KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan
pada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat dan sempat sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Psikologi Kepribadian yang membahas tentang Teori
Analitik Carl Gustav Jung.
Shalawat serta salam senantiasa kami
haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya
hingga akhir zaman . Tentunya dalam penulisan makalah ini dengan segala
keterbatasan dan tidak lepas dari kekurangan. Sekiranya rekan-rekan sekalian
dapat memaklumi dan memberikan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan kita semua. Amin...
Palembang,
11 Oktober 2011
Kelompok V
PENDAHULUAN
Jung pada mulanya adalah seorang
pengikut Freud, namun kemudian mempunyai beberapa pandangan penting yang
berbeda dengan Freud. Pertama, Jung menolak pandangan pentingnya seksualitas.
Menurutnya kebutuhan seks setara dengan kebutuhan manusia lainnya. Kedua, Jung
menentang pandangan Mekanistik terhadap dunia dari Freud. Bagi Jung, tingkah
laku manusia dipicu bukan hanya oleh masa lalu tetapi juga oleh pandangan orang
mengenai masa depan, tujuan dan aspirasinya. Pandangan Jung bersifat
Purpossive-Mechanistic, event masa lalu dan antisipasi masa depan dapat
mempengaruhi atau membentuk tingkah laku. Ketiga, Jung mengemukakan teori
kepribadian yang bersifat racial atau phylogenic.
Jung mendobrak psikoanalitis
ortodoks dan membangun teori yang disebut dengan Psikologi Analitis. Teori ini
berasumsi bahwa fenomena yang berhubungan dengan kekuatan gaib atau magis bisa
dan memang berpengaruh pada kehidupan semua manusia. Jung percaya bahwa setiap dari kita termotivasi
bukan hanya dari pengalaman yang ditekan, melainkan juga oleh pengalaman
emosional tertentu yang dipengaruhi oleh para leluhur. Gambaran-gambaran yang
diturunkan (inherited image) merupakan sesuatu yang disebut Jung sebagai
ketidaksadaran kolektif yang meliputi elemen-elemen yang tidak pernah di alami
seseorang secara individual,tetapi merupakan sesuatu yang diturunkan oleh
leluhur kita.
Beberapa elemen dari ketidaksadaran
kolektif menjadi sangat berkembang dan kemudian disebut sebagai
arketipe-arkrtipe (archetypes). Pengertian arketipe yang paling meluas adalah
gagasan mengenai realisasi diri (self-realization), yang hanya bisa dicapai
dengan adanya keseimbangan antara dorongan-dorongan kepribadian yang
berlawanan. Kepribadian setiap orang meliputi introvert dan ekstrovert,
rasional dan irasional, laki-laki dan perempuan, kesadaran dan ketidaksadaran,
serta didorong oleh kejadian-kejadian di masa lalu yang ditarik oleh
harapan-harapan di masa depan.
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Carl Gustav Jung
Jung
lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil, sebuah kota di Constance, Swiss. Ia
lulus dari fakultas kedokteran Universitas Bassel tahun 1900. Setelah
memperoleh gelar kedokterannya dari Bassel, Jung menjadi asisten psikiater
Eugene Bleuler di rumah sakit jiwa Burgholtzli di Zurich. Pada masa itu, rumah
sakit tersebut merupakan rumah sakit tempat magang bidang psikiatri yang paling bergengsi di dunia.
Pada tahun 1902-1903, Jung belajar
selama 6 bulan di Paris bersama Pierre Janet, yang merupakan penerus Charcot.
Ketika kembali ke Swiss menikahi Emma Rauschenbach. Dua tahun kemudian Jung
mengajar di Universitas Zurich dan
menerima pasien pada praktek pribadinya, sekaligus bertugas di rumah sakit.
Jung
membaca buku Freud yang berjudul Interpretation of Dream (Frued, 1900/1953)
tidak lama buku itu terbit, namun ia tidak terlalu terkesan. Ketika Jung
mengulang membaca buku itu beberapa tahun kemudian ia mempunyai pemahaman lebih
baik mengenai gagasan Freud dan mulai mengartikan mimpinya sendiri. Sejak
pertemuan pertama kali dengan Freud di Wina yang sangat mengesankan bagi kedua
belah pihak sehingga terjalin sebuah persahabatan diantara mereka. Oleh karena
itu Freud sangat yakin bahwa Jung adalah orang tepat untuk menjadi
penggantinya. Jung bukanlah Yahudi ataupun orang Wina. Selain itu Freud yaman
dengan Jung dan menghormatinya karena dia sangat terpelajar. Kualifikasi
tersebut mendorong Freud untuk menunjuk Jung sebagai ketua International
Psychoanalytic Association yang pertama.
Pada
tahun 1913, mereka menghentikan korespondensi pribadi mereka. Hal ini
dikarenakan perbedaan personal dan teoritis diantara mereka semakin terasa,
seiring dengan mendinginnya hubungan mereka. Pada tahun berikutnya, Jung
mengundurkan diri dari jabatan sebagai ketua International Psycoanalytic
Association dan tidak lama kemudian ia menarik semua pengikutnya dari keanggotaan
assosiasi tersebut.
Pada
tahun 1944, Jung mengajar Psikologi Kedokteran di Universitas Bassel. Akan
tetapi, karena kesehatannya memburuk ia harus mengundurkan diri di tahun
berikutnya. Setelah kematian isterinya 1955, ia banyak menghabiskan waktu sendirian
sebagai pria tua bijak dari Kusnacht. Setelah ia meninggal, reputasi Jung sudah
mendunia (di London pada tanggal 23 september 1939), tidak hanya bidang
psilologi, tetapi juga bidang filsafat, agama, dan kebudayaan populer.
B.
Struktur
Kepribadian
Kepribadian
atau Psyche adalah mencakup
keseluruhan fikiran, perasaan dan tingah laku, kesadaran dan ketidaksadaran.
Kepribadian membimbing orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
dan lingkungan fisik. Sejak awal kehidupan, kepribadian adalah kesatuan atau
berpotentsi membentuk kesatuan. Ketika mengembangkan kepribadian, orang harus
berusaha mempertahankan kesatuan dan harmoni antar semua elemen kepribadian.
Seperti
Freud, Jung juga mendasarkan teori kepribadiannya pada asumsi bahwa fikiran
atau Psike (Psyche), mempunyai level kesadaran dan ketidaksadaran. Namun tidak
sepeti Freud, Jung sangat menekankan bahwa bagian yang paling penting dari
labirin ketidaksadaran seseorang bukan berasal dari pengalaman persoanal,
melainkan dari keberadaan manusia di masa lalu. Konsep ini disebut Jung sebagai
ketidaksadaran kolektif. Pola penting
dari teori Jung adalah kesadaran dan ketidaksadaran personal.
Kesadaran
(Consciusness)
Kesadaran
muncul pada awal kehidupan, bahkan mungkin sebelum dilahirkan. Secara berangsur
kesadaran bayi yang umum-kasar, menjadi semakin spesifik ketika itu bayi
menggenal manusia dan obyek di sekitarnya. Menurut Jung, hasil pertama dari
proses diferensiasi kesadaran itu adalah ego. Sebagai organisasi kesadaran, ego
berperan penting dalam menentuka persepsi, fikiran, perasaan dan ingatan yang
bisa masuk kesadaran. Tanpa seleksi ego jiwa manusia menjadi kacau karena
terbanjiri oleh pengalaman yang bebas masuk ke kesadaran. Dengan menyaring
pengalaman, ego berusaha memeliharah keutuhan dalam kepribadian dan memberi
orang perasaan kontinuitas dan identitas.
Menurut
Jung, bayangan mengenai kesadaran merupakan hal yang dapat dirasakan oleh ego,
sementara elemen ketidaksadaran tidak ada kaitannya dengan ego. Jung melihat
ego sebagai pusat kesadaran, tetapi bukan merupakan inti (Core) dari kesadaran
itu sendiri. Ego bukan keseluruhan dari kepribadian dan harus dipenuhi dengan
diri. Diri inilah yang merupakan pusat dari kepribadian yang kebanyakan di
antaranya berupa ketidaksadaran. Pada orang yang sehat secara psikologis, ego
merupakan asek kedua dari ketidaksadaran diri. Jadi, kesadaran memaikan peranan
yang relatif kecil dalam psikologi analitis. Psikologi analitis yang
dikemukakan oleh Jung lebih menekankan pada penjelajahan kesadaran Psike
seseorang yang menyebabkan ketidakseimbangan psikologis.
Ketidaksadaran
Personal
Pengalaman
yang tidak disetujui oleh ego untuk muncul kesadar tidak hilang, tetapi
disimpan dalam persoanal unconscious, sehingga tak sadar pribadi berisi pengalam
yang ditekan, dilupakan dan yang gagal menimbulkan pesan sadar. Bagian terbesar
dari isi tak sadar pribadi mudah dimunculkan ke kesadaran, yakni ingatan siap
yang sewaktu-waktu dapat dimunculkan ke kesadaran. Didalam tak sadar pribadi,
sekelompok idea (perasaan-perasaan, fikiran-fikiran, persepsi-persepsi,
ingatan-ingatan) mungin mengorganisir diri menjadi satu, disebut kompleks.
Sebuah kompleks merupakan akumulasi dari kumpulan gagasan yang diwarnai dengan
perasaan. Sebagai contoh, pengalaman seseorang dengan ibunya akan terkumpul
sebuah pusat emosi sehingga bahkan kata “ibu” akan memicu respon emosi yang
dapat memblokir laju pemikirannya.
Ketidaksadaran
Kolektif
Tak sadar kolektif adalah gudang
ingatan laten yang diwariskan oleh leluhur, baik leluhur dalam wujud manusia
maupun leluhur pramanusia/ binatang (ingat teori evolusi Darwin). Ingatan yang
diwariskan pengalaman-pengalaman umum yang terus menerus berulang lintas
generasi. Namun, yang diwariskan itu bukanlah memori atau pikiran spesifik, tetapi
lebih sebagai predisposisi (kecenderungan untuk bertindak) atau potensi untuk
memikirkan sesuatu.
Isi
fisik yang menyertai ketidaksadaran kolektif diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya sebagai sebuah kondisi psikis yang potensial. Pengalaman
nenek moyang terdahulu dengan kosep universal seperti Tuhan, ibu, bumi, dan
lainnya telah ditransmisikan dalam beberapa generasi sehingga orang berada
dalam suatu kondisi dan waktu yang dipengaruhi oleh pengalaman primordial
primitif nenek moyangnya. Dengan demikian, dari ketidaksadaran kolektif adalah
kurang lebih sama pada seluruh budaya di dunia ini.
Arketipe (Archetype)
Merupakan
bayangan-bayangan leluhur atau Arkaik yang datang dari ketidaksadaran kolektif.
Arketipe sama dengan kompleks karena mereka merupakan kumpulan
bayangan-bayangan yang diasosiasikan dan diwarnai dengan sangat kuat oleh
perasaan. Perbedaan arketipe dengan kompleks adalah kompleks merupakan komponen
ketidaksadaran personal yang di indivuduasi, sedangkan arketipe merupakan
konsep yang umum dan muncul dari isi ketidaksadaran kolektif.
Persona
Sisi kepribadian, topeng, wajah yang
ditunjukan orang kepada dunia dan dipakai untuk menghadapi publik disebut
persona. Hal ini mencerminkan persepsi masyarakat mengenai peran yang harus di
mainkan seseorang dalam hidupnya. Itu juga yang mencerminkan harapan bagaimana
seharusnya diri diamati orang lain. Persona adalah kepribadian publik,
aspek-aspek pribadi yang ditunjukan kepada dunia, atau pendapat publik mengenai
diri individu sebagai lawan dari kepribadian private yang berada dibalik wajah
sosial.
Anima dan Animus
Seperti Freud, Jung percaya bahwa
semua manusia secara psikologis bersifat biseksual. Begitu pula dengan
kepribadian, ada arsetipe feminim dalam kepribadian pria disebut Anima, dan
Arsetipe maskulin dalam kepribadian wanita di sebut Animus.
Diri
Jung mempercayai bahwa setiap orang
memiliki kecenderungan, untuk bergerak menuju perubahan, kesempurnaan,
kelengkapan yang diwarisi. Ia menyebut disposisi bawaan ini sebagai diri
(self). Sebuah Arketipe yang paling komperhensif dibandingakan arketipe
lainnya.
C.
Sikap
dan Fungsi
Sikap
adalah suatu kecenderungan untuk bereaksi dalam sebuah arah karakter. Menurut
Jung setiap orang memiliki kedua sisi sikap ekstrovert dan introvert, walaupun
hanya satu yang dapat aktif pada saat satu sikap lainnya tidak aktif.
Introversi
Menurut
Jung Introversi adalah aliran energi psikis ke arah yang memiliki orientasi
subjektif. Introver memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia dalam diri
mereka dengan semua bias, fantasi, mimpi dan persepsi yang bersifat individu.
Orang-orang ini akan menerima dunia luar dengan selektif dan dengan pandangan
subjektif mereka (Jung,1921/1971).
Ekstraversi
Adalah sebuah sikap yang menjelaskan sebuah
aliran psikis ke arah luar sehingga orang yang bersangkutan akan memiliki
orientasi objektif dan menjauhi dari subjektif. Ekstrovert akan lebih mudah
untuk dipengaruhi oleh sekelilingnya di banding oleh kondisi dirinya sendiri.
Mereka cendereng untuk berfokus pada sikap objektif dan menekankan sikap sisi
subjektif.
Fungsi
Kedua
sisi introversi dan ekstraversi dapat dikombinasikan dengan satu atau lebih
dari empat fungsi dan membentuk delapan kemungkinan orientasi atau jenis. Empat
fungsi tersebut ialah sensing-thinking- feeling- intuiting.
D.
Tipologi
Jung (Gabungan Sikap dan Fungsi)
Jung
memakai kombinasi sikap dan fungsi untuk mendeskripsikan tipe-tipe kepribadian
manusia. Deskripsi masing-masing tipe itu :
1. Introversi-Pikiran :
Orang yang emosinya datar, mengambil jarak dengan orang lain, cenderung
menyenangi ide-ide abstrak alih-alih menyenangi orang dan benda konkrit
lainnya.
2. Ektraversi-Pikiran :
Orang yang cenderung tampil seperti tidak kenal orang, dingin atau angkuh,
menekan fungsi perasaannya, orang yang berprinsip kenyataan objektif, bukan
hanya untuk dirinya tetapi juga mengharap orang lain seperti dirinya.
3. Introversi-Perasaan :
Orang yang mengalami perasaan emosional yang kuat tetapi menyembunyikan
perasaan itu. Orang yang menilai segala hal dengan memakai persepsi subjektif
alih-alih fakta objektif, mengabaikan pandangan dan keyakinan tradisional,
pendiam, sederhana, tidak dapat diduga.
4. Ekstraversi-Perasaan : Orang yang persaannya mudah
berubah begitu situasinya berubah. Emosional dan penuh perasaan tetapi juga
senang bergaul dan pamer. Mudah bergaul akrab dalam waktu yang pendek, mudah
menyesuaikan diri.
5. Introversi-Penginderaan : Cenderung terbenam dalam
sensasi-sensasi jiwanya sendiri, dan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak
menarik. Orang yang tampil kalem, bisa mengontrol diri tetapi membosankan.
6. Ekstroversi-Penginderaan : Orang yang realistik, praktis, dan
keras kepala. Menerima fakta apa adanya tanpa pikiran mendalam. Terkadang
mereka juga sensitif, menikmati cinta dan kegairahan.
7. Introversi-Intuisi : Terisolir dalam dunia
gambaran primordial yang mereka sendiri kadang tidak tahu maknanya. Mereka mungkin tidak mampu
berkomunikasi dengan orang lain secara efektif. Cenderung tidak praktis,
memahami fakta secara subjektif.
8. Ekstraversi-Intuisi : Orientasinya faktual tetapi
pemahamannya sangat dipengaruhi oleh intuisi, yang mungkin sekali bertentangan
dengan fakta itu.
E.
Perkembangan
Kepribadian
Jung
mengkategorikan perkembangan menjadi empat periode utama:
Usia Anak
Jung
membagi usia anak menjadi tiga tahap :
1. Tahap
Anarkis (0-6 tahun)
Ditandai dengan
kesadaran yang kacau dan sporadis (kadang ada kadang tidak). Pulau-pulau
kesadaran mungkin akan tampak, tapi sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali
hubungan diantara pulau-pulau kecil.
2. Tahap
Monarkis (6-8 tahun)
Ditandai dengan
perkembangan ego dan mulainya masa berfikir secara logis dan verbal.
3. Tahap
Dualistis (8-12 tahun)
Ditandi dengan
pembagian ego menjadi dua yakni objetif dan subjektif. Anak memandang dirinya
sebagai orang pertama dan menyadari eksistensinya sebagai individu yang terpisah.
Usia Muda
Periode
ditandai pubertas sampai masa pertengahan (paruh baya ) disebut masa muda. Anak
muda mencoba bertahan untuk mencapai kebebasan fisik dan psikis dari orang
tuanya, mendapatkan pasangan, membangun keluarga, dan mencari tempat di dunia
ini. Menurut Jung masa muda seharusnya menjadi periode ketika aktifitas
meningkat, mencapai kematangan seksual, menumbuhkan kesadaran dan pengenalan
bahwa dunia di mana tidak ada masalah, seperti pada waktu kanak-kanak sudah
tidak ada lagi.
Usia Pertengahan (paruh
baya)
Jung
percaya bahwa masa pertengahan atau paruh baya berawal di usia 35-40 tahun,
pada saat matahari telah melewati tengah hari dan mulai berjalan menuju
terbenam. Walupun pengaruh ini dapat menyebabkan sejumlah orang diusia ini meningkat
kecemasannya, tetapi fase ini juga merupakan sebuah fase yang potensial.
Usia Tua
Pada saat masa tua atau lanjut usia
menjelang, orang akan mengalami penurunan kesadaran, seperti pada saat
mentahari berkurang sinarnya di waktu senja. Jika orang merasa ketakutan dengan
kehidupan di fase sebelumnya. Maka hampir bisa dipastikan mereka akan takut
dengan kematian pada fase hidup berikutnya. Takut akan kematian sering disebut
sebagai proses yang normal, tetapi Jung percaya bahwa kematian adalah tujuan dari
kehidupan dan hidup hanya bisa terpenuhi saat kematian terlihat.
F.
Psikoterapi
Jung
mengidentifikasi empat pendekatan dasar dalam terapi, mewakili empat langkah
pengembangan di dalam sejarah psiloterap.
1. Pengakuan
rahasia potogenik
Ini
adalah metode menghilangkan emosi atau metode katarsis yang dipraktikan oleh Josef
Breuer pada pasiennya, Anna O. Terhadap pasien yang memiliki kebutuhan untuk
berbagai rahasia-rahasia mereka, katarsis adalah suatu langkah yang efektif.
2. Melibatkan
penafsiran, penjelasan, dan teknik menerangkan.
Pendapat
ini digunakan oleh Freud, untuk memeberikan kesempatan pada pasien untuk
mencari sendiri pengertian mengenai penyebab neurosis mereka, tetepi pasien
masih memiliki perasaan tidak mampu untuk mengatasi permasalahan sosialnya.
3. Pendekatan
yang diadopsi oleh Adler
Dengan memasukan faktor
pendidikan pasien-pasiennya sebagai makhluk sosial. Sayangnya menurut Jung,
pendekatan ini sering kali meninggalkan pasein-paseinnya hanya dalam keadaan
mampu menyesuaikan diri secara sosial dengan baik.
4. Transformasi
adalah
terapis harus menjadi orang pertama yang diubah atau transformasi menjadi
manusia yang sehat, terutama dengan melakukan proses psikoterapi. Seorang
terapis hanya mampu membantu pasein-pasein setelah melakukan transformasi dengan
membangun falsafah hidup yang mapan melalui individualis, keseluruhan, atau
realisasi diri.
Tujuan
utama dari terapi Jungian adalah membantu pasein-pasein penderita neurotik
menjadi sehat dan mendorong orang yang sehat untuk bekerja dengan mandiri
melalui teknik realisasi diri. Jung melihat kesemptan untuk mencapai tujuan ini
melalui teknik-teknik, seperti analisis mimpi dan imajinasi aktif untuk
memebantu pasein menemukan
ketidaksadaran kolektif dan pribadi serta menyeimbangkan gambaran ketidaksadaran
dengan sikap kesadaran mereka (Jung, 1931/1954).
PENUTUP
Kesimpulan
Jung
memandang manusia sebagai makhluk yang kompleks dengan banyak kutub yang
berlawanan. Pandangannya mengenai manusia ini tidak pesimistis maupun
optimistis, tidak deferministis ataupun purposif. Baginya, orang banyak
domotivasi oleh fikiran-fikiran sadarnya, sebagian oleh gambaran ketidaksadaran
personalnya, dan sebagian lagi karena jejak memori laten yang diturunkan dari
masa lampaunya. Motivasi mereka berasal dari faktor kausal dan teologikal.
Kerumitan
manusia membuat teorinya tidak sederhana atau tidak bisa digambarkan dari satu
sisi saja. Tidak ada seorang pun yang sepenuhnya introver atau ekstrover,
sepenuhnya feminin atau maskulin, sepenuhnya pemikir, perasa, sensing atau
intuitif saja, dan tidak seorang pun hanya mengarah pada progresi atau regrasi
saja.
Persona
merupakan pecahan dari individu. Apa yang ingin ditunjukkan kepada orang lain
biasanya merupakan sisi kepribadian yang bisa diterima secara sosial. Setiap
orang mempunyai suatu sisi yang gelap, suatu bayangan. Kebanyakan orang
berusaha untuk merahasiakan dirinya dari masyarakat dan dirinya sendiri. Selain
itu, setiap pria memiliki anima dan setiap wanita memiliki animus.
Mereka
akan tetap berada dibawah pengaruh ketidaksadaran kolektif yang mengendalikan
prasangka mereka, minat, ketakutan, mimpi, dan aktivitas kreatif, bahkan
setelah mencapai individuasi yang membuat mereka berkenalan dengan dunia bagian
dalam dan mengupayakan dorongan-dorongan yang berlawan menuju keseimbangan.
Daftar Pustaka
Jess Feist dan
Gregory J. Feist, Teori Kepribadian, Jakarta: Selemba Humanika, 2010.
Alwisol,
Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press, 2009.