Rabu, 29 Mei 2013

makalah psikologi pendidikan


kontribusi psikologi pendidikan terhadap metode pengajaran pendidik yang efektif
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Realitas globalisasi dan modernisasi dilengkapi dengan perkembangan teknologi yang begitu pesatnya, diakui atau tidak telah memberi dampak negatif yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan dampak positif yang ditimbulkan terhadap perkembangan para generasi bangsa ini. Tujuan pendidikan Nasional sebagaimana telah diamanatkan oleh Undang Undang Dasar 1945 adalah sebagai upaya mencerdaskan generasi-generasi bangsa yang nantinya akan menjadi penerus perjuangan generasi terdahulu dalam mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia menuju bangsa yang berbudi luhur dan berkesejahteraan sosial.
Namun demikian, untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945 diatas, bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk diraih. Dampak negatif dari globalisasi, modernisasi dan perkembangan teknologi yang begitu pesatnya terhadap perkembangan generasi-generasi bangsa ini tentunya bukan merupakan rahasia lagi. Hampir setiap hari masyarakat di seluruh pelosok Indonesia disuguhi dengan informasi-informasi mengenai pelajar yang membolos sekolah dan keluyuran di jalanan atau berada di tempat penyewaan PS (Play Station), pelajar yang terlibat perkelahian, pelajar yang terlibat perilaku seks bebas, pelajar yang terlibat penyalahgunaan narkoba dan masih banyak lagi.
Realitas perilaku para pelajar sebagaimana telah digambarkan di atas, jelas sangat menuntut keterampilan para tenaga pendidik dalam memahami perkembangan psikologis, kognitif, afektif, dan psikomotorik para pelajar jika menginginkan para pelajar tersebut tidak gagal di bangku sekolah dan tidak kehilangan masa depan mereka. Di sinilah pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi para tenaga pendidik. Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana ruang lingkup psikologi dalam pendidikan?
2.      Bagaimana peran psikologi pendidikan dalam proses pembelajaran?
3.      Bagaimana manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi pendidik?
C.    Tujuan
1.      Menjelaskan ruang lingkup psikologi dalam pendidikan
2.      Mengetahui peran psikologi pendidikan dalam proses pembelajaran
3.      Memahami manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi pendidik

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari  tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi  studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus dari psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar.
Arthur S. Reber mengatakan bahwa psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaharuan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif, dan penyenggaraan pendidikan keguruan. Glover dan Ronning (dalam Online) psikologi pendidikan sebagai penerapan ilmu dan metode-metode psikologi untuk studi perkembangan, belajar, motivasi belajar, pengajaran assesmen dan aspek-aspek psikologi lainnya yang berkaitan dengan isu-isu yang berpengaruh dan berinteraksi dengan proses belajar dan pembelajaran.
Duffy dan Roehler (1989) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Menurut Winkel (1991, dalam Online) pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dan dialami siswa.
Dariyanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia, (1997), pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau dilihatnya). Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.
Pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, tidak akan mungkin dapat dilepaskan dari psikologi. Karena dalam pendidikan berhubungan erat dengan manusia. Jika kita membicarakan tentang manusia, maka akan banyak ilmu pengetahuan yang muncul berkaitan dengan eksistensi manusia.
B.     Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan sebagai sebuah disiplin ilmu psikologi yang khusus mempelajari, meneliti dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan , meliputi tingkah laku belajar (oleh peserta didik), tingkah laku mengajar (oleh pendidik) dan tingkah laku belajar-mengajar (oleh pendidik dan peserta didik yang saling berinteraksi). Inti permasalahan psikologis dalam psikologi pendidikan tanpa mengabaikan persoalan psikologi pendidik, terletak pada peserta didik.
Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi peserta didik. Karena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai suatu ilmu, juga berbagai aspek psikologis para peserta didik khususnya ketika mereka terlibat dalam proses belajar maupun proses belajar mengajar. Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam, yaitu:
1.      Pokok bahasan mengenai “belajar” yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar siswa dan sebagainya.
2.      Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
3.      Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
Samuel Smith (Pintner dkk dalam Suryabrata, 2004 / hal.2) menggolong-golongkan persoalan yang dikupas oleh ahli-ahli yang diselidikinya menjadi 16 macam, yaitu:
1.      Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the science of educational psychology)
2.      Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity)
3.      Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure)
4.      Perkembangan siswa (growth)
5.      Proses-proses tingkah laku (behavior process)
6.      Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning)
7.      Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (factors that condition learning)
8.      Hukum-hukum dan teori-teori belajar (laws and theories of learning)
9.      Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/evaluasi (measuremen: basic principles and definition)
10.  Transfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning: subject matters)
11.  Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of measurement)
12.  Ilmu statistik dasar (element of statistics)
13.  Kesehatan rohani (mental hygiene)
14.  Pendidikan membentuk watak (character education)
15.  Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah (psychology of secondary school subject)
16.  Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of elementary school subjects)
Menurut Elliot, dkk (1999, dalam Online):
·         Introduction to edicational psychology:
1.       Educational psychology : teaching and learning
2.       Research and educational psychology
3.       Deversity in the classroom : Culture, Class, and Gender
·         The Development of student
1.      Cognitive and language development
2.      Psychosicial and moral development
3.      Excepcional students
·         Learning teori and practice
1.      Behavioral psychology and learning
2.      Cognitive psychology and learning
3.      Thingking skill and problem solving strategies
4.      Motivation in the classroom
·         Desaign and management of classroom instruction
1.      Planning for essential learning outcomes
2.      Effective teaching strategies and the desaign of instruction
3.      Classroom management : Organitation and control
4.      Teaching and technology
·         Assesment learning and evaluating education
1.      Teacher construction test and perfomance assesment method
2.      Standardized test and rating scale in the classroom.
C.    Kontribusi dan Manfaat Mempelajari Psikologi Pendidikan
Kontribusi psikologi pendidikan bagi pendidik yaitu menjadikan pendidik lebih terbuka terhadap perbedaan individu karena setiap individu (siswa) itu berbeda, maka pendidik tidak bisa menyamaratakan intelegensi maupun kecakapan mereka. Mungkin saja satu anak tidak pandai dalam pelajaran Matematika tetapi pandai dalam menggambar, atau anak yang lain tidak pandai dalam menggambar tetapi pandai menyanyi. Pendidik mengetahui metode mengajar yang efektif karena setelah mengerti dengan perbedaan masing-masing individu, pendidik haruslah mampu menggunakan metode belajar yang mana untuk mengajar siswanya.
Pendidik memahami permasalahan anak didik karena selain mengajarkan ilmu kepada peserta didik, sedikit bayaknya harus tau masalah yang dihadapi peserta didik. Bisa saja siswa yang sering tertidur di kelas bukan karena  malas, tapi harus membantu orang tuanya berjualan hingga larut malam, sehingga saat waktu jam belajar ia mengantuk.
Manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi pendidik maupupun calon pendidik dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
a.      Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran
Psikologi pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada pendidik dan calon pendidik untuk meningkatkan efisiensi proses pembelajaran pada kondisi yang berbeda-beda seperti di bawah ini:
1)      Memahami Perbedaan Individu (Peserta Didik);
Seorang pendidik harus berhadapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas dengan hati-hati karena karakteristik masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan dan perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik dan calon pendidik dalam memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut.
2)      Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas;
Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat membantu pendidik untuk menyampaikan materi kepada siswa secara efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh pendidik sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seorang pendidik harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda dalam mengajar untuk hasil proses belajar mengajar yang lebih baik. Psikologi pendidikan berperan dalam membantu pendidik agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.
3)      Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran;
Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik.
4)      Memberikan Bimbingan kepada Peserta Didik;
Seorang pendidik harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak hanya dalam pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing bagi peserta didik. Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan pendidik untuk memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang berbeda-beda.
5)      Mengevaluasi Hasil Pembelajaran;
Pendidik harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajar siswa. Psikologi pendidikan dapat membantu pendidik dan calon pendidik dalam mengembangkan evaluasi pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi, pemenuhan prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.
b.      Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Mengajar
1)      Menetapkan Tujuan Pembelajaran;
Tujuan pembelajaran mengacu pada perubahan perilaku yang dialami siswa setelah dilaksanakannya proses pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu pendidik dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.
2)      Penggunaan Media Pembelajaran;
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan diperlukan pendidik untuk merencanakan dengan tepat media pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-visual, sehingga dapat memberikan gambaran nyata kepada peserta didik.
3)      Penyusunan Jadwal Pelajaran;
Jadwal pelajaran harus disusun berdasarkan kondisi psikologi peserta didik. Misalnya mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa seperti matematika ditempatkan di awal pelajaran, di mana kondisi siswa masih segar dan semangat dalam menerima materi pelajaran.
Menurut Chaplin (1972, dalam Online), untuk membantu memcahkan masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan yang meliputi guru, siswa, materi, metode, dalam masalah belajar-mengajar terdapat beberapa macam-macam kegiatan yang memerlukan prinsip psikologis, yaitu (a) Seleksi penerimaan siswa baru; (b) Perencanaan pendidikan; (c) Penyusun kurikulum; (d) Penelitian kependidikan; (e) Administrasi kependidikan; (f) Pemilihan materi pelajaran; (g) Interaksi belajar-mengajar; (h) Pelayanan bimbingan dan konseling; dan (i) Evaluasi belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan psikologi pendidikan berperan dalam membantu pendidik untuk merencanakan, mengatur dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:
1.      Menarik perhatian (gaining attention): Hal yang menimbulkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
2.      Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives): Memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran.
3.      Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning): Merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
4.      Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus): Menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
5.      Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance): Memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
6.      Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance): Siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
7.      Memberikan balikan (proaviding feedback): Memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa.
8.      Menilai hasil belajar (assessing performance): Memberitahukan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.
9.      Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer): Merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
D.    Eksperimen Para Ahli Teori belajar Psikologi
Seorang pendidik sebelum menerapkan ilmu psikologi yang dimiliki, tentunya harus tahu dan paham betul akan teori dan eksperimen-eksperimen yang dilakukan para ahli psikologi terdahulu agar dapat menunjang pendidik untuk melakukan pengajaran kepada perserta didik mereka.
1.      Classical Conditioning – Ivan Pavlov; Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
·         Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
·         Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
2.      Operant Conditioning - B.F. Skinner; Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya:
·         Law of operant conditining yaitu timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
·         Law of operant extinction yaitu timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
3.      Social Learning - Albert Bandura; Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
4.      Teori Belajar Kognitif Jean Piaget; Piaget mengemukakan bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik, (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah:
·          Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
·         Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
·         Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
·         Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
·         Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
E.     Hal-hal yang Diharapkan
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang pendidik melalui pertimbangan-pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat:
a.       Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat;
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan pendidik akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
b.      Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai;
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan pendidik dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
c.       Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling;
Tugas dan peran pendidik, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan pendidik dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
d.      Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik;
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya pendidik akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
e.       Menciptakan iklim belajar yang kondusif;
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Pendidik dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
f.        Berinteraksi secara tepat dengan siswanya;
Pemahaman pendidik tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
g.      Menilai hasil pembelajaran yang adil;
Pemahaman pendidik tentang psikologi pendidikan dapat mambantu pendidik dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
Dalam melakukan proses pembelajaran di kelas maupun membimbing peserta didik, guru harus memperhatikan segala aspek psikologis peserta didik tersebut, baik itu perkembangan, ingatan, memori dan pola berpikir anak. Hal ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan dan mengembangkan potensi yang ada pada siswa agar mereka mampu tumbuh dan perkembang sesuai dengan harapan orang tua, guru dan masyarakat. Permasalahan yang ada pada anak hendaknya melibatkan komponen orang tua, guru, masyarakat dan konsuler dalam penyelesaiannya.
Guru harusnya memahami bahwa kesuksesan anak itu bukan hanya mampu mendapatkan nilai yang tinggi tetapi juga mampu mengembangan nilai spritual (kecerdasan spritual) dan kecerdasan emosi. Dua hal ini terkadang mampu membawa kesuksesan terhadap anak dalam kehidupan di masyarakat. Dalam belajar haruslah diperhatikan faktor yang mempebaruhi sisiwa dalam memperoleh dan mengingat pengetahuan. Oleh sebab itu, pendidik haruslah memperhatikan hal tersebut dalam melakukan pembelajaran dikelas, karena dengan memperhatikan hal tersebut pengetahuan yang diberikan oleh guru akan menjadi ingatan yang setia dalam memori siswa.
Psikologi pendidikan sebagai suatu ilmu pengetahuan merupakan suatu keharusan di lembaga-lembaga pendidikan guru/pendidik. Dan penegasan ini pun mendasarkan atas dua dimensi pemikiran. Pertama, sifat dan jenis belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya yang kemudian dapat diidentifikasikan secara meyakinkan. Kedua, pengetahuan yang serupa itu dapat disistematisasikan dan disampaikan secara efektif kepada para calon pendidik/guru. Dari kedua dimensi pemikiran inilah para calon pendidik dapat mengambil manfaat dan keuntungannya. Walaupun demikian, perlu disadari bahwa psikologi pendidikan bukan merupakan satu-satunya syarat untuk mempersiapkan dan menjadikan seseorang bisa menjadi pendidik yang baik. Sebab, masih cukup banyak persyaratan lainnya, antara lain, bakat, minat, komitmen, motivasi dan latihan serta penguasaan metodologi pengajaran.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, sekaligus juga proses interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam suatu lingkungan tertentu. Senantiasa tidak bisa dipisahkan dari psikologi. Karena memang obyek dari pendidikan itu sendiri adalah individu manusia yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Di sinilah peran penting psikologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, wajib bagi suatu lembaga yang mencetak kader-kader pendidik/guru untuk memberikan ilmu pengetahuan psikologi kepada mereka calon pendidi tersebut.
B.     Saran
Adapun untuk para pendidik/guru sudah selayaknya menguasai ilmu psikologi ini, agar dalam proses belajar mengajar bisa meminimalisir kegagalan dalam penyampaian materi pelajarannya. Walaupun demikian, perlu disadari bahwa psikologi pendidikan bukan merupakan satu-satunya syarat untuk mempersiapkan dan menjadikan seseorang bisa menjadi pendidik/guru yang baik. Sebab, masih cukup banyak persyaratan lainnya, antara lain, bakat, minat, komitmen, motivasi dan latihan serta penguasaan metodologi pengajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. “Manfaat Mempelajari Psikologi”. Online.  http://pend-ekonomi.blogspot.com/2012/05/manfaat-mempelajari-psikologi.html. Diakses 22 Oktober 2012.
Anonim. “Sumbangan Psikologi Pendidikan”. Online. http://nomeng87.wordpress.com/sumbangan-psikologi-dalam-pendidikan/. Diakses 22 Oktober 2012.
Hutabalian. “Peranan Psikologi Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar”. Online. http://hutabalian72.wordpress.com/2010/02/02/peranan-psikologi-pendidikan-dalam-proses-belajar-mengajar/. Diakses 22 Oktober 2012.
Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Subrata, Sumadi. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Thalib, Syamsul Bachri. 2010. Psikologi pendidikan berbasis analisis empiris empiris aplikatif. Jakarta : Kencana.

http://utamitamii.blogspot.com/2012/11/makalah-psikologi-pendidikan-kontribusi_26.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar