Rabu, 09 Mei 2012

perspektif dalam sosiologi dan contohnya




Perspektif sosiologi adalah pola pengamatan ilmu sosiologi dalam mengkaji tentang kehidupan masyarakt dengan segala aspek atau proses social kehidupan didalamnya.

1.      Perspektif Evolusi
Evolusi itu sendiri diartikan sebagai perubahan sehingga jika dikaitkan dengan sosiologi yaitu menitik beratkan pada pola perubahan masyrakat dalam kehidupannya.Perpektif evolusi merupakan pandangan teoritis yang paling awal dalam sosiologi. Pandangan seperti ini didasarkan pada karya Auguste Comte, Herbert Spencer, dan Ibnu Khaldun. Para tokoh ini melihat pada pola perubahan dalam masyarakat. Mereka mengkaji masyarakat dengan menitikberatkan pada evolusinya.


Latar belakang contoh: Karena adanya suatu sistem yang mengatur kehidupan dalam berperilaku. Dan Individu tunduk pada sistem tersebut. Sistem ini hadir melaui proses evolusi yang cukup panjang dan adanya saling ketergantungan antara bagian-bagiannya. Mayarakat  juga berevolusi dengan sendirinya lepas dari kemauan dan kesadaran individu-individu.
  
Contoh: saat ini  masyarakat Indonesia menganggap bahwa makanan pokok warga negaranya  adalah nasi liwet. Maka setiap individu-individu di dalamnya akan memakan nasi liwet. Bahkan menjadikannya sebagai suatu keharusan untuk dimakan.   Proses untuk menjadikan nasi liwet ini sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia membutuhkan waktu yang lama. Bahkan mengalami proses integrasi dan juga disintegrasi untuk akhirnya  terbentuk  kesepakatan bahwa nasi liwet adalah makanan pokok  setiap individu di Indonesia


2. Perspektif Interaksionis atau simbolik

Pandangan ini mengkaji masyarakat dari interaksi simbolik yang terjadi di antara individu dan kelompok masyarakat. Tokoh yang menganut pandangan interaksionis misalnya G.H Mead dan C. H Cooley. Mereka berpendapat bahwa interaksi manusia berlangsung melalui serangkaian simbol yang mencakup gerakan, tulisan, ucapan, gerakan tubuh, dan lain sebagainya. Pandangan ini lebih mengarah pada studi individual atau kelompok kecil dalam suatu masyarakat, bukan pada kelompok-kelompok besar atau institusi sosial.

Latar belakang contoh : Dalam contoh ini, ketika kita memaknai Kabayan sebagai orang yang kampungan, maka kita menganggap pada kenyataannya Kabayan memang adalah orang yang kampungan. Begitu pula sebaliknya.


Contoh:, dalam film Kabayan, tokoh Kabayan sebenarnya akan memiliki makna yang berbeda-beda berpulang kepada siapa atau bagaimana memandang tokoh tersebut. Ketika Kabayan pergi ke kota besar, maka masyakat kota besar tersebut mungkin akan memaknai Kabayan sebagai orang kampung, yang kesannya adalah norak, kampungan. Nah, interaksi

3. Perspektif structural Fungsional
Dalam perspektif ini, masyarakat dianggap sebagai sebuah jaringan teroganisir yang masing-masing mempunyai fungsi. Institusi sosial dalam masyarkaat mempunyai fungsi dan peran masing-masing yang saling mendukung. Masyarakat dianggap sebagai sebuah sistem stabil yang cenderung mengarah pada keseimbangan dan mejaga keharmonisan sistem. Pandangan ini banyak dianut intelektual Orde Baru dalam mendukung kekuasaan pemerintah.

Latar belakang contoh: Oleh karena setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan khas, demikian pula setiap bentuk kelembagaan dalam masyarakat. Setiap lembaga dalam masyarakat melaksanakan tugas tertentu untuk stabilitas dan pertumbuhan masyarakat tersebut
Contoh: Struktur tubuh manusia memiliki berbagai bagian yang saling berhubungan satu sama lain. Oleh karena itu, masyarakat mempunyai kelembagaan yang saling terkait dan tergantung satu sama lain.
.
4. Perspektif Konflik
            Pendekatan ini terutama didasarkan pada pemikiran Karl Marx. Teori konflik melihat masyarakat berada dalam konflik yang terus-menerus di atara kelompok atau kelas. Dalam pandangan teori konflik masyarakat diakuasai oleh sebagian kelompok atau orang yang mempunyai kekuasaan dominan. Selain Marx dan Hegel tokoh lain dalam pendekatan konflik adalah Lews Coser.
Latar belakang contoh: sebagai perjuangan memperebutkan kekuasaan yang tak berkesudahan, kelompok dominan berusaha memelihara dan mempertahankan kedudukannya; kekuatan adalah faktor terpenting dalam mempertahankan stabilitas, kekerasan mungkin diperlukan untuk memulihkan keseimbangan sosial jika keseimbangan itu terganggu. Kekerasan tidak memerlukan pembenaran moral, karena kekerasan mempunyai kualitas pembaharuan membebaskan manusia untuk mengikuti ketentuan tak rasional dari sifat bawaannya sendiri.
Contoh:
konflik antar kelompok.Perang antar kelompok dapat disamakan dengan perjuangan untuk mempertahankan hidup dan yang terkuatlah yang menang dalam kehidupan sosial. Kebencian yang besar dan yang melekat antar kelompok, antar ras dan antar orang yang berbeda menyebabkan konflik tak terelakan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar