.
Indonesia
penuh dengan kepercayaan akan paranormal yaitu tokoh-tokoh yang dipercayai
memiliki kemampuan luar biasa seperti mengetahui masa depan (prakognisi),
membaca pikiran
orang lain (telepati) dan menggerakkan benda-benda di luar tubuhnya melalui pikiran
(telekinesis) bahkan berkomunikasi dengan makhluk-makhluk gaib berupa roh orang
mati atau jin. Semua pengalaman ini bagi tradisi mistisisme justru dianggap
sebagai pengalaman sampingan dalam perjalanan untuk mencapai pangalaman mistik
sejati yang disebut dengan nama unio mystica di kalangan mistisisme kristen,
makrifat dikalangan sufisme agama Islam, moksha di kalangan Yogi agama Hindu,
sunyata di kalangan Bodhisatwa agama Budha.
Tentu
saja semua kepercayaan itu dianggap tahayul non-ilmiah di kalangan ilmuwan
modern. Namun, pada akhir abad keduapuluh muncul sebuah mazhab psikologi yang
disebut psikologi transpersonal yang mencoba mengawinkan psikologi modern yang mempelajari
orang-orang normal dengan psikologi tradisional yang juga mepelajari pengalaman
paranormal orang-orang yang mencari kesatuan dengan Realitas yang Mutlak
seperti para kabalis Yahudi, mistikus Kristen, sufi Islam dan yogi Hindu.
Psikologi transpersonal ini muncul sebagai kelanjutan dari gerakan potensi manusia
seutuhnya di tahun 70-an.
Gerakan
ini bermula dengan pengalaman-pengalaman luar biasa para hippies pencetus
revolusi kebudayaan Amerika di tahun 60-an. Para hippies yang menolak kemapanan
itu melakukan proses kembali ke alam meninggalkan kehidupan modern dan
mengikuti kehidupan primitif suku Indian yang para dukunnya gemar mencari
kebenaran dengan menghisap jamur-jamur halusinogen yang membuat halusinasi yang
dianggap sebagai kebenaran. Mereka bereksperimen dengan zat halusinogen bernama
LSD yang disintesakan secara kimiawi oleh seorang kimiawan pegawai pabrik obat
Sandoz di Bazel Swiss, bernama Albert Hoffmann, di tahun 1943.
Sementara
itu di Cekoslowakia di tahun 50-an sedang dilakukan penelitian pengobatan orang
sakit jiwa dengan menggunakan zat-zat psiko-aktif di antaranya adalah asam
lisergik dietilamid alisas LSD. Salah seorang dokter muda pada waktu itu
bersedia menjadi kelinci percobaan untuk memakan LSD dengan dosis sangat kecil.
Dokter itu adalah Stanislav Grof yang kemudian bersama-sama Abraham Maslow
pendiri mazhab psikologi Humanistik mendirikan Asosiasi Psikologi Transpersonal Amerika yang sayangnya tidak diakui sebagai anggota dari
Perkumpulan Psikologi Nasional Amerika.
Menarik
untuk disimak adalah pengalaman-pengalaman sang dokter muda Grof ketika
mengikuti eksperimen mengkonsumsi zat psikoaktif LSD di Praha pada waktu
komunis sedang berkuasa sebagai rezim totaliter di kala itu. Ketika sedang
berada dalam pengaruh obat bius itu, dia merasa rohnya keluar tubuhnya terbang
melayang keluar bumi menuju ruang angkasa bebas dan menyaksikan berbagai
ledakan bintang-bintang yang kemudian dikenal sebagai ledakan supernova.
Pengalaman
itu sangat luar biasa sehingga tak mungkin dilupakannya. Karena tak mungkin diterima
oleh paradigma materialisme dialektik yang dominan di universitasnya pada waktu
itu, maka dia mengklasifikasikan catatan-catatan mengenai pengalamannya itu
sebagai pengalaman transpersonal dan menyimpannya secara pribadi. Begitulah, ketika dia
mendapat kesempatan berbicara dalam sebuah seminar di Amerika Serikat dia
melaporkan pengalaman transpersonal dirinya yang juga dialami oleh pasiennya. Dokter-dokter di
Amerika Serikat pun tertarik dan memberinya kesempatan untuk riset di negeri
adikuasa tersebut
Sayangnya,
ketika dia mulai menjalankan risetnya, LSD justru dilarang di Amerika Serikat
dan dikategorikan sebagai narkoba yang mempunyai efek genetik yang
membahayakan. Maka, dia pun mencari metoda baru untuk mencapai kesadaran-kesadaran
alternatif dan menemukannya dalam bentuk sebuah teknik pernafasan yang
disebutnya pernafasan holotropik. Ternyata pernafasan holotropik dapat menghasilkan
pengalaman-pengalaman luar-biasa yang biasanya dialami oleh para mistikus, sufi
dan yogi serta para shaman alias dukun-dukun diberbagai suku primitif dunia dan
juga, belakangan, oleh para hippy pemakai LSD. Namun sayangnya, alih-alih
menjadikan metodenya sebagai salah satu alat baku untuk psikoterapi, dia
menjadikannya sebagai bisnis pengalaman alternatif yang menjanjikan.
Stanislav
Grof dan kawan-kawannya telah mendirikan Asosiasi Psikologi Transpersonal
Amerika Serikat bahkan kemudian juga ikut mendirikan Asosiasi Psikologi
Transpersoanal Internasional. Dengan demikian sebuah revolusi telah terjadi.
Timur dan Barat menyatupadu da;am lahirnya psikologi transpersonal. Kendati di
negeri tempat lahirnya, Amerika Serikat, psikologi transpersonal tidak diakui
sebagai cabang yang absah dari psikologi modern, di negeri-negeri lain di Eropa
dan Amerika Latin psikologi transpersonal justru diterima sebagai cabang
psikologi modern.
Salah
seorang profesor filsafat dari Indiana University di kota South Bend di Amerika
Serikat, Michael Washburn menggunakan perspektif psikoanalisis untuk memasukkan
psikologi tradisional Timur ke psikologi modern Barat. Caranya, adalah dengan
mengajukan konsep Energi Asal Yang Dinamis, Kreatif dan Spontan sebagai sumber
dari energi psikhis libido individu manusia yang tersempal dan terasing dari
sumbernya. Keterasingan atau alienasi ini akan teratasi jika manusia mengatasi
egonya dan bergabung kembali ke Energi Asal itu. Proses kembali ke energi asal
itu tak lain dari proses meditasi yang diajarkan oleh tradisi mistik Timur.
Pandangan Washbun ini adalah wajah modernis dari proses integrasi psikologi
modern dan psikologi tradisional dalam psikologi transpersoanal. Dalam hal ini,
yang tradisional ditelan oleh yang modern. Pandangan seperti ini tentu saja
ditentang oleh pemikir-pemikir posmodernis yang menganggap psikologi
tradisional setingkat dengan psikologi modern.
Mungkin
lebih tepat jika kita melakukan penggabungan secara posmodernis di mana
psikologi yang modern dan yang tradisional secara bebas menjadi psikologi yang
posmodern. Dalam kerangka pemikiran posmodern inilah, Profesor Jorge Ferrer
dari California Institute of Integral Studies di San Francisco, mengajukan
teorinya tentang spiritualitas partisipatif. Ferrer, mengajukan sebuah wawasan
psikologis integratif di mana semua tradisi spiritual agama-agama dunia boleh
berkembang berdampingan sebagai jalan kembali ke Sumber Energi Cerdas sebagai
Asas Terdasar bagi Kehidupan dan Realitas yang disebut Ferrer sebagai Misteri.
Dalam pandangan Ferrer, Misteri itu bekerja dalam dua bentuk energi yaitu
Energi Gelap dan Energi Kesadaran, bagaikan Im dan Yang dalam tradisi Taoisme di Cina. Energi
Gelap itu bersifat padat, tanpa bentuk dan tak terbeda-bedakan, sedangkan
Energi kesadaran bersifat halus, bercahaya dan beraneka ragam. Permainan
kedua energi itu menghasilkan evolusi jagat raya yang dilanjutkan oleh evolusi
kehidupan dan berakhir pada evolusi peradaban manusia yang berujung pada
keanekaan kehidupan beragama yang ada di muka bumi
Pandangan
pluralistik posmodernis ini tak disukai oleh Ken Wilber, yang kini juga tidak
lagi suka pada nama psikologi transpersonal, dan mengganti nama psikologi baru
itu dengan nama “psikologi integral.” Ken Wilber sendiri, seorang ahli kimia
yang membelot ke psikologi, sebenarnya mulai populer setelah di tahun 1980
menerbitkan buku “The Atman Project” dengan subjudul “A Transpersonal View of
Human Development.” Dalam pandangan Wilber di kala itu, pengembangan spiritual
agama-agama tradisional mistik Timur adalah kelanjutan dari perkembangan
kejiwaan yang dipelajari oleh psikologi modern seperti behaviorisme, psikoanalisis,
psikologi kognitif dan psikologi humanistik. Dia pun mensintesakan mazhab
pertama (behavorisme), mazhab kedua (psikologi dalam), mazhab ketiga (psikologi
humanistik) dengan psikologi tradisional timur dalam mazhab keempat psikologi
yaitu psikologi transpersonal.
Namun
pemikiran Ken Wilber, terus berkembang. Mulanya dia mengganti nama psikologi
transpersonal menjadi psikologi integral. Kemudian dia memperluas pemikiran
integralnya menjadi pandangan filosofis yang disebutnya sebagai integralisme
universal, pada tahun 2000, di mana perkembangan psikologi dilihat sebagai buah
dari perkembangan sosiologi (sejarah peradaban) yang pohonnya adalah sejarah
perkembangan biologi (evolusi) yang tumbuh di tanah yang terolah melalui
evolusi kosmologi (dari Dentuman Besar hingga pengembangan alam semesta. Maka
kini pun dia melihat perkembangan psikologis hanya merupakan satu kuadran dari
evolusi spiritual yang integral. Kuadran-kuadran lainnya adalah sains, budaya
dan masyarakat. Teori pos-metafisik yang disebutnya AQAL (All Quadrants All
Levels) itu dipromosikan oleh lewat Integral Istitute yang dibentuknya di
Amerika Serikat.
Filsafat
Ken Wilber disebut Integralisme Universal mengingatkan pada pemikiran saya yang
dibukukan kira-kira lebih dari duapuluh tahun yang lalu dengan judul
“Integralisme” dengan subjudul “sebuah Rekonstruksi Filsafat Islam.” Filsafat
Integralisme itu adalah upaya merumuskan kembali filsafat Islam dalam
peristilahan yang lebih bisa dipahami oleh orang-orang di zaman serba komputer
ini. Menurut integralisme semua realitas, termasuk manusia, terdiri dari dua
sisi: esensial dan eksistensial. Sedangkan sisi eksistensial terdiri dari empat
lapis substansi yang dikenal sebagai materi, energi, informasi dan nilai-nilai
dalam urutan seperti itu. Urutan seperti ini sebenarnya telah lama dikenal
dalam tradisi pemikiran Islam: fikih, tasawuf, filsafat dan ilmu kalam.
Tradisi
tasawuf, misalnya, melihat di antara ruh (esensi) dan tubuh (sarana materi)
terdapat nafsu (penyalur energi) dan akal (pengolah informasi) dan kalbu atau
hati nurani(wahana nilai-nilai). Dalam bahasa anak sekarang, tubuh itu ibarat
motherboard dan prosesor komputer, nafsu adalah catudaya atau power supply nya,
akal adalah sistem operasi seperti Windows dan kalbu itu ibarat program
aplikasi. Nah dalam metafor komputer ini, ruh adalah pemrogram atau pemakai
komputer. Tanpa pemrogram atau pemakainya, komputer itu adalah benda mati yang
tak berguna. Begitu juga tanpa ruh, tubuh hanya bergerak diprogram bagaikan
robot oleh informasi-informasi yang kita peroleh di rumah, di sekolah, di
kantor dan di pasar bebas informasi media massa
Dalam
bahasa psikologi, tubuh adalah ketidaksadaran yang perilakunya dibentuk oleh
mekanisme pengkondisian behaviorisme, nafsu adalah kebawahsadaran libido yang
diungkap mekanisme penyalurannya oleh psikoanalisis, akal adalah ego yang
proses dan strukturnya diteliti oleh mazhab psikologi kognitif dan kalbu adalah
keatassadaran hatinurani yang eksistensinya dipelajari oleh psikologi
humanistik. Sedangkan pengalaman-pengalaman ruh itulah yang dipelajari oleh
psikologi transpersonal. Ruh adalah kepuncaksadaran manusia. Itulah sebabnya
integralisme Islam dapat juga digunakan sebagai landasan pemahaman psikologi
transpersonal. Jika dibebaskan dari terminologi Islam, maka Integralisme Islam
pada hakekatnya dapat dipahami secara universal. Soalnya Islam adalah agama
universal sebagai rahmat bagi sekalian bangsa.
Seperti
integralisme universal Ken Wilber, integralisme Islam juga melihat individu
adalah bagian dari keseluruhan-keseluruhan yang melingkunginya secara berlapis.
Lingkungan-lingkungan itu adalah peradaban manusia yang sosial, lingkungan
hidup yang universal dan alam akhirat yang transendental dan kekuasaan Ilahi
integral yang merupakan Maha Pencipta alam-alam itu: Rabb al-’Alamin. Dalam
bahasa psikologi, lingkungan-lingkungan itu adalah lingkungan yang
transpersonal. Inilah dimensi transpersonal mendatar alias horisontal, dari
yang insani ke yang Rabbani, yang harus diintegrasikan dengan dimensi
transpersonal menegak atau vertikal dari yang material ke yang spiritual.
Integrasi ganda ini merupakan proses psikologis transpersonal menuju pribadi
seutuhnya yang berguna bagi masyarakat seluasnya, serasi dengan lingkungan
hidup seluruhnya dan selaras dengan nilai-nilai transendental yang bersumber
dari Yang Maha Pencipta dan Maha Penguasa segalanya.
Adanya
perjenjangan kesadaran itu sebenarnya bukanlah ada dalam tradisi peradaban Islam
belaka. Ken Wilber, misalnya, dalam tabel yang dilampirkan bukunya The Atman
Project, menunjukan adanya kesejajaran antara konsep hirarki internal vertikal
itu dalam psikologi tradisional Timur (seperti Hindu, Budha dan Taoisme) dan
Timur Tengah (Yahudi, dan Kristen). Pandangan ini diwarisnya dari tradisi
filsafat perenialisme yang menganggap adanya kesatuan transendental semua
agama-agama. Bahkan, sebelum dia menamakan filsafatnya sebagai integralisme
universal, dia menyebut filsafatnya sebagai neo-perenialisme. Embel-embel neo
diletakkannya, karena berbeda dengan filsuf-filsuf perenial yang mendahuluinya,
Ken Wilber menerima evolusi biologi Darwin dan menganggapnya sebagai bagian
dari evolusi spiritual yang lingkupnya meliputi seluruh alam semesta dan
manusia di dalamnya. Itulah sebabnya dia meletakkan perkembangan psikologis
sebagai evolusi personal, yang psikospiritual, paralel dengan evolusi peradaban
yang sosiokultural. Dalam hal ini integralisme universal serasi dengan
integralisme Islam.
Itulah
sebabnya psikologi transpersonal harus didampingi dengan sosiologi
transpersonal yang melihat peradaban manusia berkembang secara integral pula.
Tampaknya memang begitulah adanya. Bukankah peradaban manusia bermula dengan
revolusi pertanian yang menyangkut pangan yang material diikuti oleh revolusi
industri menyangkut pemanfaatan energi oleh mesin-mesin dan akhirnya ditutup
oleh revolusi informasi yang memanfaatkan informasi melalui komputer dan
jaringannya yang mengintegrasikan teknologi informasi dan teknologi komunikasi
dalam jaringan telematik global bernama internet. Jika kita seorang integralis
maka kita akan melihat bahwa ketiga revolusi itu akan diikuti oleh revolusi
nilai-nilai. Tampaknya kita memang sedang berada dalam era revolusi
nilai-nilai. Protokol Kyoto dan Peta Jalan Bali menunjukkan bahwa revolusi
nilai-nilai itu sedang dirintis. Yang diperlukan selanjutnya adalah penyusunan
protokol dan institusi kerjasama antar agama untuk menyelamatkan manusia di alam
dunia ini, bukan hanya di alam akhirat. Semoga kita semua bisa menyadarkan
pentingnya revolusi nilai-nilai ini melalui penyadaran adanya paralelisme
esoteris di dasar agama-agama dunia melalui pengembangan dan pemasyarakatan
psikologi transpersonal. Insya Allah begitulah adanya. Amin, ya Rabbal Alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar