ISLAM
DI ANDALUSIA
DI
SUSUN OLEH:
AKBAR
ROBI SALAM (10350006)
DODEN
PEMBIMBING:
AMIR
JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM FAKULTAS
USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN
FATAH
PALEMBANG
2011
Selama delapan abad, Islam berjaya di bumi Eropa (Andalusia), maka pada
saatnya Islam yang pernah membangun peradaban yang cukup gemilang itu harus
runtuh dan tersungkur di tanah Eropa. Peradaban Islam yang telah di bangun
dengan suasah payah dan kerja keras kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan dan
dilepas begitu saja karena kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan kaum
Muslimin sendiri, dan karena kegigihan bangsa barat / Eropa untuk merebut dan
meruntuhkan peradabanIslam.
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN ISLAM DI ANDALUSIA.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya
Kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar.
Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang
dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu :
1. Periode Pertama.
Periode pertama, berlangsung sekitar tahun 711 – 755 M. Periode ini,
menghantarkan Andalusia menjadi sebuah
provinsi yang tunduk kepada pemerintahan pusat di Damaskus. Pada tahap ini,
stabilitas sosial politik dan ekonomi Andalusia
belum sempurna, namun relatif aman dan tetap berkembang. Gangguan dan ancaman
terhadap proses pembangunan negeri, masih datang silih berganti, baik datang
dari luar maupun dari dalam. Pada tahap ini pula, peradaban dan kebudayaan Islam
belum mencapai puncaknya, kecuali setelah datangnya Abdurrahman Al-Dakhil pada
tahun 138 H / 755 M.
2. Periode
Kedua.
Periode kedua, berlangsung sekitar tahun 755 – 912 M. Andalusia pada
periode ini dipimpin oleh seorang wali (gubernur) yang menyatakan diri tidak
tunduk kepada pemerintahan pusat yang berada di Baghdad. Orang pertama yang memimpin Andalusia yang berdaulat dan berdiri sendiri adalah
Abdurrahman Al-Dakhil.
Pada masa ini, umat Islam mulai mengalami kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Maka peradaban Islam pun mulai tumbuh dan berkembang. Abdurrahman Al-Dakhil segera membangun Mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di berbagai kota besar di Spanyol. Hikam I berjasa dalam membangun dan menegakkan hukum dan perundang-undangan, Hakam I dikenal sebagai reformis dan pembaharu, dan Abdurrahman Al-Aushat dikenal sebagai ilmuan dan filosof. Ilmu pengetahuan dan seni budaya pada masa ini, sudah mulai semarak berkembang dan menuju kepada kemajuan.
Pada masa ini, umat Islam mulai mengalami kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Maka peradaban Islam pun mulai tumbuh dan berkembang. Abdurrahman Al-Dakhil segera membangun Mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di berbagai kota besar di Spanyol. Hikam I berjasa dalam membangun dan menegakkan hukum dan perundang-undangan, Hakam I dikenal sebagai reformis dan pembaharu, dan Abdurrahman Al-Aushat dikenal sebagai ilmuan dan filosof. Ilmu pengetahuan dan seni budaya pada masa ini, sudah mulai semarak berkembang dan menuju kepada kemajuan.
3. Periode Ketiga.
Pada periode ini, umat Islam mengalami kemajuan yang luar biasa, baik di
bidang ilmu pengetahuan maupun sosial budaya. Peride ini berlangsung sekitar
tahun 912 – 1013 M. yang diawali dengan kepemimpinan Abdurrahman III dan
diakhiri dengan munculnya kerajaan-kerajaan kecil, yang disebut Muluku
Al-Thawaif
. Peradaban
Islam di Eropa semakin tampak bersinar, sebab periode ini, banyak mengandung
kemajuan yang cukup berarti. Abdurrahman III segera mendirikan pusat
berkembangnya ilmu pengetahuan, yakni Universitas Cordova. Perpustakaan yang
terdapat di Universitas itu, memiliki ribuan buku yang memuat berbagai ilmu
pengetahuan. Apalagi setelah Hakam II memimpin Andalusia,
umat Islam semakin merasakan betapa pesatnya ilmu pengetahuan berkembang, yang
pada saatnya menghantarkan dan membentuk suatu peradaban Islam yang sempurna
dan berkualitas tinggi.
4. Periode
Keempat.
