TERAPI RASIONAL
EMOTIF
DISUSUN OLEH:
Kelompok (6)
1. Akbar Robi Salam (10350006)
DOSEN PEMBIMBING:
Yeyen Fitriani,M.Si. M,Pd
FAKULTAS
USHULLUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM
INSTITUTE
AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2012
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaykum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Kadang kala manusia dalam mengarungi bahtera hidupnya selalu
menemui persoalan, misalnya menemui kesulitan ekonomi, kegagalan dalam mencapai
tujuan, seringkali bermalas-malasan, kurang kewibawaan, kurang disukai orang
banyak, bahkan kadang kala jiwa terancam. Untuk semua itu hendaklah di hadapi
dengan penuh ketaqwaan.
Dan tawakal kepada Allah, bukan di hadapi dengan jalan yang
menyimpang dari ajaran agama.
Oleh sebab itu kami menyajikan makalah kami ini dengan
harapan dapat membantu kawan-kawan, untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
terepi emotif, Dan kami mengucapkan kepada teman-teman apabila dalam penyajian hasil observasi ini terdapat kekurangan atau
kesalahan, kiranya teman-teman untuk memberikan kritik dan saran demi lebih
sempurnanya laporan
yang kami buat ini. Terimakasih.
Wassalam Mualaikum Warohmatullahhi
Wabarohkatuh
Palembang, oktober 2012
Akbar Robi Salam
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………1
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………..2
BAB
1 PENDAHULUAN
a. Latar
belakang………………………………………………………….3
BAB
2 PENGERTIAN DAN PEMBAHASAN
1.
Biography………………………………………………………………5
2.
Pengertian terapi rational emotif……………………………………….6
3. Konsep-konsep
utama…………………………………………………11
4. Terapi
rasional emotif dan teori kepribadian ……………………...….11
5. Teori
A-B-C tentang kepribadian …………………………………….12
6. Tujuan-tujuan
dari terapiotik……………………………...…………..12
7. Fungsi
dan peran terapis ……………………………………………..13
BAB
3 PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………….………………15
2. Keritik
dan saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB.I
PENDAHULUAN
a.
Latar belakang
Teori
rasional emaotif (TRE) memisahkan diri dari beberapa sistem yang dipaparkan
dalam buku ini yaitu pendekatan psikoanalik, terpusat pada pribadi, dan
gestalt. Saya telah menyeleksi untuk dimasukkan didalamnya oleh karena ini
merupakan perspektif yang menantang terhadap banyak dari isu dasar dari
onseling dan psikoterapi. TRE banya kesamaannya dari terapi yang berorientasi
pada kognisi, perilaku , dan perbuatan, dalam arti bahwa TRE menekankan pada
berfikir, memperkirakan, mengambil keputusan, menganalisis dan berbuat.
TRE sangat
didaktis, sangat direktif, dan memiliki kepedulian yang seimbng antara pikiran
dan perasaan. TRE berdasarkan pada asumsi bahwa kognisi, emosi, dan perilaku
berinteraksi secara signifikan dan memiliki hubungan sebab akibat yang timbal
balik. Melalui perkembangannya TRE terus menerus menekankan kepada tiga
modalitas itu serta interaksinya, dan oleh karenanya memberinya ciri sebagai
yang menggunakan pendekatan elektik yang multi modal. Depresi yang melanda
amerika serikat pada thun 1930-an memberi pengaruh pada Ellis tenteng impiannya
menjadi pengusaha yang kaya tetapi ia tidak hentinya menulis, dan menyelesaikan
menuskrip dengan sekedar buku senabanyak 20 buah, termasuk fiksi, puisi,
darama, dan non fiksi pada saat ia berusia 28 tahun. Beberpa buah menuskripnya
pernah hampir diterbitkan namun tidak satupun yang pernah berhasil diterbitkan.
Tanpa ada rasa takut kecewa ia teruskan penelitian serta penulisannya dibidang
seks cinta kasih dan perkawinan dan menjadi demikian menguasai bidang ini
hingga banyak teman-teman serta anggota keluarganya yang minta nasehat tentng
masalah pribadi masing-masing. Karena menyadari akan ketrampilannya memberikan
konsultasi pada orang banyak, dan juga merasakan betapa ia menikmatinya maka
iapun bertekat menjadi psikolog. 8 tahun setelah kelulusannya dari Colege ia
masuk matrikulasi program psikologi klinis di Teacer Colege, Columbia. Dia
memulai prktiknya dalam bidang perkawinan, keluarga, dan terapi seks. Karena
percaya bahwa psikoanalisis adalah betuk terapi yang paling dalam maka Ellis
dianalisis dan di supervisi oleh aliran Karen Horni.
Dari tahun1947-1953 dia mempraktikkan analisis
klasik dan psikoterapi yang berorientasi pada analisis.Setelah dia sampai pada
sampai pada kesimpulan bahwa psikoanalisis itu secara relatif merupakan bentuk
penangan yang semu dan tidak ilmiah maka dia pun bereksperiman dengan beberapa
sistem yang lain. Pada awal tahun 1955 dia menggabungkan terapi humanistik,
filosofis, dan behavioral menjadi terapi emosiaonal emotif (TRE). Ellis berhak
menyadang gelar ayahnya TRE dan kekeknya terapi kognitif behavioral. Dalam
sebuah wawancar dia ditanya sebagai apa kiranya, ia ingin dikenang setelah
kemtiannya nanti.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Biograpy
Albert Ellis
Diperkenalkan
pada tahun (1995) oleh albert ellis yang lahir pada tanggal 27 september (1913)
di piisburgh,pennylvania, yang kemudian dibesarkan di new York. Ellis adalah
allamnus dari city university oif new York.
Dalam bidang bussines administrasion dan setelah itu baru mengikuti
pendidikan psikologi klinis pada tahun (1942) di culombia university dan memperoleh
gelar dokternya pada tahun (1947). Sebelumnya ia menjadi seorang pengarang
dengan status bebas, dan banyak manulis buku maupun artikel terutama mengenai
seksualitas, disamping pernah pula sebagai menager personalia.
Segera
setelah menyelesaikan pendidikan dokternya, ia bekerja sebagai psikolog klinis
di new jersey satate diagnostic center,
Menlo park. Setahun kemudian ia menggabukan diri dengan new jersey department
of institutions and agencies di Trenton. Bersamaan dengan jabatan-jabatannya,
ellis mempunyai praktek pribadi yang dilakukan sejak tahun (1943),
mengkhususkan diri pada psikotrapi dan konseling perkawinan. Ellis sendiri
mengatakan bahwa dialah yang mempelopori seks trapi. Ia juga sorang
psikoanalisis tidak efisien. Pada tahun (1959) ia ditunjuk sebagai derektor
ekskutif pada institute for advencces study
in rational psychology tehraphy di new York city. Jabatan penting yang pernah
dipegangnya di amerikan psychological association adalah ketika pada tahun (1961-1962)
bertindak sebagai ketua dari devision of cunsolting psychology. Sebagai seorang
ilmuan dan pengarang ia sangat produktif
dalam menulis buku dan artikel sampai sekarang sudah lebih dari 50 buku dan 600
artikel ditulisnya dan salah satu bukunya yang terkenal yang berhubungan dengan
tekhnik pendekatannya, ialah reason dan emotion in psychology therapy (1962).
Beberapa karya ditulisnya dalm bentuk buku, antara lain ialah :[1]
·
An introduction to the principles of
scientipic psychoalanalysis-1950
·
The folklore of sex -1951
·
Sex,society and the individual -1953
·
The American sexual tragedy -1954
·
New approaches to psychotrapy techniques
dengan Ralph brancale -1955
·
How to live with neurotic -1957
·
Guide to rational living -1961
·
Reason and emotion in psychotherapy
-1962
·
Humanistic psychotherapy :the rational
emotive approach. A new guide to rational living bersama l.a harper -1975
·
Growth throught reason -1971
·
Approach.new guide to rational living
bersama L.A .harper -1975
·
Handbook of rational emotive therapy
dengan r. greiger -1977
·
Theoritecal and empirical foundations of
rational emotive therapy bersama dengan j.m. whitely -1979
·
Why some therapies don’t work dengan
R.J.yeanger -1989[2]
2.
Pengertian
Terapi Rasional Emotive
Terapi
rasional emotive menurut ellis mendasarkan pada konsep bahwa berpikir dan
berperasaan saling berkaitan, namun dalam pendekatannnya lebih menitik
beraratkan pada pikiran dari pada ekspresi emosi seseorang.
Pandangan
ellis (1980) terhadap konsep manusia
adalah:
1. Manusia
mengkondisikan diri sendiri tehadap munculnya perasaan yang menggangggu pribadi
nya.
2. Kecendrungan
biologisnya sama dengan kecendrungan cultural untuk berpikir salah dan tidak
ada gunanya, berakibad mengecewakan diri sendiri.
3. Kemanusiannya
y6ang unik untuk menemukan dan mencipta keyakinan yang salah, yang mengganggu,
sama halnya dengan kecendrungan mengecewakan dirinya sendiri karena
gangguan-gangguannya .
4. Kemampuannya
yang luar biaasa untuk mengubah prores-proses
kognitif, emosi dan prilaku, memungkinkan dapat:
a) Memilih
reaksi yang berbeda dengan biasa dengan yang biasanya dilakukan.
b) Menolak
mengecewakan diri sendiri terhadap
hampir semua hal yang mungkin terjadi
c) Melatih diri sendiri agar secara setengah
otomatis mempertahankan gangguan sesedikit mungkin sepanjang hidupnya.
Pandangan
terhadap konsep manusia dari sudut pendekatan terapi rasional emotif dan
perkembangan kearah timbunya perasaaan tidak bahagia karena gangguan emosi yang
dialami, dikemukakan oleh (Patterson, 1980) sebagai berikut:
1. Manusia
adalah pribadi unik, rasional dan tidak rasional. Bagaimana manusia berfikir
dan bertindak rasional, ia akan mampu bertindak efektif dan merasa bahagia.
2. Hambatan
emosi atau hambatan psikoliogis , adalah akibad dari cara berpikir yang tidak
rasional, tidak logis. Emosi menyertai pikiran dan ini mengakibadkan pikirannya
tidak rasional.
3. Pikiran
tidak rasional berakar pada hal-hal yang tidak logis yang dipelajari sejak
awal, sesuatu yang terjadi secara biologis terjadi di peroleh orang tua dan
dari lingkungan budanya. Dalam perkembangannnya, seorang anak yang mengetahui
atau mempelajari sesuatuyang baik, akan mengembangkan kehidupan emosinya yang
prositif ( misalnya, cinta atau kegembiraan). Sebaliknya jika diberitahukan
atau diketahui bahwa sesuatu tidak baik atau tidak boleh dilakukan, maka terbentuk
perkembangan emosi yang negative( misalnya, sakit,marah,atau depresi).
4. Manusia
berfikir dengan mempergunakan symbol dan bahasa. Kareana pikiran menyertai
emosi, jika emosinya terganggu, maka akan muncul pikran tidak rasional. Pribadi
yang terhambat akan terus mempeprtahankan
keadaannya yang terhambat dan pikirannnya yang tidak logis,dengan
melakukan verbalisasi internal tentang pikiran yang tidak rasional.
5. Berlanjutnya
hambatan emosi adalah akibad dari verbalisasi diri,yang dilakukan terhadap diri
sendiri,jadi bukan sesuatu yang terjadi oleh pengaruh dari luar,melainkan dari
pengamatan dan sikapnya terhadap sesuatu kejadian. Ellis menekankan bahwa bukan
situasi yang menyebabkan terjadinya ansietas pada seorang,melainkan pengamatan
yang dilakukan pribadi terhadap suatu keadaan yang menimbulkan perasaan tidak
enak.
6. Manusia
memiliki sumber yang luas dan bebas untuk mengaktualisasikan
kemampuan-kemampuannya dan dapat merubah tujuan pribadi maupun sosialnya. Ellis
melihat manusia sebagai pribadi yang unik,yang memiliki kekuatan untuk memahami
keterbatasannya,untuk mengubah pandangan dasar dan system nilainya dan untuk
melawan kecendrungan-kecendrungan untuk menolak diri sendiri. Manusia memiliki
kemampuan untuk menghadapi system nilainya dan melatih kembali diri sendiri
dengan keyakinan dasn system nilai yang lain.sebagai akibatnya, ia akan
bertindak sangat berbeda dengan
tindakannya yang dulu.
7. Pikran
negative menyalahkan pikiran dan emosi diri sendiri,karena itu harus dilawan
dengan menyusun kembali pengamatan dan pikirannya,sehingga menjadi logis dan
rasional.
Pendekatan
terapi rasional emotif menganggap bahwa manusia pada hakekatnya adalah korban
dari pola berpikirnya sendiri yang tidak rasional dan tidak benar. Kerena itu
Ellis berkomentar bahwa pendekatan humanistic terlalu lunak dan mengakibatkan
persoalan pada diri sendiri kerena berfikir tidak rasioanal. Kerena itu terapis
dengan pendekatan ini berusaha memperbaiki melalui pola berpikirnya dan
menghilangkan pola pikir yang tidak rasional.
Terapi
dilihatnya sebagai usaha untuk mendidik kembali, jadi terapis bertindak sebagai
pendidik, dengan antara lain memberikan tugas yang harus dilakukan oleh pasien
serta mengajarkan strategi tertentu untuk memperkuat proses berpikirnya. Proses
ini dilakukan denagan pendekatan langsung atau pendekatan elektrik. Manusia
sebagai makhluk berpikir dapat menghilangkan atau mengurangi gangguan emosi
atau suatu yang menimbulkan perasaan tidak bahagia, dengan belajar berpikir
rasional. Terapi bertujuan menghilangkan cara berpikir yang tidak logis,yang
tidak rasional dang menggantinya dengan sesuatu yang logis dan rasional. Untuk
memungkinkan hal ini terapis perlu memahami sendiri dunia pasien,perilaku pasien dari sudut
pasien itu sendiri, memahami prilaku pasien yang tidak rasional tanpa terlibat
dengan prilaku tersebut sehingga memungkinkan terapis dapat mendorong pasien
agar pasien menghentikan cara berfikir yang tidak rasional. Untuk melakukan hal
ini ada tiga langkah yakni:
1. Terapis
menunjukan bahwa cara berpikir pasien tidak logis, kemudian membantunya
memahami bagaimana dan mengapa pasien sampai pada cara berpikir seperti itu,
kemudian menunjukan pula hubungan antara pikiran tidak logis dengan perasaan
tidak bahagia astau denagn gangguan emosi yang dialaminya. Pasien harus belajar
membedakan antara keyakinan yang rasional dengan yang tidak rasional.dalam hal
ini terapis menantangnya apakah pasien akan meneruskan keyakinannya untuk
merusak dirinya,atukah tidak. Terapis mendorongnya bahkan harus lebih kuat lagi
yakni menginstuksikan pasien agar melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan,
karena dengan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan dapat berfungsi
untuk menghadapi prilaku yang menimbulkan masalah.
2. Menunjukan
kepada pasien,bahwa pasien mempertahankan prilakunya yang terganggu karena
pasien meneruskan cara berpikirnya yang tidak logis. Cara berpikir tidak logis
inilah yang menyebabkan masih adanya ganguan sebagaimana yang dirasakan dan
bukan dari kejadian atau pengalaman yang lalu.
