BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Realitas
globalisasi dan modernisasi dilengkapi dengan perkembangan teknologi yang
begitu pesatnya, diakui atau tidak telah memberi dampak negatif yang jauh lebih
besar jika dibandingkan dengan dampak positif yang ditimbulkan terhadap
perkembangan para generasi bangsa ini. Tujuan pendidikan Nasional sebagaimana
telah diamanatkan oleh Undang Undang Dasar 1945 adalah sebagai upaya
mencerdaskan generasi-generasi bangsa yang nantinya akan menjadi penerus
perjuangan generasi terdahulu dalam mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia menuju
bangsa yang berbudi luhur dan berkesejahteraan sosial.
Namun
demikian, untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UUD
1945 diatas, bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk diraih. Dampak
negatif dari globalisasi, modernisasi dan perkembangan teknologi yang begitu
pesatnya terhadap perkembangan generasi-generasi bangsa ini tentunya bukan
merupakan rahasia lagi. Hampir setiap hari masyarakat di seluruh pelosok
Indonesia disuguhi dengan informasi-informasi mengenai pelajar yang membolos
sekolah dan keluyuran di jalanan atau berada di tempat penyewaan PS (Play Station), pelajar yang terlibat
perkelahian, pelajar yang terlibat perilaku seks bebas, pelajar yang terlibat
penyalahgunaan narkoba dan masih banyak lagi.
Realitas
perilaku para pelajar sebagaimana telah digambarkan di atas, jelas sangat
menuntut keterampilan para tenaga pendidik dalam memahami perkembangan psikologis,
kognitif, afektif, dan psikomotorik para pelajar jika menginginkan para pelajar
tersebut tidak gagal di bangku sekolah dan tidak kehilangan masa depan mereka.
Di sinilah pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi para tenaga pendidik.
Guru dalam
menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut
memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang
yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala
aspeknya sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada
gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan
di sekolah.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
ruang lingkup psikologi dalam pendidikan?
2. Bagaimana
peran psikologi pendidikan dalam proses pembelajaran?
3. Bagaimana
manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi pendidik?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan
ruang lingkup psikologi dalam pendidikan
2. Mengetahui
peran psikologi pendidikan dalam proses pembelajaran
3. Memahami
manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi pendidik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku
manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi studi sistematis tentang
proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang
tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui
tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus dari
psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.
Arthur S. Reber mengatakan
bahwa psikologi pendidikan
adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan
masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal penerapan prinsip-prinsip
belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaharuan kurikulum, ujian dan evaluasi
bakat dan kemampuan, sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses
tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif, dan penyenggaraan pendidikan
keguruan. Glover dan Ronning
(dalam Online) psikologi pendidikan sebagai penerapan ilmu dan metode-metode
psikologi untuk studi perkembangan, belajar, motivasi belajar, pengajaran
assesmen dan aspek-aspek psikologi lainnya yang berkaitan dengan isu-isu yang
berpengaruh dan berinteraksi dengan proses belajar dan pembelajaran.
Duffy dan Roehler (1989) mengemukakan
bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan
dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai
tujuan kurikulum. Menurut Winkel (1991, dalam Online) pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang
untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadia-kejadian
ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dan dialami siswa.
Dariyanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia, (1997), pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau
mengajarkan perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan
(tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya). Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam
menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi
interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses
yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.
Pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, tidak akan mungkin
dapat dilepaskan dari psikologi. Karena dalam pendidikan berhubungan erat
dengan manusia. Jika kita membicarakan tentang manusia, maka akan banyak ilmu
pengetahuan yang muncul berkaitan dengan eksistensi manusia.
B.
Ruang
Lingkup Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan sebagai sebuah disiplin ilmu psikologi yang khusus
mempelajari, meneliti dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat
dalam proses pendidikan , meliputi tingkah laku belajar (oleh peserta didik),
tingkah laku mengajar (oleh pendidik) dan tingkah laku belajar-mengajar (oleh
pendidik dan peserta didik yang saling berinteraksi). Inti permasalahan
psikologis dalam psikologi pendidikan tanpa mengabaikan persoalan psikologi
pendidik, terletak pada peserta didik.
Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi
peserta didik. Karena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan,
selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai suatu ilmu, juga berbagai aspek
psikologis para peserta didik khususnya ketika mereka terlibat dalam proses
belajar maupun proses belajar mengajar. Secara garis besar, banyak ahli yang
membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam, yaitu:
1.
Pokok bahasan mengenai “belajar” yang meliputi teori-teori,
prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar siswa dan sebagainya.
2.
Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan
perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3.
Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni
suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun non fisik yang
berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
Samuel Smith (Pintner
dkk dalam Suryabrata, 2004 / hal.2)
menggolong-golongkan
persoalan yang dikupas oleh ahli-ahli yang diselidikinya menjadi 16 macam,
yaitu:
1.
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of educational psychology)
2.
Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity)
3.
Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure)
4.
Perkembangan siswa (growth)
5.
Proses-proses tingkah laku (behavior process)
6.
Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning)
7.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (factors that condition learning)
8.
Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning)
9.
Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan
batasan-batasan pengukuran/evaluasi (measuremen:
basic principles and definition)
10.
Transfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning: subject matters)
11.
Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of measurement)
12.
Ilmu statistik dasar (element of statistics)
13.
Kesehatan rohani (mental
hygiene)
14.
Pendidikan membentuk watak (character education)
15.
Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah
menengah (psychology of secondary school
subject)
16.
Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah
dasar (psychology of elementary school
subjects)
Menurut
Elliot, dkk (1999, dalam Online):
·
Introduction
to edicational psychology:
1.
Educational
psychology : teaching and learning
2.
Research
and educational psychology
3.
Deversity
in the classroom : Culture, Class, and Gender
·
The
Development of student
1.
Cognitive
and language development
2.
Psychosicial
and moral development
3.
Excepcional
students
·
Learning
teori and practice
1.
Behavioral
psychology and learning
2.
Cognitive
psychology and learning
3.
Thingking
skill and problem solving strategies
4.
Motivation
in the classroom
·
Desaign
and management of classroom instruction
1.
Planning
for essential learning outcomes
2.
Effective
teaching strategies and the desaign of instruction
3.
Classroom
management : Organitation and control
4.
Teaching
and technology
·
Assesment
learning and evaluating education
1.
Teacher
construction test and perfomance assesment method
2.
Standardized
test and rating scale in the classroom.
C.
Kontribusi
dan Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan
Kontribusi
psikologi pendidikan bagi pendidik yaitu menjadikan
pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan individu karena setiap individu (siswa) itu berbeda, maka
pendidik tidak bisa menyamaratakan intelegensi maupun kecakapan mereka. Mungkin
saja satu anak tidak pandai dalam pelajaran Matematika tetapi pandai dalam
menggambar, atau anak yang lain tidak pandai dalam menggambar tetapi pandai
menyanyi. Pendidik mengetahui metode mengajar yang efektif
karena setelah mengerti
dengan perbedaan masing-masing individu, pendidik haruslah mampu menggunakan
metode belajar yang mana untuk mengajar siswanya.
Pendidik memahami permasalahan anak didik karena selain mengajarkan ilmu kepada peserta didik, sedikit
bayaknya harus tau masalah yang dihadapi peserta didik. Bisa saja siswa yang
sering tertidur di kelas bukan karena malas, tapi harus membantu orang tuanya berjualan hingga larut
malam, sehingga saat waktu jam belajar ia mengantuk.
Manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi pendidik maupupun calon
pendidik dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
a. Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran
Psikologi pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada pendidik dan calon
pendidik untuk meningkatkan efisiensi proses pembelajaran pada kondisi yang
berbeda-beda seperti di bawah ini:
1) Memahami Perbedaan Individu
(Peserta Didik);
Seorang pendidik harus berhadapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas
dengan hati-hati karena karakteristik masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh
karena itu, sangat penting untuk memahami perbedaan karakteristik siswa
tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangan guna menciptakan
proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Psikologi pendidikan dapat
membantu pendidik dan calon pendidik dalam memahami perbedaan karakteristik
siswa tersebut.
2) Penciptaan Iklim Belajar
yang Kondusif di Dalam Kelas;
Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses
pembelajaran sangat membantu pendidik untuk menyampaikan materi kepada siswa
secara efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh pendidik
sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seorang pendidik harus
mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan
yang berbeda dalam mengajar untuk hasil proses belajar mengajar yang lebih
baik. Psikologi pendidikan berperan dalam membantu pendidik agar dapat
menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga proses
pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.
3) Pemilihan Strategi dan
Metode Pembelajaran;
Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa.
Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik dalam menentukan strategi atau
metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan
karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat
perkembangan yang sedang dialami peserta didik.
4) Memberikan Bimbingan kepada
Peserta Didik;
Seorang pendidik harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak hanya
dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing bagi
peserta didik. Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan
masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan
memungkinkan pendidik untuk memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang
diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang berbeda-beda.
5) Mengevaluasi Hasil
Pembelajaran;
Pendidik harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti
mengajar dan mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil
belajar siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik dan calon pendidik
dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam
teknis evaluasi, pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan
hasil-hasil evaluasi.
b.
Untuk
Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Mengajar
1) Menetapkan Tujuan
Pembelajaran;
Tujuan pembelajaran mengacu pada perubahan perilaku yang dialami siswa
setelah dilaksanakannya proses pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu pendidik
dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan
pembelajaran.
2) Penggunaan Media
Pembelajaran;
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan diperlukan pendidik untuk
merencanakan dengan tepat media pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya
penggunaan media audio-visual, sehingga dapat memberikan gambaran nyata kepada
peserta didik.
3) Penyusunan Jadwal Pelajaran;
Jadwal pelajaran harus disusun berdasarkan kondisi psikologi peserta didik.
Misalnya mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa seperti matematika
ditempatkan di awal pelajaran, di mana kondisi siswa masih segar dan semangat
dalam menerima materi pelajaran.
Menurut
Chaplin (1972, dalam Online), untuk
membantu memcahkan masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan yang meliputi
guru, siswa, materi, metode, dalam masalah belajar-mengajar terdapat beberapa
macam-macam kegiatan yang memerlukan prinsip psikologis, yaitu (a) Seleksi
penerimaan siswa baru; (b) Perencanaan pendidikan; (c) Penyusun kurikulum; (d)
Penelitian kependidikan; (e) Administrasi kependidikan; (f) Pemilihan materi
pelajaran; (g) Interaksi belajar-mengajar; (h) Pelayanan bimbingan dan
konseling; dan (i) Evaluasi belajar.
Berdasarkan
uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan psikologi
pendidikan berperan dalam membantu pendidik untuk merencanakan, mengatur dan
mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Dalam buku Condition
of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat
dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:
1.
Menarik perhatian (gaining attention): Hal yang menimbulkan minat siswa dengan
mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
2.
Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing
learner of the objectives): Memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa
setelah selesai mengikuti pelajaran.
3.
Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari
(stimulating recall or prior learning): Merangsang ingatan tentang
pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari
materi yang baru.
4.
Menyampaikan materi pelajaran (presenting the
stimulus): Menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah
direncanakan.
5.
Memberikan bimbingan belajar (providing
learner guidance): Memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing
proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
6.
Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting
performance): Siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah
dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
7.
Memberikan balikan (proaviding feedback): Memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa.
8.
Menilai
hasil belajar (assessing performance): Memberitahukan tes/tugas untuk mengetahui
seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.
9.
Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing
retention and transfer): Merangsang kamampuan
mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah
dipelajari.
D.
Eksperimen
Para Ahli Teori belajar Psikologi
Seorang pendidik sebelum menerapkan ilmu psikologi yang dimiliki,
tentunya harus tahu dan paham betul akan teori dan eksperimen-eksperimen yang
dilakukan para ahli psikologi terdahulu agar dapat menunjang pendidik untuk
melakukan pengajaran kepada perserta didik mereka.
1.
Classical
Conditioning – Ivan Pavlov; Dari
eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya:
·
Law of Respondent Conditioning yakni
hukum pembiasaan yang dituntut. Jika
dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi
sebagai reinforcer), maka refleks dan
stimulus lainnya akan meningkat.
·
Law of Respondent Extinction yakni
hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent
conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan
menurun.
2.
Operant
Conditioning - B.F.
Skinner; Dari
eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung
merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
·
Law
of operant conditining
yaitu timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan
perilaku tersebut akan meningkat.
·
Law
of operant extinction
yaitu timbulnya perilaku operant telah
diperkuat melalui proses conditioning
itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan
menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah,
2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah
perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant
conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek
yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer
itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan
timbulnya sejumlah respons tertentu,
namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
conditioning.
3. Social Learning - Albert
Bandura; Teori
belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah
sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori
belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura
memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus
(S-R Bond), melainkan juga akibat
reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam
belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan
penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih
memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward
dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku
sosial mana yang perlu dilakukan.
4. Teori
Belajar Kognitif – Jean Piaget;
Piaget mengemukakan bahwa belajar
akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik, (1) sensory
motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan
(4) formal operational. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi
dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru
hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan
kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah:
·
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda
dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa
yang sesuai dengan cara berfikir anak.
·
Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
·
Bahan
yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
·
Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
·
Di
dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.
E.
Hal-hal
yang Diharapkan
Dengan
memahami psikologi pendidikan, seorang pendidik melalui pertimbangan-pertimbangan
psikologisnya diharapkan dapat:
a. Merumuskan tujuan
pembelajaran secara tepat;
Dengan memahami psikologi pendidikan
yang memadai diharapkan pendidik akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk
perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya,
dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku
individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
b. Memilih strategi atau metode
pembelajaran yang sesuai;
Dengan memahami psikologi pendidikan
yang memadai diharapkan pendidik dapat menentukan strategi atau metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan
karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat
perkembangan yang sedang dialami siswanya.
c. Memberikan bimbingan atau
bahkan memberikan konseling;
Tugas dan peran pendidik, di samping
melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya.
Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan pendidik dapat
memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan
interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
d. Memfasilitasi dan memotivasi
belajar peserta didik;
Memfasilitasi artinya berusaha untuk
mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan
dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan
kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar.
Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya pendidik akan
mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun
motivator belajar siswanya.
e. Menciptakan iklim belajar
yang kondusif;
Efektivitas pembelajaran membutuhkan
adanya iklim belajar yang kondusif. Pendidik dengan pemahaman psikologi
pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim
sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar
dengan nyaman dan menyenangkan.
f.
Berinteraksi secara tepat dengan siswanya;
Pemahaman pendidik tentang psikologi
pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih
bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
g.
Menilai hasil pembelajaran yang adil;
Pemahaman pendidik tentang psikologi pendidikan dapat
mambantu pendidik dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih
adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun
menentukan hasil-hasil penilaian.
Dalam melakukan proses pembelajaran di kelas maupun membimbing peserta
didik, guru harus memperhatikan
segala aspek psikologis peserta didik tersebut, baik itu perkembangan, ingatan, memori dan pola berpikir anak.
Hal ini penting untuk
menumbuhkan kepercayaan dan mengembangkan potensi yang ada pada siswa agar mereka mampu tumbuh dan
perkembang sesuai dengan harapan orang tua,
guru dan masyarakat. Permasalahan yang ada pada anak hendaknya
melibatkan komponen orang tua, guru, masyarakat dan konsuler
dalam penyelesaiannya.
Guru harusnya memahami bahwa
kesuksesan anak itu bukan hanya mampu mendapatkan nilai yang tinggi tetapi juga
mampu mengembangan nilai spritual (kecerdasan spritual) dan kecerdasan emosi. Dua hal ini terkadang mampu membawa
kesuksesan terhadap anak dalam kehidupan di masyarakat. Dalam belajar haruslah
diperhatikan faktor yang mempebaruhi sisiwa dalam memperoleh dan mengingat pengetahuan. Oleh sebab itu, pendidik haruslah memperhatikan hal tersebut dalam melakukan pembelajaran
dikelas,
karena dengan memperhatikan hal tersebut pengetahuan yang diberikan oleh guru
akan menjadi ingatan yang setia dalam memori siswa.
Psikologi pendidikan sebagai suatu ilmu pengetahuan
merupakan suatu keharusan di lembaga-lembaga pendidikan guru/pendidik. Dan
penegasan ini pun mendasarkan atas dua dimensi pemikiran. Pertama, sifat dan jenis belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya yang kemudian dapat diidentifikasikan secara meyakinkan. Kedua, pengetahuan yang serupa itu dapat
disistematisasikan dan disampaikan secara efektif kepada para calon pendidik/guru.
Dari kedua dimensi pemikiran inilah para calon pendidik dapat mengambil manfaat
dan keuntungannya. Walaupun demikian, perlu disadari bahwa psikologi pendidikan
bukan merupakan satu-satunya syarat untuk mempersiapkan dan menjadikan
seseorang bisa menjadi pendidik yang baik. Sebab, masih cukup banyak
persyaratan lainnya, antara lain, bakat, minat, komitmen, motivasi dan latihan
serta penguasaan metodologi pengajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan
sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, sekaligus juga proses interaksi
antara peserta didik dan pendidik dalam suatu lingkungan tertentu. Senantiasa
tidak bisa dipisahkan dari psikologi. Karena memang obyek dari pendidikan itu
sendiri adalah individu manusia yang memiliki perilaku, karakteristik dan
kemampuan yang berbeda satu sama lain. Di sinilah peran penting psikologi
sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, wajib bagi suatu lembaga
yang mencetak kader-kader pendidik/guru untuk memberikan ilmu pengetahuan
psikologi kepada mereka calon pendidi tersebut.
B. Saran
Adapun untuk para pendidik/guru
sudah selayaknya menguasai ilmu psikologi ini, agar dalam proses belajar
mengajar bisa meminimalisir kegagalan dalam penyampaian materi pelajarannya.
Walaupun demikian, perlu disadari bahwa psikologi pendidikan bukan merupakan
satu-satunya syarat untuk mempersiapkan dan menjadikan seseorang bisa menjadi
pendidik/guru yang baik. Sebab, masih cukup banyak persyaratan lainnya, antara
lain, bakat, minat, komitmen, motivasi dan latihan serta penguasaan metodologi
pengajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
“Manfaat Mempelajari Psikologi”. Online. http://pend-ekonomi.blogspot.com/2012/05/manfaat-mempelajari-psikologi.html.
Diakses 22 Oktober 2012.
Anonim.
“Sumbangan Psikologi Pendidikan”. Online.
http://nomeng87.wordpress.com/sumbangan-psikologi-dalam-pendidikan/.
Diakses 22 Oktober 2012.
Hutabalian.
“Peranan Psikologi Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar”. Online. http://hutabalian72.wordpress.com/2010/02/02/peranan-psikologi-pendidikan-dalam-proses-belajar-mengajar/.
Diakses 22 Oktober 2012.
Oktavia.
“Kontribusi Psikologi Pendidikan. Online.
http://orrp11015.blogspot.com/2012/03/kontribusi-psikologi-pendidikan.html.
Diakses 22 oktober 2012.
Sahabuddin.
2007. Mengajar dan Belajar. Makassar:
Badan Penerbit UNM.
Subrata,
Sumadi. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Thalib,
Syamsul Bachri. 2010. Psikologi
pendidikan berbasis analisis empiris empiris aplikatif. Jakarta : Kencana.http://utamitamii.blogspot.com/2012/11/makalah-psikologi-pendidikan-kontribusi_26.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar