Robert, S. (1992). Elements of psychology. (International ed.). San
McClelland, D.C. (1987). Human motivation. New York : The Press Syndicate of
Imran,M.2006. Penuntun Shalat Dhuha.Karya Ilmu, Surabaya
Rifa’i, Moh.1993, ,Kumpulan Shalat-Shalat Sunnat, CV Toha Putra, Semarang
www.wikipedia.org. Shalat Dhuha,Diakses pada tanggal 8 agustus 2007, pukul 21.00 WIB
www.islam.com. Fadhilah Shalat Dhuha,Diakses pada tanggal 8 agustus 2007, pukul 21.15
WIB
M.Nashirudinal-Albani.Shahihriyadhush Shalihin.Pustaka Azam. Jakarta:215-216








[1] Achmad sunarto.sahih bukhri.1993.hal: 558
[2] Ustad bey arifin dkk. Sunan abi daut. Halaman 185
[3] Agus sujanto.psikologiumum. halaman:86
[4] Sarlito sarwono.pengantar psikologi umum .jakarta:hal:137
[5] J.p.chaplin.kamus lengkap psikologi.jakarta hal:310
[6] M.nashirudinal-albani.shahihriyadhush shalihin. Jakarta:215-216

Tidak ada komentar:

Posting Komentar