3. Langkah
ketiga bertujuan mengubah cara berpikir pasien dengan membuang cara berpikir
yang tidak logis. Terapis menggunakan tekhnik langsug dan tekhnik mendorong
untuk membantu klien membuang pikiran-pikiran tidak logis,tidak rasional dan menggantinya
dengan pikiran yang logis,yang rasional. Dalam hal ini dibutuhkan peran aktif
dari terapis.
Langkah
berikutnya ditujukan terhadap aspek yang lebih jauh lagi,tidak hanya menghadapi
proses berpikir yahng tidak logis terhadap hal-hal yang khusus,melainkan
terhadap hal-hal lain yang lebih luas yang menyangkut kehidupan sehari-hari.
Denagan kata lain, kehidupan pasien disadari oleh keyakinan dan cara berpikir
yang logis, ysng rasioal. Karena sasaran utama adalah pada aspek kognitifnya,
maka hubunganantara terapis dengan pasien tidak terjalin terlalu erat dan
mendalam.
Mengenai
peran dan kegiatan terapis menurut ellis 1973 adalah:
1. Bawalah
pasien sampai pada akar persoalannya yang menimbulkan pikiran tidak rasional
dan yang menimbulkan gangguan pada prilaku.
2. Dornglah
pasien agar mengemukakan pikiran-pikirannya
3. Tunjukkan
pada paseien dasar dari cara berpikirnya yang tidak logis
4. Pergunakan
analisis logis untuk mengurangi keyakinan-keyakinan yang tidak rasional
5. Kemukakan
kepada pesien bagaimana keyakinan-keyakinan ini tidak jalan dan bagaimana hal
tersebut akan menimbulkan gangguan emosi maupunprilaku dikemudian hari.
6. Pergunakan
humor atau cara lain yang mungkin dirasakan aneh-aneh atau bukan-bukan
seperlunya,untuk menghadapi cara berpikir pasien yang tidak rasional.
7. Jelaskan
bagaimana pikiran-pikiran ini dapat diganti dengan pikiran lain yang lebih
rasional dan yang memiliki dasar emperik yang kuat.
8. Ajarilah
pasien bagaimana mempergunakan pendekatan ilmiah dalam proses berpikirnya,
sehingga mereka dapat mengamati dan kemudian mengurangi cara berpikir yang tida
rasional dan logis yang dapat menimbulkan kesulitan dalam dirinya di kemudian
hari.
Secara
singkat dapat dikemukakan bahwa terapi rasional emotif ini mempergunakan
pendekatan langsung untuk “menyerang”dan menghilangkan pikiran-pikiran yang
tidak rasional dan menggantinya dengan pikiran yang rasional dan logis. Agar
dapat melakukan ini,terapis perlu mengetahui dunia pesien, mengetahui sikap dan
perilakunya yang tidak rasional dan bagaimana pasien melihat hal-hal tersebut.
Terapis mempergunakan pendekatan aktif,direktif meskipun dipihak lain juga
fleksibel dan disana-sini dapat mempergunakan pendekatan elektrik.tekhnok
sugesti, persuasi,konfrontasi dan bahkan indoktrinasi yang berorientasi pada
pendidikan untuk mempengaruhi pungsi kognitifnya seperti:
Tugas yang harus dilakukan,perubahan dalam
mempergunakan kata atau bahasa. Dalam hal ini mempengaruhi fungsi emosinya,
dapat mempergunakan tekhnik imajenasi atau lebih jelasnya visualisasi,
menggambarkan apa yang baik yang akan dilakukan,bermain peran dan latihan
menghadapi hal-hal yang memalukan,sehingga pasien menyadari bahwa perasaan malu
tersebut adalah ciftaannya sendiri.
Berbeda dengan pendekatan behavioristik, pada pendekatan ini, memahami pasien dengan semua
latar belakang, sumber dan perkembangannya,yang diperoleh melalui berbagai
prosedur biasa dalam pemeriksaan psikologis, termasuk wawancara
pendahuluan,yang tidak terlalu mendalam, masih dianggap perlu. Antara lain
untuk mengetahui seberapa jauh pasien terganggu denagan keadaannya dan
bagaimana gambaran kepribadian pasien denagan fungsi kognitif yang dimiliki,
agar bisa menentukan tingkatan,jenis dan tekhnik pendekatan yagn akan
dipergunakan.
Pendekatan
denagn terapi rasional emotif menurut
ellis (1977-1978).Dapat dipergunakan untuk menghadapi masalah-masalah klinis
seperti : depresi,ansietas,ganguan karakterologis,sikap melawan, masalah
seks,percintaan,perkawinan,penagsuhan,masalh prilaku pada anak dan
remaja.Ternyata tidak hanya dalam bidang klinis saja pendekatan ini dapat
dipakai, melainkan juga dalam lapangan lain,seperti bisnis, hukum, olahraga dan
organisasi. Pendekatan dengan terapi rasional emotif yang semula sebagai
tekhnik terapi individual,ternyata dalam perkembangannya lebih lanjut,dapat diamalkan
untuk terapi kelompok,terepi jangka pendek,bahkan terapi keluarga dalam
perkembangannya akhir-akhir ini,pendekatan ini sangat popular karena
efektivitas dan keberhasilannya cukup tinggi, sebagaimana dilaporkan oleh para
peneliti seperti maultsby,knipping dan carpenter (1974),knaus dan boker (1975)
dan carmody (1977).
3.
Konsep-konsep
utama
Terapi
rational emotif adalah psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia
dilahirkan dengan potensi baik untuk berfikir rasional dan jahat.manusia
memiliki kecendrungan-kecendrungan untuk memelihara diri, bahagia ,berpikir dan
mengatakan mencintai,bergabung dengan orang lain serta tumbuh dan
mengakltualisasikan diri.
Terapi
rasional emotif menekankan bahwa manusia,berpikir,beremosi tanpa berpikir,
sebeb perasaan-perasaan biasanya diletuskan oleh persepsi-persepsi atas situasi
yang spesifik.[3]
4.
Terapi
Rasional Emotif Dan Teori Kepribadian
Pandangan
teoritis tentang cirri-ciri tertentu kepribaadian dan tingkah laku berikut
ganguan-ganguannya memisahkan terapi rasional emotif dari teori yang melandasi
sebagian besar pendekatan terapi lainnya.
Pandangan
terapi emotif tentang manusia
-
Neorosis, yang didefinisikan sebagai
“berfikir” dan bertingkah laku irasional, adalah suatu keadaan alami yang pada
taraf tertentu menimpa kita semua.
-
Psikopatologi padamulanya dipelajari dan
diperhebat oleh timbunan keyakinan-keyakinan irasional yang berasal dari
orang-orang berpengaruh selama masa kanak-kanak.
-
Emosi-emosi adlah produk pemikiran
manusia, jika berpikir buruk tentang suatu,maka kitapun akan merasakan suatu
hal yang buru. Ellis mengatakan bahwa gangguan emosi pada manusia pada dasarnya
terdiri atas kalimat-kalimat atau arti-arti keliru,tidak logis dan tidak bisa
disahihkan,yang diyakini secara degmatis dan tanpa kerik terhadapnya,orang yang
terganggu beremosi atau bertindak sampai sampai ia sendiri kalah.[4]
5.
Teori
A-B-C tentang kepribadian
Teori
abc tentang kepribadian sangatlah penting bagi teori dan praktek terapi
rasional emotif
Yang
dimaksud teori abc adalah
a. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar
individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau
sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi
masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
b. Belief (B)
yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap
suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang
rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional
(irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir
atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi
prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan ayau system
berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak
produktif.
c. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi
individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya
dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung
dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan
(B) baik yang rB maupun yang iB.
Contoh:
jika seorang mengalami depresi sesudah perceraian, bukan perceraian itu sendiri
yang menjadi penyebab timbulnya reaksi depresif,melainkan keyainan orang
itu tentang perceraian sebagai
kegagalan,penolakan atau kehilangan teman hidup.
6.
Tujuan-Tujuan
Dari Terapiotik
Ellis
menunjukan bahwa banyak jalan yang digunakan dalam terapi rasional emotif yang
diarahkan pada tujuan yang sama, yakni meminimalkan pandangan yang mengalahkan
diri klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup realistic.
Menurut ellis tujuan utama psikoterapis yang lebih baik ialah menunjukan kepada
klien bahwa verbalisasi-verbalisasi dari mereka telah dan masih merupakan
sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang di almai oleh mereka.
7.
Fungsi
Dan Peran Terapis
Untuk
membantu klien membebaskan diri dari gagasan-gagasan yang tidak logis dan untuk
belajar gagasan-gagasan yang logis sebagai pengggantinya.
Ellis
memberikan suatu gambaran tentang apa yang dilakukan oleh pempraktek terapi
rasional emotif:
1. Mengajak
klien untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah
memotivasi banyak gangguan tingkah laku
2. Menentang
klien untuk menguji gagasan-gagasannya
3. Menunjukan
kepada klien ketidak logisan pemikirannya
4. Menggunakan
suatu analisis logika untuk meminimalkan keyakinan-keyakinan irrasional klien
5. Menunjukan
bahwa kayakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya dan bagaimana
keyakinan-keyakinan akan mengakibatkan gangguan-ganguan emosional dan tingkah
laku masa depan.
6. Menggunakan
absurditas dan humor untuk menghadapi irasional pemikiran klien.
7. Menerangkan
bagaimana gagasa-gagasan yang irasional bisa diganti dengan gagasan-gagasan
yang rasional yang memiliki landasan emperis.
8. Mengajari
klien bagaimana menerapkan pendekan ilmiah pada cara berpikir sehingga klien
bisa mengamati dan meminimalkan gagasan-gagasan irasional dan kesimpulan-kesimpulan
yang tidak logis sekarang maupun pada masa depan yang akan mendatangkan prilaku
yang merusak diri.
BAB.III
PENUTUP
1. kesimpulan
TRE
adalah suatu bentuk terapi behavioral yang berorientasi pada kognitif. TRE
telah berkembang menjadi pendekatan yang komprehensif dan elektik yang memberi
tekanan pada berpikir, memberi penilaian, memutuskan, dan berbuat. Pendekatan
ini tetap mempertahankan kualitas yang sangat dedaktif dari Ellis, dan pada
dimensi kognitif serta perasaan TRE menaruh tingkat kepedualian yang sama.
Dimulai dari tingkat emosi dan perilaku klien yang terganggu dengan pendekatan
ini mengungkapkan dan mempertanyakan pikiran yang menciptakan semuanya itu
secara langsung.
Meskipun
TRE berasumsi bahwa kita ada behavioral yang berorientasi untuk berpikir lurus,
kecenderungan untuk berpikir tidak lurus, dan faktor lingkungan membuat sulit
mereka untuk menghindar dari kepercayaan ketrhadap keyakinan irasional yang
menjadi akar dari masalh dalam berpikir, merasakan, dan berperilaku. Agar dapat
memblokir pikiran yang sifatnya mengalahkan diri sendiri, tereapi.
TRE menggunakan teknik aktif dan direktif
seperti mengajar, menyarankan, menghimbau, dan memberi pekerjaan rumah, dan
klien ditantang untuk menggantikan sistem keyakinan yang irasional dengan yang
rasional. Mereka kerjakan ini semua dengan jalanterus menerus, mendorong klien
untuk menjadikan ide dan pengamatan mereka sahih dan dengan menunjukkan kepada
mereka bagaimana cara melakukan tipe keyakinan irasional itu akan menimbulkan
akibat terjadinya perilaku serta emosi yang negatif. Kepada klien diajarkan
cara untuk berfikir secara ilmiah dan cara menghapuskan ide serta perilaku
mengalahkan diri-sendiri yang mungkin akan terjadi dimasa datang. merupakan hal
yang krusial bagi terapis untuk mendemonstrasikan penerimaan sepenuhnya serta
toleransinya. Mereka lakukan semua itu dengan jalan menolak untuk menilai
sesorang dan dalam waktu yang bersamaan berkonfrontasi dengan perilakunya yang
merusak dirinya sendiri. Yang juga amat penting adalah terapis harus memiliki
keterampilan dan kemauan unutk menantang, berkonfrontasi, meneliti secara
cermat, dan meyakinkan klien untuk mau melakukan aktifitas (baik pada saat
maupun setelah terapis) yang akan membawa pada perubahan yang konstruktif dalam
pemikiran serta perilaku. TRE memberikan tekanan pada perbuatan melakukan
sesuatu tentang pemahaman yang diperoleh pada saat terapi. Perubahan bisa
terjadi terutama dari komitmen dalam mempraktekkan secara konsisten perilaku
baru dan menggantikan perilaku yang lama yang tidak efektif.
Terapis
rasional emotif biasanya elektik dalam penyaringan setrategi terapeutiknya.
Yang digaris bawahi adalah teknik kognitif dan behavioral yang digerakkan untuk
mencabut sampai keakar-akarnya kenyakinan irasional yang membawa keperasaan
serta perilaku yang mengalahkan diri sendiri dan untuk mengajarkan klien cara
menggantikan proses negatif ini dengan sarana falsafah hidup yang rasional.
Terapis memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan gaya pribadinya
sendiri dan melakukan kreativitas mereka tiadak terbelengggu dengan teknik yang
sudah di tetapkan sebelumnya untuk membawa dirinya kekerja terapiotik melalui
cara yang inventif.
2. Kritik
Dan Saran
Pandangan
yang penting dari teori rasional-emotif adalah konsep hahwa banyak perilaku emosional
indiuidu yang berpangkal pada “self-talk:” atau “omong diri” atau internatisasi
kalimat-kalimat yaitu orang yang menyatakan kepada dirinya sendiri tentang
pikiran dan emosi yang bersifat negatif. Adanya orang-orang yang seperti itu,
menurut Eilis adalah karena: (1) terlalu bodoh untuk berpikir secara jelas, (2)
orangnya cerdas tetapi tidak tahu bagaimana berpikir secara cerdas tetapi tidak
tahu bagaimana berpikir secara jelas dalam hubungannya dengan keadaan emosi,
(3) orangnya cerdas dan cukup berpengetahuan tetapi terlalu neurotik untuk
menggunakan kecerdasan dan pengetahuan seeara memadai.
Penulis
memberi saran agar proses dalam pendekatan Terapi Rasional Emotif Behavior
perlu ditingkatkan terutama dalam menerapkan metode dan teknik-teknik dalam
terapi agar dapat
memperoleh
hasil yang lebih baik dan sempurna.
DAFTAR
PUSTAKA
Gunarsa,
Singgih.Konseling Dan Psikoterapi.P.T
BPK GunungMulia.Jakarta:1992.
Corey,Gerald.2005.Terapi
Dan Praktek Konseling Dan
Psikoterapi.Bandung:P.T. Fafika Aditama.
http://radentaufiq.wordpress.com/2010/04/05/rasional-emotif/
[1] Prof.Dr. Singgih . Gunarsa.Konseling Dan Psikoterapi.Jakarta:Halaman
232
[2] Prof.Dr. Singgih D. Gunarsa.Konseling Dan Psikoterapi.Jakarta:Halaman
233
[3]
Gerald corey.teori dan prakterk konseleng psikoterapi. Bandung :halman: 238.
[4]
Gerald corey.teori dan prakterk konseleng psikoterapi. Bandung :halman: 240