Peride keempat, berlangsung sekitar tahun 1013 – 1086 M. pada tahap ini Andalusia sebagai suatu kerajaan yang berdaulat yang utuh
mengalami disintegrasi. Kota-kota besar di wilayah Andalusia,
merasa kuat dan mampu mendirikan kerajaan sendiri. Periode ini merupakan awal
kehancuran umat Islam di Andalusia, sebab mereka saling bertengkar dan
berperang sesama Muslim untuk merebutkan wilayah kekuasaan.
Pertikaian intern itu, tentu saja terbaca oleh kaum Nasrani sebagai kelemahan bagi umat Islam. Mereka berusaha menyusun kekuatan untuk segera dapat menghancurkan umat Islam. Namun demikian, perkembangan ilmu pengetahuan dan kreativitas intelektual pada masa ini masih tetap berjalan, meskipun tidak sehebat masa-masa sebelumnya.
Pertikaian intern itu, tentu saja terbaca oleh kaum Nasrani sebagai kelemahan bagi umat Islam. Mereka berusaha menyusun kekuatan untuk segera dapat menghancurkan umat Islam. Namun demikian, perkembangan ilmu pengetahuan dan kreativitas intelektual pada masa ini masih tetap berjalan, meskipun tidak sehebat masa-masa sebelumnya.
5. Periode Kelima.
Periode kelima, berlangsung sekitar tahun 1086 – 1248 M. yang dipimpin
oleh dua dinasti yang menonjol ketika itu, yaitu dinasti Murabithun (1086 –
1143 M) dan dinasti Muwahidun (1146 – 1253 M). Kedua dinasti ini sebenarnya
berasal dari Afrika Utara, yang datang ke Andalusia
atas undangan raja-raja Islam untuk membantu melawan serangan kaum Katolik
Barat. Untuk beberapa dekade, serangan dan pertahanan kedua dinast itu cukup
kuat, sehingga Islam masih tetap berkibar untuk sementara di tanah Spanyol.
Namun akhirnya, kaum Katolik dengan pasukannya yang besar dan kuat dapat
menghancurkan mereka, yang memaksa kedua pemimpin dinasti itu pindah kembali ke
Afrika.
Kaum Katolik
sejak tahun 1212 mengalami kemenangan yang luar biasa, sehingga kota-kota besar
Islam satu-persatu jatuh ke tangan mereka. Kota Cordova jatuh ke tangan
penguasa Katolik pada tahun 1238 M. sepuluh tahun kemudian menyusul kota Seville jatuh pada
tahun 1248 M. Bahkan seluruh wilayah Andalusia jatuh ke tangan Katolik, kecuali
Granada yang
masih dikuasai Bani Ahmar.
6. Periode Keenam.
Periode keenam, berlangsung sekitar tahun 1248 – 1492 M.yang sebenarnya
merupakan akhir
dari kekuasaan Islam di tanah Spanyol. Namun demikian di bawah kekuasaan Bani
Ahmar (1252 – 1492 M) peradaban Islam mulai mengalami
kemajuan yang
cukup berarti. Namun kejayaan Islam itu tidak bertahan lama akibat konflik
intern yang terjadi di kalangan istana.
Pangeran Abu
Abdullah Muhammad tidak setuju atas keputusan ayahnya yang mengangkat adiknya
sebagai putera mahkota. Dia melakukan perlawanan dengan meminta bantuan pasukan
Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkan kekuasaan sang ayah, akhirnya ayahnya
terbunuh dan adiknya naik tahta menjadi raja. Perlawanan terus dilakukan, dan
adiknya pun terbunuh juga. Akhirnya ia pun naik tahta, namun segera dirongrong
oleh penguasa Kristen yang pernah membantunya. Tak lama menduduki kerajaan,
akhirnya Abu Abdullah Muhammad digulingkan oleh kedua penguasa Kristen,
Ferdinand dan Isabella, pada tahun 1492 M. Maka sejak itulah, seakan lenyap
dari bumi Andalusia.
B. KEMAJUAN PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA.
1. Bidang Ilmu
Pengetahuan dan Filsafat.
Ketika Islam berjaya di Andalusia, ilmu pengetahuan dan filsafat
mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Ketika
Islam lahir, sebagai agama pemersatu dan agama peradaban, bangsa Yunani sedang
tenggelam dalam kekuasaan pemerintah yang kejam, sedang dunia Islam mulai
menyingsingkan fajar kebebasan, terutama bagi berkembangnya ilmu pengetahuan.
Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan oleh penguasa
Muslim ketika itu, sehingga para ilmuwan dan filsof kenamaan banyak lahir di
dunia Islam, seperti Ibnu Hazm dengan karyanya al-Milal wa al-Nihal, Abu bakr
Muhamad Ibnu Al-Asyik (wafat 1138) yang dikenal Ibnu Bajah, Abu Bakar Ibnu
Thufael (wafat 1185) yang dikenal dengan bukunya yang berjudul “Hay bin
Yaqdzan”, Ibnu Rusyd (1126 – 1198 M) yang dikenal dengan sebutan Averous,
karyanya antara lain Tuhafut al-Tuhafut.
2. Bidang Geografi dan Sains.
Ilmuwan di bidang geografi lahirlah nama Ibnu Jubair, seorang pengarang
buku berjudul “Perlawatan ke negeri-negeri Islam”, Abu Hamid Al-Hazim dan Abu
Ubaid Al-Bakry.
Di bidang sains muncullah nama-nama yang ahli di bidang kedokteran,
musik, matematika, astronomi, kimia, dan lain-lainnya misalnya Wafid Al-Bakhmi,
Khalaf Al-Zahrawi, sebagai ahli di bidang kedokteran dan ilmu fa’al. Abu Qasim
al-Zanrawi seorang dokter bedah yang mengarang buku Al-Tasrif setebal 30 jilid,
Ibnu Khatimah ahli penyakit Malaria, Abbas Ibnu Farnas ahli Kimia dan
Astronomi, ia adalah seorang ilmuwan pertama yang menemukan cara membuat kaca
dari batu.
3. Bidang Sejarah dan Sosiologi.
3. Bidang Sejarah dan Sosiologi.
Ilmu sejarah dan
sosiologi juga berkembang pesat di Andalusia semasa pemerintahan Islam. Ahli
sejarah dan sosiologi yang menjadi peletak dasar teori-teori sejarah dan
sosiologi banyak bermunculan pada masa ini. Mereka antara lain; Ibnu Hazm
dengan karyanya Jamharah al-Ahsab dan Rasail fi Fadl Ahlal Andalus, Ibnu
Batutah (1304 – 1374) seorang sejarawan yangpernah berkunjung ke Indonesia dan
Asia Tenggara, Ibnu Jubair dari Valencia (1145 – 1228 M) seorang ahli sejarah
dan geografi yang menulis sejarah negeri-negeri muslim Mediterania dan Cicilia,
Ibnu Khaldun dari Tunis, seorang ahli filsafat sejarah yang terkenal dengan
bukunya Mukaddimah.
4. Bidang Agama
dan Hukum Islam.
Bidang ilmu-ilmu Islam juga turut berkembang pesat di Andalusia, yang
pada akhirnya melahirkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang ini, antara
lain Ibnu Rusyd yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah
al-Mukhtashid, dan Ibnu Hazm yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul
al-Ahkam, dan sebagainya.
5. Bidang Musik dan Kesenian.
Tokoh yang terkenal pada masa ini di bidang musik dan seni suara adalah
Al-hasan bin Nafi’ yang dijuluki Zaryab, ia adalah seorang seniman yang
terkenal di zamannya.
6. Bidang Bahasa dan Sastra.
Di bidang bahasa dan sastra, bahas Arab merupakan bahasa administrasi
bagi pemerintahan Islam Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam
dan muslim di negeri itu termasuk penduduk asli. Di antara tokoh yang terkenal
pada masa itu adalah Ibn Malik pengarang kitab “Alfiyah”, Ibn Khuru, Ibn
Al-Haj, dan sebagainya, sedangkan tokoh sastranya antara lain Ibn Abdi Rabah
dengan bukunya Al-Iqd al-Farid, Ibn Basam dengan bukunya Al-Dzakirah fi
Miahasin al-Jazirah, dan Al-Fath Ibn al-Haqan dengan karangannya Al-Qalaid.
7. Bidang
Pembangunan Fisik.
Pemerintahan Islam di Andalusia juga mengembangkan dan membangun beberapa
lembaga berikut sarana dan prasarananya, misalnya membangun tropong bintang di
Cordova, membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian banjir dan
penyimpanan air hujan, membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan
roda air (water wheel), memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan
pabrik-pabrik tekstil, kulit, logam, dan lainnya.
C. RUNTUHNYA KERAJAAN ANDALUSIA.
1. Lemahnya Kekuasaan Bani Umayyah II dan Bangkitnya Kerajaan-Kerajaan Kecil di Andalusia.
Menurut data sejarah, pada saat itu kerajaan Islam di Spanyol
terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil. Sepeninggal dinasti Umayyah, kerajaan di
Spanyol menjadi 20 wilayah kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan itu antara lain
bani Ibad di Seville, bani Hamud di Malaga, bani Zirry di Granada,
bani Hud di Saragosa, dan yang terkenal adalah bani Dzin Nun yang menguasai kota Toledo,
Valensia, dan Marusa.
Raja-raja kecil ini sering berebut kekuasaan, yang satu menghantam yang lain, sehingga kekuatan mereka menjadi lemah, sedangkan pada saat yang sama, raja-raja Eropa bersatu. Raja Al-Fonso VI dan Leon mengadakan kerjasama dengan Australia, Castilia dan raja-raja lainnya. Mereka bersatu menghimpun kekuatan untuk menghancurkan kekuatan Islam di Spanyol. Kekuatan baru inilah yang dapat menaklukkan kota Granada pada tahun 898 H / 1492 M.
Raja-raja kecil ini sering berebut kekuasaan, yang satu menghantam yang lain, sehingga kekuatan mereka menjadi lemah, sedangkan pada saat yang sama, raja-raja Eropa bersatu. Raja Al-Fonso VI dan Leon mengadakan kerjasama dengan Australia, Castilia dan raja-raja lainnya. Mereka bersatu menghimpun kekuatan untuk menghancurkan kekuatan Islam di Spanyol. Kekuatan baru inilah yang dapat menaklukkan kota Granada pada tahun 898 H / 1492 M.
Dengan jatuhnya
kota Granada, berakhirlah kekuasaan Islam Arab pada masa itu di Andalusia,
setelah mereka menguasai negeri itu selama delapan abad.
2. Timbulnya Semangat Orang-Orang Eropa Untuk Menguasai Kembali Andalusia.
Kekuatan Islam berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan selama itu pula orang-orang Eropa mulai menyusun kekuatannya untuk menghancurkan Islam. Pada saat kekuasaan Islam mulai melemah, mereka segera menyusun kekuatan baru yang luar biasa. Serangan demi seranganpun dilancarkan terhadap kekuasaan Islam, tetapi pada mulanya masih dapat digagalkan.
Pada masa
pemerintahan Bani Ahmar (1232- 1492), khususnya pada masa pemerintahan
Abdurrahman Al-Nasir, kekuatan umat Islam dapat dipulihkan kembali. Akan tetapi
menjelang akhir hayatnya, ia mewariskan kekuasaan itu kepada adik kandungnya.
Akibatnya Abu Abdullah Muhammad sebagai anaknya merasa kecewa, dan menuntut
balas terhadap ayahnya. Dia mengadakan pemberontakan yang menewaskan sang ayah,
tetapi kursi kerajaan tetap pada pamannya. Abu Abdullah kembali menyusun
rencana pemberontakan dengan meminta bantuan penguasa Kristen Ferdinand dan
Isabella. Permintaan itu dikabulkan dan pamannya tewas terbunuh. Setelah itu,
segudang hadiah yang terdiri dari emas berlian, diserahkan kepada Ferdinand dan
Isabella.
Tetapi
para penguasa Kristen itu, tidak merasa puas dengan hadiah. Bahkan mereka ingin
merebut kekuasaan Abu Abdullah dan mengenyahkan kekuasaan Islam dari tanah
Spanyol. Rencana penyerangan pun disusun, dan pada saat pasukan Abu Abdullah
dikepung selama beberapa hari, akhirnya Abu Abdullah menyerah tanpa syarat dan
bersedia hengkang dari bumi Spanyol pada tahun 1492 M. Dengan demikian,
tamatlah sudah riwayat perjuangan umat Islam di Andalusia. Pada saat yang
bersamaan, penguasa Eropa Kristen dengan leluasa menancapkan kakinya di bumi Andalusia setelah selama delapan abad berada di tangan
kaum Muslimin.
D. HANCURNYA PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA.
D. HANCURNYA PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA.
1. Hancurnya Kekuasaan Islam dan Rendahnya Semangat Para Ahli Dalam Menggali Budaya Islam.
Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia pada tahun (1492 M) berdampak negatif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Para Ilmuwan dilanda kelesuan, mereka tidak semangat lagi menggali dan mengkaji ilmu pengetahuan. Mereka seakan berputus asa ketika melihat serangan yang bertubi-tubi dilancarkan kepada umat Islam, terutama lagi tindakan penguasa Kristen itu terhadap peradaban Islam. Mereka menyaksikan banyak pusat-pusat peradaban di hancurkan, bahkan para ilmuwan sendiri, tidak sedikit yang tewas di bunuh tentara Kristen di Spanyol. Peristiwa yang tragis dan sangat mengenaskan itu, amat membekas di lubuk hati para ilmuwan, sehingga mereka banyak yang lari menyelamatkan diri ke Afrika Utara.
Peristiwa pahit yang terjadi pada tahun 1492 M itu, membawa dampak psikologis bagi para ilmuwan muslim. Mereka tidak lagi mempunyai gairah untuk bangkit kembali dan memajukan peradaban Islam, melalui ide-ide cemerlang dan usaha kreatif mereka selama ini yang telah memberikan andil besar bagi kemajuan peradaban Islam. Dampak yang lebih jauh dari sikap para ilmuwan muslim yang demikian itu, adalah terjadinya kemandegan peradaban. Peradaban Islam mengalami masa-masa suram dan penurunan kualitas intelektual umat Islam. Akhirnya harapan dan keinginan umat Islam yang mendambakan agar bangkit kembali membangun peradaban Islam, yang pernah jaya di masa lalu tak pernah terwujud.
2. Banyaknya Orang-Orang Eropa Yang Menguasai Ilmu Pengetahuan Dari Islam.
Begitu besarnya perhatian para penguasa muslim dan para ilmuwannya terhadap ilmu pengetahuan maka mereka saling bekerja sama untuk memajukan bangsa dan negara. Banyak penelitian dan pengkajian dilakukan, lembaga-lembaga riset dibangun, Sekolah Tinggi dan Universitas didirikan. Di lembaga ini tidak hanya orang Islam yang diberi kesempatan mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi semua orang termasuk orang Kristen. Akibatnya banyak orang-orang Kristen Barat yang tertarik dan belaaajar di Universitas-Universitas Islam itu.
Karena tertarik oleh metode ilmiah Islam, banyak para pendeta Kristen yang menyatakan diri untuk belajar di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Contohnya seorang pendeta Roma, Italia bernama Roger Bacon ( 1214 – 1292 M.), ia datang ke Paris untuk belajar bahasa Arab antara tahun 1240 sampai 1268 M. Setelah mahir menguasai bahasa Arab, ia segera membaca dan menterjemahkan berbagai ilmu pengetahuan yang ditulis ilmuwan muslim dalam bahasa Arab. Ilmu yang menarik hatinya adalah ilmu pasti. Buku-buku yang asli berbahasa Arab dan hasil terjemahannya banyak di bawa ke Inggris. Lalu disimpan di Universitas Oxford. Hasil terjemahan Bacon itu, diterbitkan dan menggunakan namanya sendiri. Ia tidak menyebutkan nama-nama asli pengarang buku-buku itu, yang tak lain adalah ilmuwan-ilmuwan muslim. Di antara karangan yang diterjemahkannya dan tidak menyebutkan nama asli pengarangnya itu, adalah kitab Al Manadzir karya Ali Al-Hasan Ibnu Haitsam ( 965 – 1038 M ). Di dalam buku itu terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu, kemudian buku itu disebut sebagai karya Roger Bacon.
PENUTUP
K E S I M P U L A N
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks.
Tapi pada abad ke – 10 M dunia Islam mulai menampakkan tanda-tanda kemunduran, begitu juga peradabannya. Kemunduran itu terjadi setapak demi setapak, sehingga pada pertengahan abad ke – 12 M, tibalah saatnya masa keruntuhan Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
- Aslad, H. Mahrus dan Drs. A. Wahid Sy. Bandung. Armico. 2001.
-Yatim, Badri, 2002 Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II.
Jakarta. P.T Raja Grafindo Persada.
Cetakan ke 3 September 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar