Minggu, 02 September 2012

Carl Gustav Jung


KATA PENGANTAR
            Puji syukur marilah kita panjatkan pada Allah SWT, yang telah memberikan nikmat sehat dan sempat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi Kepribadian yang membahas tentang Teori Analitik Carl Gustav Jung.
            Shalawat serta salam senantiasa kami haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman . Tentunya dalam penulisan makalah ini dengan segala keterbatasan dan tidak lepas dari kekurangan. Sekiranya rekan-rekan sekalian dapat memaklumi dan memberikan saran untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan kita semua. Amin...


Palembang, 11 Oktober  2011

Kelompok V








PENDAHULUAN
            Jung pada mulanya adalah seorang pengikut Freud, namun kemudian mempunyai beberapa pandangan penting yang berbeda dengan Freud. Pertama, Jung menolak pandangan pentingnya seksualitas. Menurutnya kebutuhan seks setara dengan kebutuhan manusia lainnya. Kedua, Jung menentang pandangan Mekanistik terhadap dunia dari Freud. Bagi Jung, tingkah laku manusia dipicu bukan hanya oleh masa lalu tetapi juga oleh pandangan orang mengenai masa depan, tujuan dan aspirasinya. Pandangan Jung bersifat Purpossive-Mechanistic, event masa lalu dan antisipasi masa depan dapat mempengaruhi atau membentuk tingkah laku. Ketiga, Jung mengemukakan teori kepribadian yang bersifat racial atau phylogenic.
            Jung mendobrak psikoanalitis ortodoks dan membangun teori yang disebut dengan Psikologi Analitis. Teori ini berasumsi bahwa fenomena yang berhubungan dengan kekuatan gaib atau magis bisa dan memang berpengaruh pada kehidupan semua manusia. Jung  percaya bahwa setiap dari kita termotivasi bukan hanya dari pengalaman yang ditekan, melainkan juga oleh pengalaman emosional tertentu yang dipengaruhi oleh para leluhur. Gambaran-gambaran yang diturunkan (inherited image) merupakan sesuatu yang disebut Jung sebagai ketidaksadaran kolektif yang meliputi elemen-elemen yang tidak pernah di alami seseorang secara individual,tetapi merupakan sesuatu yang diturunkan oleh leluhur kita.
            Beberapa elemen dari ketidaksadaran kolektif menjadi sangat berkembang dan kemudian disebut sebagai arketipe-arkrtipe (archetypes). Pengertian arketipe yang paling meluas adalah gagasan mengenai realisasi diri (self-realization), yang hanya bisa dicapai dengan adanya keseimbangan antara dorongan-dorongan kepribadian yang berlawanan. Kepribadian setiap orang meliputi introvert dan ekstrovert, rasional dan irasional, laki-laki dan perempuan, kesadaran dan ketidaksadaran, serta didorong oleh kejadian-kejadian di masa lalu yang ditarik oleh harapan-harapan di masa depan. 
PEMBAHASAN
A.    Biografi Carl Gustav Jung
Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil, sebuah kota di Constance, Swiss. Ia lulus dari fakultas kedokteran Universitas Bassel tahun 1900. Setelah memperoleh gelar kedokterannya dari Bassel, Jung menjadi asisten psikiater Eugene Bleuler di rumah sakit jiwa Burgholtzli di Zurich. Pada masa itu, rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit tempat magang bidang  psikiatri yang paling bergengsi di dunia. Pada tahun  1902-1903, Jung belajar selama 6 bulan di Paris bersama Pierre Janet, yang merupakan penerus Charcot. Ketika kembali ke Swiss menikahi Emma Rauschenbach. Dua tahun kemudian Jung mengajar di Universitas  Zurich dan menerima pasien pada praktek pribadinya, sekaligus bertugas di rumah sakit.
Jung membaca buku Freud yang berjudul Interpretation of Dream (Frued, 1900/1953) tidak lama buku itu terbit, namun ia tidak terlalu terkesan. Ketika Jung mengulang membaca buku itu beberapa tahun kemudian ia mempunyai pemahaman lebih baik mengenai gagasan Freud dan mulai mengartikan mimpinya sendiri. Sejak pertemuan pertama kali dengan Freud di Wina yang sangat mengesankan bagi kedua belah pihak sehingga terjalin sebuah persahabatan diantara mereka. Oleh karena itu Freud sangat yakin bahwa Jung adalah orang tepat untuk menjadi penggantinya. Jung bukanlah Yahudi ataupun orang Wina. Selain itu Freud yaman dengan Jung dan menghormatinya karena dia sangat terpelajar. Kualifikasi tersebut mendorong Freud untuk menunjuk Jung sebagai ketua International Psychoanalytic Association yang pertama.
Pada tahun 1913, mereka menghentikan korespondensi pribadi mereka. Hal ini dikarenakan perbedaan personal dan teoritis diantara mereka semakin terasa, seiring dengan mendinginnya hubungan mereka. Pada tahun berikutnya, Jung mengundurkan diri dari jabatan sebagai ketua International Psycoanalytic Association dan tidak lama kemudian ia menarik semua pengikutnya dari keanggotaan assosiasi tersebut.
Pada tahun 1944, Jung mengajar Psikologi Kedokteran di Universitas Bassel. Akan tetapi, karena kesehatannya memburuk ia harus mengundurkan diri di tahun berikutnya. Setelah kematian isterinya 1955, ia banyak menghabiskan waktu sendirian sebagai pria tua bijak dari Kusnacht. Setelah ia meninggal, reputasi Jung sudah mendunia (di London pada tanggal 23 september 1939), tidak hanya bidang psilologi, tetapi juga bidang filsafat, agama, dan kebudayaan populer.  

B.     Struktur Kepribadian
Kepribadian atau Psyche adalah mencakup keseluruhan fikiran, perasaan dan tingah laku, kesadaran dan ketidaksadaran. Kepribadian membimbing orang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Sejak awal kehidupan, kepribadian adalah kesatuan atau berpotentsi membentuk kesatuan. Ketika mengembangkan kepribadian, orang harus berusaha mempertahankan kesatuan dan harmoni antar semua elemen kepribadian.
Seperti Freud, Jung juga mendasarkan teori kepribadiannya pada asumsi bahwa fikiran atau Psike (Psyche), mempunyai level kesadaran dan ketidaksadaran. Namun tidak sepeti Freud, Jung sangat menekankan bahwa bagian yang paling penting dari labirin ketidaksadaran seseorang bukan berasal dari pengalaman persoanal, melainkan dari keberadaan manusia di masa lalu. Konsep ini disebut Jung sebagai ketidaksadaran kolektif. Pola penting dari teori Jung adalah kesadaran dan ketidaksadaran personal.
Kesadaran (Consciusness)
Kesadaran muncul pada awal kehidupan, bahkan mungkin sebelum dilahirkan. Secara berangsur kesadaran bayi yang umum-kasar, menjadi semakin spesifik ketika itu bayi menggenal manusia dan obyek di sekitarnya. Menurut Jung, hasil pertama dari proses diferensiasi kesadaran itu adalah ego. Sebagai organisasi kesadaran, ego berperan penting dalam menentuka persepsi, fikiran, perasaan dan ingatan yang bisa masuk kesadaran. Tanpa seleksi ego jiwa manusia menjadi kacau karena terbanjiri oleh pengalaman yang bebas masuk ke kesadaran. Dengan menyaring pengalaman, ego berusaha memeliharah keutuhan dalam kepribadian dan memberi orang perasaan kontinuitas dan identitas.
Menurut Jung, bayangan mengenai kesadaran merupakan hal yang dapat dirasakan oleh ego, sementara elemen ketidaksadaran tidak ada kaitannya dengan ego. Jung melihat ego sebagai pusat kesadaran, tetapi bukan merupakan inti (Core) dari kesadaran itu sendiri. Ego bukan keseluruhan dari kepribadian dan harus dipenuhi dengan diri. Diri inilah yang merupakan pusat dari kepribadian yang kebanyakan di antaranya berupa ketidaksadaran. Pada orang yang sehat secara psikologis, ego merupakan asek kedua dari ketidaksadaran diri. Jadi, kesadaran memaikan peranan yang relatif kecil dalam psikologi analitis. Psikologi analitis yang dikemukakan oleh Jung lebih menekankan pada penjelajahan kesadaran Psike seseorang yang menyebabkan ketidakseimbangan psikologis.      
Ketidaksadaran Personal
Pengalaman yang tidak disetujui oleh ego untuk muncul kesadar tidak hilang, tetapi disimpan dalam persoanal unconscious, sehingga tak sadar pribadi berisi pengalam yang ditekan, dilupakan dan yang gagal menimbulkan pesan sadar. Bagian terbesar dari isi tak sadar pribadi mudah dimunculkan ke kesadaran, yakni ingatan siap yang sewaktu-waktu dapat dimunculkan ke kesadaran. Didalam tak sadar pribadi, sekelompok idea (perasaan-perasaan, fikiran-fikiran, persepsi-persepsi, ingatan-ingatan) mungin mengorganisir diri menjadi satu, disebut kompleks. Sebuah kompleks merupakan akumulasi dari kumpulan gagasan yang diwarnai dengan perasaan. Sebagai contoh, pengalaman seseorang dengan ibunya akan terkumpul sebuah pusat emosi sehingga bahkan kata “ibu” akan memicu respon emosi yang dapat memblokir laju pemikirannya.
Ketidaksadaran Kolektif
             Tak sadar kolektif adalah gudang ingatan laten yang diwariskan oleh leluhur, baik leluhur dalam wujud manusia maupun leluhur pramanusia/ binatang (ingat teori evolusi Darwin). Ingatan yang diwariskan pengalaman-pengalaman umum yang terus menerus berulang lintas generasi. Namun, yang diwariskan itu bukanlah memori atau pikiran spesifik, tetapi lebih sebagai predisposisi (kecenderungan untuk bertindak) atau potensi untuk memikirkan sesuatu.
           Isi fisik yang menyertai ketidaksadaran kolektif diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya sebagai sebuah kondisi psikis yang potensial. Pengalaman nenek moyang terdahulu dengan kosep universal seperti Tuhan, ibu, bumi, dan lainnya telah ditransmisikan dalam beberapa generasi sehingga orang berada dalam suatu kondisi dan waktu yang dipengaruhi oleh pengalaman primordial primitif nenek moyangnya. Dengan demikian, dari ketidaksadaran kolektif adalah kurang lebih sama pada seluruh budaya di dunia ini.
       Arketipe (Archetype)
             Merupakan bayangan-bayangan leluhur atau Arkaik yang datang dari ketidaksadaran kolektif. Arketipe sama dengan kompleks karena mereka merupakan kumpulan bayangan-bayangan yang diasosiasikan dan diwarnai dengan sangat kuat oleh perasaan. Perbedaan arketipe dengan kompleks adalah kompleks merupakan komponen ketidaksadaran personal yang di indivuduasi, sedangkan arketipe merupakan konsep yang umum dan muncul dari isi ketidaksadaran kolektif.
Persona
             Sisi kepribadian, topeng, wajah yang ditunjukan orang kepada dunia dan dipakai untuk menghadapi publik disebut persona. Hal ini mencerminkan persepsi masyarakat mengenai peran yang harus di mainkan seseorang dalam hidupnya. Itu juga yang mencerminkan harapan bagaimana seharusnya diri diamati orang lain. Persona adalah kepribadian publik, aspek-aspek pribadi yang ditunjukan kepada dunia, atau pendapat publik mengenai diri individu sebagai lawan dari kepribadian private yang berada dibalik wajah sosial.
Anima dan Animus    
             Seperti Freud, Jung percaya bahwa semua manusia secara psikologis bersifat biseksual. Begitu pula dengan kepribadian, ada arsetipe feminim dalam kepribadian pria disebut Anima, dan Arsetipe maskulin dalam kepribadian wanita di sebut Animus.
Diri
             Jung mempercayai bahwa setiap orang memiliki kecenderungan, untuk bergerak menuju perubahan, kesempurnaan, kelengkapan yang diwarisi. Ia menyebut disposisi bawaan ini sebagai diri (self). Sebuah Arketipe yang paling komperhensif dibandingakan arketipe lainnya.
C.    Sikap dan Fungsi
Sikap adalah suatu kecenderungan untuk bereaksi dalam sebuah arah karakter. Menurut Jung setiap orang memiliki kedua sisi sikap ekstrovert dan introvert, walaupun hanya satu yang dapat aktif pada saat satu sikap lainnya tidak aktif.
Introversi
Menurut Jung Introversi adalah aliran energi psikis ke arah yang memiliki orientasi subjektif. Introver memiliki pemahaman yang baik terhadap dunia dalam diri mereka dengan semua bias, fantasi, mimpi dan persepsi yang bersifat individu. Orang-orang ini akan menerima dunia luar dengan selektif dan dengan pandangan subjektif mereka (Jung,1921/1971).
Ekstraversi
 Adalah sebuah sikap yang menjelaskan sebuah aliran psikis ke arah luar sehingga orang yang bersangkutan akan memiliki orientasi objektif dan menjauhi dari subjektif. Ekstrovert akan lebih mudah untuk dipengaruhi oleh sekelilingnya di banding oleh kondisi dirinya sendiri. Mereka cendereng untuk berfokus pada sikap objektif dan menekankan sikap sisi subjektif.
Fungsi
Kedua sisi introversi dan ekstraversi dapat dikombinasikan dengan satu atau lebih dari empat fungsi dan membentuk delapan kemungkinan orientasi atau jenis. Empat fungsi tersebut ialah sensing-thinking- feeling- intuiting.
D.    Tipologi Jung (Gabungan Sikap dan Fungsi)
Jung memakai kombinasi sikap dan fungsi untuk mendeskripsikan tipe-tipe kepribadian manusia. Deskripsi masing-masing tipe itu :
1.      Introversi-Pikiran                    : Orang yang emosinya datar, mengambil jarak dengan orang lain, cenderung menyenangi ide-ide abstrak alih-alih menyenangi orang dan benda konkrit lainnya.
2.      Ektraversi-Pikiran                   : Orang yang cenderung tampil seperti tidak kenal orang, dingin atau angkuh, menekan fungsi perasaannya, orang yang berprinsip kenyataan objektif, bukan hanya untuk dirinya tetapi juga mengharap orang lain seperti dirinya.
3.      Introversi-Perasaan                 : Orang yang mengalami perasaan emosional yang kuat tetapi menyembunyikan perasaan itu. Orang yang menilai segala hal dengan memakai persepsi subjektif alih-alih fakta objektif, mengabaikan pandangan dan keyakinan tradisional, pendiam, sederhana, tidak dapat diduga.
4.      Ekstraversi-Perasaan               : Orang yang persaannya mudah berubah begitu situasinya berubah. Emosional dan penuh perasaan tetapi juga senang bergaul dan pamer. Mudah bergaul akrab dalam waktu yang pendek, mudah menyesuaikan diri.
5.      Introversi-Penginderaan          : Cenderung terbenam dalam sensasi-sensasi jiwanya sendiri, dan memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak menarik. Orang yang tampil kalem, bisa mengontrol diri tetapi membosankan.
6.      Ekstroversi-Penginderaan       : Orang yang realistik, praktis, dan keras kepala. Menerima fakta apa adanya tanpa pikiran mendalam. Terkadang mereka juga sensitif, menikmati cinta dan kegairahan.
7.      Introversi-Intuisi                     : Terisolir dalam dunia gambaran primordial yang mereka sendiri kadang tidak  tahu maknanya. Mereka mungkin tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain secara efektif. Cenderung tidak praktis, memahami fakta secara subjektif.
8.      Ekstraversi-Intuisi                   : Orientasinya faktual tetapi pemahamannya sangat dipengaruhi oleh intuisi, yang mungkin sekali bertentangan dengan fakta itu.

E.     Perkembangan Kepribadian
Jung mengkategorikan perkembangan menjadi empat periode utama:
Usia Anak
Jung membagi usia anak menjadi tiga tahap :
1.      Tahap Anarkis (0-6 tahun)
Ditandai dengan kesadaran yang kacau dan sporadis (kadang ada kadang tidak). Pulau-pulau kesadaran mungkin akan tampak, tapi sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali hubungan diantara pulau-pulau kecil.
2.      Tahap Monarkis (6-8 tahun)
Ditandai dengan perkembangan ego dan mulainya masa berfikir secara logis dan verbal.
3.      Tahap Dualistis (8-12 tahun)
Ditandi dengan pembagian ego menjadi dua yakni objetif dan subjektif. Anak memandang dirinya sebagai orang pertama dan menyadari eksistensinya sebagai individu yang terpisah.
Usia Muda
Periode ditandai pubertas sampai masa pertengahan (paruh baya ) disebut masa muda. Anak muda mencoba bertahan untuk mencapai kebebasan fisik dan psikis dari orang tuanya, mendapatkan pasangan, membangun keluarga, dan mencari tempat di dunia ini. Menurut Jung masa muda seharusnya menjadi periode ketika aktifitas meningkat, mencapai kematangan seksual, menumbuhkan kesadaran dan pengenalan bahwa dunia di mana tidak ada masalah, seperti pada waktu kanak-kanak sudah tidak ada lagi.
Usia Pertengahan (paruh baya)
Jung percaya bahwa masa pertengahan atau paruh baya berawal di usia 35-40 tahun, pada saat matahari telah melewati tengah hari dan mulai berjalan menuju terbenam. Walupun pengaruh ini dapat menyebabkan sejumlah orang diusia ini meningkat kecemasannya, tetapi fase ini juga merupakan sebuah fase yang potensial.
Usia Tua
Pada saat masa tua atau lanjut usia menjelang, orang akan mengalami penurunan kesadaran, seperti pada saat mentahari berkurang sinarnya di waktu senja. Jika orang merasa ketakutan dengan kehidupan di fase sebelumnya. Maka hampir bisa dipastikan mereka akan takut dengan kematian pada fase hidup berikutnya. Takut akan kematian sering disebut sebagai proses yang normal, tetapi Jung percaya bahwa kematian adalah tujuan dari kehidupan dan hidup hanya bisa terpenuhi saat kematian terlihat.

F.     Psikoterapi
Jung mengidentifikasi empat pendekatan dasar dalam terapi, mewakili empat langkah pengembangan di dalam sejarah psiloterap.
1.      Pengakuan rahasia potogenik
Ini adalah metode menghilangkan emosi atau metode katarsis yang dipraktikan oleh Josef Breuer pada pasiennya, Anna O. Terhadap pasien yang memiliki kebutuhan untuk berbagai rahasia-rahasia mereka, katarsis adalah suatu langkah yang efektif.
2.      Melibatkan penafsiran, penjelasan, dan teknik menerangkan.
Pendapat ini digunakan oleh Freud, untuk memeberikan kesempatan pada pasien untuk mencari sendiri pengertian mengenai penyebab neurosis mereka, tetepi pasien masih memiliki perasaan tidak mampu untuk mengatasi permasalahan sosialnya.
3.      Pendekatan yang diadopsi oleh Adler
Dengan memasukan faktor pendidikan pasien-pasiennya sebagai makhluk sosial. Sayangnya menurut Jung, pendekatan ini sering kali meninggalkan pasein-paseinnya hanya dalam keadaan mampu menyesuaikan diri secara sosial dengan baik.
4.      Transformasi
adalah terapis harus menjadi orang pertama yang diubah atau transformasi menjadi manusia yang sehat, terutama dengan melakukan proses psikoterapi. Seorang terapis hanya mampu membantu pasein-pasein setelah melakukan transformasi dengan membangun falsafah hidup yang mapan melalui individualis, keseluruhan, atau realisasi diri.

Tujuan utama dari terapi Jungian adalah membantu pasein-pasein penderita neurotik menjadi sehat dan mendorong orang yang sehat untuk bekerja dengan mandiri melalui teknik realisasi diri. Jung melihat kesemptan untuk mencapai tujuan ini melalui teknik-teknik, seperti analisis mimpi dan imajinasi aktif untuk memebantu pasein  menemukan ketidaksadaran kolektif dan pribadi serta menyeimbangkan gambaran ketidaksadaran dengan sikap kesadaran mereka (Jung, 1931/1954).   








PENUTUP
Kesimpulan
Jung memandang manusia sebagai makhluk yang kompleks dengan banyak kutub yang berlawanan. Pandangannya mengenai manusia ini tidak pesimistis maupun optimistis, tidak deferministis ataupun purposif. Baginya, orang banyak domotivasi oleh fikiran-fikiran sadarnya, sebagian oleh gambaran ketidaksadaran personalnya, dan sebagian lagi karena jejak memori laten yang diturunkan dari masa lampaunya. Motivasi mereka berasal dari faktor kausal dan teologikal.
Kerumitan manusia membuat teorinya tidak sederhana atau tidak bisa digambarkan dari satu sisi saja. Tidak ada seorang pun yang sepenuhnya introver atau ekstrover, sepenuhnya feminin atau maskulin, sepenuhnya pemikir, perasa, sensing atau intuitif saja, dan tidak seorang pun hanya mengarah pada progresi atau regrasi saja.
Persona merupakan pecahan dari individu. Apa yang ingin ditunjukkan kepada orang lain biasanya merupakan sisi kepribadian yang bisa diterima secara sosial. Setiap orang mempunyai suatu sisi yang gelap, suatu bayangan. Kebanyakan orang berusaha untuk merahasiakan dirinya dari masyarakat dan dirinya sendiri. Selain itu, setiap pria memiliki anima dan setiap wanita memiliki animus.
Mereka akan tetap berada dibawah pengaruh ketidaksadaran kolektif yang mengendalikan prasangka mereka, minat, ketakutan, mimpi, dan aktivitas kreatif, bahkan setelah mencapai individuasi yang membuat mereka berkenalan dengan dunia bagian dalam dan mengupayakan dorongan-dorongan yang berlawan menuju keseimbangan.    


Daftar Pustaka
Jess Feist dan Gregory J. Feist, Teori Kepribadian, Jakarta: Selemba Humanika,      2010.
Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press, 2009.